Semua orang yang tadinya menunggui Humairah di depan ruangan bersalin kini semua sudah pindah kedalaman sebuah ruangan khusus untuk Humairah memulihkan kesehatannya untuk beberapa hari kedepan. Semua orang yang ada di situ sangat takjub setelah melihat semua isi ruangan tempat Humairah istirahat, semua peralatan yang ada di dalamnya berskala internasional bukan seperti ruangan rumah sakit pada umumnya tapi seperti hotel bintang lima, di dalam ruangan itu di bagi menjadi tiga tempat yang pertama untuk tempat Humairah, yang kedua untuk si bayi dan yang ketiga ini sangat luas ada sofa dan juga tiga kasur yang berukuran besar sepertinya ruangan yang ini khusus untuk tempat istirahat keluarga yang datang menemani pasien. Humairah belum juga bangun karena masih di bawah pengaruh obat.Papi Yuda izin keluar sebentar ada yang harus dia urus. "Maaf... saya izin keluar sebentar ada yang harus saya segera urus."pamit Papi Yuda kepada semua orang yang berada di dalam ruangan tempat Humairah ber
Bang Rendi belum beranjak dari dalam toilet,dia masih ingin mendengarkan apa saja yang mereka bahas."Mana...coba lihat siapa nama si pria itu.""Ini kartu namanya... kamu baca saja sendiri...""Rendi Hermawan.... direktur utama Hermawan Group..... waow benar benar seorang pria tajir... beruntungnya ibu Humairah itu, setelah kepergian suaminya... masih ada pria lain yang sangat mencintai...." "Memang wajarlah... walaupun ibu Humairah itu sudah memiliki beberapa orang anak,tapi kelihatannya dia masih seperti berumur dua puluhan, wajahnya itu baby face sekali, tadi pada saat saya menusukkan jarum infus di salah satu tangannya, saya menyentuh kulitnya itu halus sekali seperti kulit bayi...,ya wajarlah orang kaya mah bebas saja mau memanjakan diri dengan perawatan tubuh yang sangat mahal,bagi mereka uang itu sangat gampang tidak seperti kita ini kalau tidak kerja ya tidak makan...he..he...""Yah... begitu lah hidupnya orang berduit... kalau tidak salah saya pernah baca di internet kalau
Al Jazair melihat Bang Rendi sedang duduk istirahat di samping Om Afandi,dia langsung duduk di kursi kosong samping Bang Rendi dan menarik ujung baju kaosnya Bang Rendi. "Om...mas lapar..."rengek Al Jazair. "Kriukkk... kriukkk..." Suara perut Al Jazair yang sudah kelaparan. "Ya.. Allah...maafkan Om ya... sampai lupa kalau ini sudah siang dan kalian berdua belum makan, tunggu Om pesan delivery saja ya...."Bang Rendi langsung mengutak-atik handphonenya mencari restoran yang menyiapkan makanan siap saji, Bang Rendi menelusuri satu persatu restoran ada di aplikasi handphonenya. Rupanya Abah Malik melihat semua gerak gerik Al Jazair itu. "Nak Rendi... tidak usah pesan, nanti Abah saja yang pesankan dari restorannya Humairah, sekalian untuk kita semua." "Baiklah... Abah... Rendi ikut saja." "Abah keluar dulu sebentar ya mau pesan makanan untuk kita semua."pamit Abah Malik kepada semua orang yang berada di dalam ruangan tempat Humairah istirahat. "Silahkan Pak...." Abah Malik kelua
Abah Malik dan Papi Yuda berjalan mendekati tempat duduknya Pak Arya. Melihat kedatangan mereka berdua Pak Arya dengan serta merta langsung berdiri. "Selamat siang Pak Arya... perkenalkan ini Pak Yuda Aditama orang tuanya almarhum Brian Aditama suaminya Humairah.."sapa Abah Malik sekalian dia memperkenalkan Pak Yuda kepada Pak Arya sambil mereka berjabat tangan. "Selamat siang juga Pak Malik... Pak Yuda... maaf kalau saya mengganggu kedatangan saya kesini untuk mengantarkan semua pesanan Pak Yuda dan juga Pak Malik. "Terimakasih banyak Pak Arya... saya langsung saja ya... berapa semua total yang harus saya bayar Pak Arya...."tanya Papi Yuda kepada Pak Arya berapa banyak bajet yang harus dia bayarkan. "Maaf Pak Yuda... tidak usah di bayar... kebetulan ini semua untuk acara tasyakuran keselamatan Ibu Humairah dan bayinya sekaligus pemilik restoran jadi semuanya free... "Pak Arya merasa malu dan tidak enak hati kepada Pak Yuda karena beliau pesan untuk acara tasyakuran keselamatan Ib
