Share

Bab 655

Author: Patricia
Arnold mengamati figur tanah liat itu dengan saksama. Sekilas memang terlihat seperti sosok manusia, tapi bentuknya hanya berupa garis besar yang samar. Bahkan, jika dibilang berbentuk manusia pun rasanya agak dipaksakan.

Apalagi tentang detail ekspresi dan gerakannya, tidak ada satu pun yang terlihat! Akhirnya, Arnold mengutarakan pendapatnya dengan jujur. "Hmm ... sepertinya dibuat agak asal-asalan. Aku nggak bisa tebak."

Dia melirik ke arah kerajinan lain yang dipajang di lapak itu. Ternyata, semua figur tanah liat di sini memiliki gaya yang sama. Singkatnya, mereka semua jelek. Namun, yang lebih aneh lagi, tidak ada penjual di lapak ini.

Di sana hanya ada sebuah tripod dengan sebuah ponsel terpasang di atasnya. Yang lebih mencurigakan lagi, kamera ponsel itu menghadap ke arah mereka.

Nadine berpikir sejenak, lalu berkata, "Memang terlihat asal-asalan, tapi kalau dilihat dari sudut ini ... sepertinya agak mirip Cupid, bukan?"

Begitu dia selesai berbicara, seseorang tiba-tiba muncul
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Raudah Anis Anis
ada kemajuan ada kemajuan hahaha
goodnovel comment avatar
S.T. II
wkwkwk ...di kerjain
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 656

    "Maaf!""Maaf ya ...."Keduanya berbicara dan mundur pada saat yang sama. Tatapan mereka bertemu. Selain rasa canggung, ada juga sedikit kehangatan yang mulai muncul."Kamu ....""Aku ....""Pak, gimana kalau kamu bicara dulu?"Arnold menunduk sedikit, seperti sedang berpikir atau mungkin ragu. Saat dia mendongak, sepertinya dia sudah mengambil keputusan besar. "Nad, sebenarnya aku ....""Lihat, sudah jadi ...." Suara santai dari pemilik lapak terdengar.Nadine yang wajahnya sudah merah karena malu, merasa seperti diselamatkan. Dia buru-buru menoleh ke arah pemilik lapak. "Secepat ini?""Gimana lagi? Aku memang seberbakat itu." Sambil menanggapi, dia menyodorkan patung tanah liat ke arah Nadine.Nadine hanya melirik sekilas, lalu sudut bibirnya langsung berkedut. Benar saja, tidak boleh berharap terlalu banyak.Patung-patung sebelumnya memang tidak begitu jelas, tetapi setidaknya masih memiliki fitur wajah. Namun, yang ini ....Tidak ada wajah, hanya dua bentuk manusia yang samar, deng

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 657

    Henry langsung bersemangat. Bukan hanya memasukkan patung tanah liat ke dalam kotak, tetapi juga memberikan tas kertas sebagai tambahan."Hati-hati di jalan! Kapan-kapan mampir lagi ...."Henry melambaikan tangan ke arah punggung Arnold, lalu mendekat ke layar ponsel dengan bangga dan berkata, "Lihat, 'kan? Aku sudah bilang kalau aku jago membuat patung. Kakak tadi jelas sangat menyukainya!"[ Ehem! Sadar sedikit! Yang dia suka itu wanita tadi, bukan patung tanah liatmu! ][ Jadi, cowok tadi diam-diam kembali sendiri untuk membeli patungnya? ][ Aku tebak mereka berdua pasti masih belum mengungkapkan perasaan untuk satu sama lain. ][ Detektif di atas, aku salut padamu! ]....Nadine melihat Arnold kembali dengan sebotol air, tetapi di tangannya ada satu tas tambahan. Dia tidak bisa menahan rasa penasaran. "Itu apa?"Arnold menjawab dengan santai, "Cuma beli sedikit barang sekalian."Nadine tidak berpikir terlalu jauh. Mereka menyeberang dan berjalan menyusuri pusat perbelanjaan di dep

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 658

    Arnold berpikir sejenak. "Abu muda saja."Mata Nadine langsung berbinar-binar. Itu juga warna yang dia sukai!Arnold memberi isyarat pada pramuniaga. "Ambil yang ini, tolong gesek kartunya."Setelah Arnold berganti kembali ke pakaiannya sendiri, Nadine menunjuk ke kerah bajunya. "Ini belum rapi."Arnold mencoba merapikannya, tetapi tetap belum benar. Akhirnya, Nadine mengambil inisiatif untuk membantunya.Arnold cukup tinggi, jadi Nadine harus sedikit berjinjit. Keduanya berdiri sangat dekat, begitu dekat hingga bisa merasakan napas satu sama lain.Aroma khas dari tubuh Nadine meresap ke dalam indra penciuman Arnold. Jantungnya berdetak kencang, bahkan dia refleks menelan ludah.Arnold bisa merasakan dengan jelas jari-jari ramping Nadine yang merapikan kerah bajunya. Ujung jari hangatnya tanpa sengaja menyentuh kulit lehernya, mengirimkan sensasi seolah-olah ada aliran listrik yang menyentuh jiwanya.....Hari ini, Yenny ada janji makan malam dengan seseorang. Karena masih ada waktu, d

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 659

    Begitu mendongak dan melihat Nadine, wajah yang awalnya tanpa ekspresi langsung tersenyum tipis.Nadine berpikir, karena ini untuk orang tua, memilih sepatu tidak bisa hanya mempertimbangkan modelnya, tetapi juga kenyamanannya. Namun, tidak bisa juga hanya mengutamakan kenyamanan dan mengabaikan modelnya.Dia teringat pertemuan di toko buku. Pria tua itu bertongkat, mengenakan rompi, rambut tersisir rapi, memancarkan aura seorang gentleman dari ujung kepala hingga kaki. Dalam hal berpakaian, beliau pasti juga sangat memperhatikan detail.Karena itu, Nadine menghabiskan lebih banyak waktu untuk memilih.Umumnya, bahan kulit untuk sepatu hanya ada beberapa jenis. Dia menunjuk 2 sepatu yang paling nyaman, lalu meminta pramuniaga untuk mengeluarkan semua model yang tersedia dengan bahan tersebut.Sementara itu, Arnold pergi ke toilet.Tak lama kemudian, Nadine sudah memilih 2 pasang."Menurutku dua-duanya bagus. Pak Stendy, kamu pilih salah satu?"Stendy langsung mengeluarkan kartu. "Pilih

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 660

    Selesai makan, Inez pergi membayar tagihan.Keduanya hampir tidak menyentuh makanan mereka, masih tersisa cukup banyak di meja.Kedua ibu ini tenggelam dalam pikirannya masing-masing, dengan kekhawatiran yang berbeda. Sementara itu, Stendy dan Arnold bisa dibilang sama-sama mendapatkan hasil yang memuaskan.Yang satu membeli jas, yang satu membeli sepatu kulit. Semuanya berjalan lancar.Stendy menawarkan, "Di depan ada jual teh susu, mau beli?"Arnold juga menawarkan, "Toko kue di sebelah situ cukup terkenal ...."Keduanya berbicara hampir bersamaan. Kemudian, mereka saling bertukar pandang, seakan-akan ada ketegangan yang tak terlihat.Stendy bertanya, "Nad, kita beli teh susu?"Arnold bertanya, "Mau lihat-lihat nggak?"Dua pria dewasa itu sama-sama menatapnya dengan penuh harap.Nadine sungguh kehabisan kata-kata. Lagi-lagi begini!"Gimana kalau kalian pergi beli sendiri dan aku ke toilet?"Stendy mengangguk. "Oke." Kemudian, dia menoleh ke Arnold dan bertanya dengan nada santai, "Pa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 661