Tante Vivi meringsek kearah tempat duduknya Tante Inda dan mengeluarkan suara secara berbisik. "Mbak.... saya tidak menyangka kalau keluarganya Pak Yuda Aditama ini sangat kaya raya dan ringan tangan, terus itu lho Mbak...hari gini istrinya kemana mana masih memegang uang cash yang begitu banyak... tidak takut apa di rampok orang." Tante Vivi berbicara dengan Tante Inda dengan berbisik-bisik. "Sama Mbak... saya juga tidak menyangka, mungkin beliau merasa lebih gampang pegang uang cash dari pada menggunakan kartu kredit atau M banking,karena kadang kala pada saat kita menggunakan kartu kredit ada masalah terutama gangguan jaringan internet,jadi beliau merasa lebih cepat menggunakan uang cash saja..."Tante Inda juga membalas semua perkataan Tante Vivi dengan cara yang sama. Tok. Tok. Ceklek. Bang Rendi kembali membuka pintu karena ada orang yang mengetuk pintu dari luar. "Selamat siang...maaf mengganggu pak...ini ada pesanan dari Pak Yuda."bapak bapak petugas keamanan itu menye
Abah, Ummi dan yang lainnya sudah selesai makan siang, mereka semua kembali ke ruangan Humaira.Abah Malik sempat menghentikan langkah kakinya pada saat melewati nakas yang berada di samping brangkar tempat Humairah istirahat di atas nakas itu ada sebuah gelas dan isinya sisa setengah.Bang Rendi tanpa menunggu di tanya dia langsung menjelaskan kepada Abah Malik. "Abah... tadi Humairah sempat terbangun beberapa menit,dia bangun karena kehausan, tadi perawat juga sudah periksa kondisinya Humairah, Alhamdulillah dia sudah membaik,hanya dia perlu istirahat yang banyak agar tubuhnya cepat pulih." "Syukur Alhamdulillah.... terimakasih banyak ya Nak...kamu juga sudah menyiapkan semua kebutuhan sikecil, Abah tadi panik sekali hingga melupakan kebutuhannya si kecil...."Abah Malik sangat tersentuh dengan apa yang di lakukan oleh Bang Rendi di saat semua orang fokus dengan Humairah, justru Bang Rendi yang mengingat semua apa yang di butuhkan si kecil. "Tidak apa-apa Abah... Rendi senang melaku
Almeera dan Al Jazair mendekati tempat duduknya Abah Malik dan Papi Yuda, mereka berdua mau minta izin untuk menengok si kecil di ruang perawatan bayi. "Kakek... grandpa...kami berdua mau menengok dede bayi nanti di antar sama Om Rendi boleh nggak kakek... grandpa..." "Boleh....tapi ingat kalau sudah di sana tidak boleh berisik nanti mengganggu pasien yang lain...." "Iya kek..."sahut Al Jazair "Nak Rendi... titip anak anak ya... tolong awasi mereka berdua setelah di sana...."titah Abah Malik. "Iya Abah.... kalau itu Abah tidak usah khawatir... nanti Rendi awasi pergerakan mereka berdua..."Bang Rendi menyanggupi permintaan Abah Malik. "Abah.... Papi...kami kesana dulu...."pamit Bang Rendi kepada Abah Malik dan Papi Yuda. "Iya Nak Rendi silahkan...." Almeera dan Al Jazair langsung mengapit kedua tangannya Bang Rendi,mereka berjalan berdampingan sampai di depan ruangan tempat perawatan bayi. Al Jazair saking senangnya,dia segera membuka pintu tempatnya si kecil di rawat. Cekle
"Om...bisa nggak dede bayinya kita bawah keruangannya Bunda...kan kasian kalau dia terpisah jauh dengan Bunda dan kami, kalau dede bayinya nangis... jadi gampang nenanginnya, gimana Om boleh nggak...."Al Jazair mulai merajuk kepada Bang Rendi agar si kecil gabung dengan Humairah."Bukannya tidak boleh... tapi sebaiknya kita tanyakan dulu sama perawatnya boleh nggak dede bayinya kita bawah ke tempat Bunda..."Bang Rendi berusaha memberikan pengertian kepada Al Jazair agar dia mengerti kalau si kecil masih butuh perawatan sebelum bergabung dengan Humairah."Ayo Om...coba kita tanyakan dulu...mas jadi tidak sabar..."lagi lagi Al Jazair mendesak Bang Rendi."Ayo...."Mereka berdua berjalan di samping Bang Rendi yang sedang menuju meja tempat perawat yang sedang bertugas di ruangan perawatan bayi."Permisi suster... maaf apakah kami bisa membawa si kecil untuk bergabung dengan ibunya di ruangan paviliun Kenanga..."Bang Rendi menanyakan kepada perawat apakah si kecil bisa bergabung dengan Hu