    Saat ini, Nadine tertarik pada sesuatu di rak lain, sama sekali tidak menyadari bahwa dua pria di sampingnya sedang berkonflik sengit.Setelah Arnold selesai membayar, dia menoleh dan melihat Nadine sedang menatap sebuah kue fondan di dalam etalase. Lima tingkat, setiap tingkat menampilkan figur karakter yang unik."Bagus?""Bagus." Nadine mengangguk. "Dibuat dengan sangat detail."Dia menunjuk ke tingkat kedua. "Pak, menurutmu orang yang berkacamata dan mengerutkan dahi ini mirip kamu nggak?"Arnold menatapnya sejenak, lalu menyahut dengan serius, "Nggak mirip. Aku 'kan nggak sering mengerutkan dahi."Nadine berujar, "Tapi, bisa jadi kamu sering mengerutkan dahi tanpa sadar? Misalnya, sekarang ini."Arnold langsung termangu, seperti anak kecil yang ketahuan melakukan kesalahan. Dia mendadak merasa malu dan canggung."Hahaha ...." Nadine tidak bisa menahan tawa. "Kamu lucu juga."Saat mereka bertiga baru saja keluar dari toko kue, ponsel Arnold berbunyi."Halo, Ibu?""Arnold, pulang ke

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 662

    "Ibu!" Yenny bahkan belum selesai berbicara, tetapi Arnold sudah tahu apa yang ingin ibunya katakan. "Aku sudah bilang sejak lama, sekarang aku nggak ada waktu untuk memikirkan hal seperti ini."Yenny menahan diri selama dua detik, lalu langsung bertanya, "Kamu sudah punya pacar ya?"Arnold tertegun sesaat. Wajah Nadine tiba-tiba terlintas di pikirannya, tetapi akhirnya dia menggeleng. "Belum."Yenny tidak percaya. "Lalu, gimana dengan setelan jas di tanganmu? Kamu beli sendiri?"Arnold melirik tas kertas di tangannya, lalu balik bertanya, "Dari mana Ibu tahu ini setelan jas?"Tatapan Yenny sedikit berubah. "Logo di tas kertasnya sangat jelas. Toko itu cuma menjual setelan jas. Kalau bukan jas, lalu apa? Sekarang, bisa jawab pertanyaanku?"Arnold menjawab dengan tenang, "Aku memilihnya bersama seorang teman.""Teman? Laki-laki atau perempuan? Teman seperti apa?" Yenny terus mendesak."Ibu, kamu memanggilku pulang cuma untuk menanyakan ini?" Arnold mengerutkan dahi. "Kalau nggak ada uru

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 663

    Siapa sih anak konglomerat yang waktu muda tidak pernah bertingkah liar? Namun, jangan sampai kebablasan dan malah menghancurkan diri sendiri.Ada beberapa hal yang sebenarnya Inez ingin katakan dengan terus terang, tetapi karena itu hanya sebatas dugaan tanpa bukti, dia memilih untuk memberi peringatan secara halus."Soal urusan pria dan wanita, kamu tetap harus berhati-hati. Jangan karena sudah punya banyak pengalaman, jadi menganggap remeh wanita. Hati-hati kalau suatu hari nanti justru kamu yang terluka paling dalam."Stendy bingung. "Ibu, sebenarnya kamu mau bilang apa?"Inez tidak ingin membahas lebih lanjut, jadi dia mengalihkan pembicaraan ke hal lain. "Beberapa hari lalu, aku sudah menghubungi Dokter Cedric. Dia bilang kondisi mata dan kesehatan nenekmu sudah jauh membaik. Atur waktumu, aku ingin bertemu mereka."Cedric adalah dokter spesialis mata terkenal di rumah sakit milik Keluarga Sanjaya dan juga dokter pribadi Safir selama bertahun-tahun.Inez sudah lebih dulu memberi

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 717

    Baik judul ataupun variasi lagunya, Stendy sama sekali tidak bisa fokus. Cahaya redup di dalam aula konser bisa menjadi penyamaran yang terbaik, sehingga dia bisa menatap Nadine dengan tatapan yang lembut serta penuh perasaan dan tanpa perlu takut ketahuan.Stendy secara refleks menatap tangan Nadine yang putih. Dia berkali-kali ingin menggenggam tangan Nadine dengan erat, lalu tidak pernah melepaskannya lagi. Namun, setelah memberontak dengan pikirannya, pada akhirnya tetap logikanya yang menang. Dia mengingatkan dirinya untuk bertahan sampai melewati malam ini dan jangan gegabah agar tidak menakuti Nadine.Dua jam mungkin adalah siksaan dan ujian kesabaran bagi sebagian orang, tetapi itu adalah pesta untuk memanjakan indra yang langka bagi Nadine. Bahkan setelah konser sudah selesai, dia tetap masih tenggelam dalam suasananya."Apa kamu menyadari sesuatu dari lagu Croatian Rhapsody? Ternyata dia masukkan unsur musik rok juga, romantis dan energik. Terutama di bagian tengah lagunya, s

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 716

    "Uhuk uhuk ...." Nadine langsung tersedak. Mereka sedang makan sambil mendengar cerita yang seru, tetapi topiknya malah tiba-tiba dialihkan ke dirinya. Pokoknya perasaannya tidak enak."Kami bukan sepasang kekasih, tapi makan malam ini bisa dibilang gratis untuk Tuan Stendy karena ...."Setelah mengatakan itu, Nadine tersenyum dan menatap pemilik restoran. "Aku yang traktir."Setelah tertegun sejenak, pemilik restoran itu menatap Stendy dengan tatapan seolah-olah berkata anak ini akhirnya kena batunya dan pantas menerimanya.Begitu selesai makan, Nadine langsung pergi membayar tagihan makanannya.Pemilik restoran itu menarik Stendy ke samping dan berbisik, "Kawan, kamu boleh terus begini. Ayo berusaha, segera dapatkan gadis itu. Kalau lain kali kamu masih nggak dapat gratisan lagi, jangan salahkan aku meremehkanmu."Stendy pun menghela napas. "Kamu pikir aku nggak mau?""Wah, akhirnya ada gadis di dunia ini yang bisa membuatmu kelabakan. Sungguh langka. Baiklah, biar teman lamamu ini y

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 715

    Stendy menyahut, "Aku pikir-pikir dulu, nanti baru kita putuskan setelah ketemu.""Oke." Nadine mengakhiri panggilan, lalu langsung memakai jaket bulu tebal dan sepatu bot musim dingin, juga mengambil tas. Dia keluar dalam waktu kurang dari tiga menit!Cuaca tidak sedingin sebelumnya lagi, tetapi matahari masih tidak muncul.Begitu turun, Nadine langsung melihat Stendy berdiri di ujung gang, bersandar santai di samping mobil Maybach edisi terbatas. Pria yang memakai mantel hitam itu pun memutar-mutar kunci mobilnya.Begitu melihat Nadine, tubuh Stendy langsung tegak. Nadine tersenyum dan berjalan mendekat. Wajah Stendy yang tadi terlihat agak dingin langsung berubah cerah, bibirnya tersenyum.Begitu masuk mobil, Stendy menyerahkan sekantong sarapan, "Nih, susu kedelai dan roti, makan selagi masih hangat."Nadine menaikkan alisnya. "Pak Stendy bukan cuma jadi sopir, tapi juga beliin aku sarapan? Ini layanan bintang lima sih. Aku nggak berani menikmatinya."Stendy terkekeh-kekeh. "Kenapa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 714

    "Nad, sejak pertama kali kita ketemu di kafe, aku ....""Eh? Pak Arnold, Nadine, kok berdiri di sana? Nggak naik?" Tetangga mereka yang tinggal di lantai bawah, datang dengan membawa banyak kantong belanjaan. Begitu melihat mereka, dia langsung menyapa dengan ramah."Dingin banget ya hari ini, aku hampir beku .... Tapi karena diskon, aku tetap keluar malam-malam begini!"Supermarket besar di dekat sana memang sering mengadakan diskon besar setelah pukul 9 malam. Sebagai orang yang pintar mengatur uang, wanita ini sering keluar malam untuk belanja hemat.Situasi sekarang jelas tidak cocok untuk melanjutkan obrolan mereka. Arnold terpaksa menelan kembali semua yang ingin dia ucapkan tadi."Ayo, kita sama-sama naik!" ajak wanita itu.Nadine melangkah maju, langsung mengambil salah satu kantong belanjaan dari tangan wanita itu. "Biar kubantu ...."Namun, Arnold langsung mengambil alih kantong belanjaan itu dari tangan Nadine. Dengan cepat, dia berjalan di depan mereka. "Biar aku saja."Wan

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 713

    Nadine tersenyum mencela dirinya sendiri.Arnold tiba-tiba terdiam, napasnya tercekat. Entah kenapa, senyuman kecil di ujung bibir gadis itu membuat hatinya terasa panik. Seolah-olah dia baru saja melewatkan sesuatu yang sangat penting.Mereka meninggalkan pabrik saat senja hari. Satpam yang berjaga sudah berganti. Paman ramah penuh canda tawa tadi sudah pulang, digantikan oleh seorang pemuda yang tampak pemalu.Setelah menerima kunci dari mereka, pemuda itu meletakkannya, lalu membukakan pintu gerbang untuk mereka.Langit belum sepenuhnya gelap. Cahaya senja menyelimuti cakrawala dalam warna kelabu suram. Di sepanjang jalan, cabang-cabang pohon yang gundul menambah kesan sepi.Nadine dan Arnold berjalan berdampingan tanpa berbicara. Keheningan mengisi jarak di antara mereka. Arnold sempat membuka mulut, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.Dia bisa merasakan perubahan suasana hati Nadine, tetapi tidak tahu penyebabnya. Jadi, yang bisa dia lakukan hanyalah diam dan berhati-hati aga

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 712

    Diskusi akademik antara keduanya akhirnya mencapai akhir. Kelly tidak bisa menahan diri untuk menghela napas panjang."Lain kali jangan ajak aku ke acara akademik kayak gini lagi ya. Buat capek saja ...." Kelly bergumam pelan, lalu mengangkat tangan memberi isyarat kepada pramusaji untuk menyajikan makanan.Seperti yang sudah diduga, semuanya adalah makanan favorit Nadine!Selesai makan, Kelly awalnya ingin jalan-jalan sebentar. Namun, baru saja keluar dari restoran, dia langsung menerima telepon kerja. "Iya, iya! Tunggu sehari lagi bisa mati ya?"Meskipun mengomel, dia tetap buru-buru pergi ke kantor setelah menutup telepon. Sebelum pergi, dia tidak lupa berpesan, "Kak Arnold, hari ini ulang tahun Nadine, kamu temani dia ya! Pokoknya turuti semua yang dia mau!""Oke." Setelah melihat Kelly pergi, Arnold tersenyum menatap Nadine. "Mau ke mana?""Benaran bisa ke mana saja?" Mata Nadine berbinar.Arnold berpikir sebentar. "Selama masih dalam batas kemampuanku.""Kalau begitu, boleh nggak

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 711

    "Ayo, biar aku pakaikan untukmu." Kelly memasangkan gelang itu ke pergelangan tangan Nadine yang ramping. Gelang itu membuat kulit putih Nadine terlihat semakin bersinar. "Aku tahu model dan warna ini cocok banget sama kamu!"Nadine menunduk melihatnya, semakin dilihat semakin suka.Kelly tiba-tiba bertanya, "Kamu kira ini udah selesai?""Hm?" Nadine mengangkat kepala dengan bingung. Masih ada acara lain?Kelly tersenyum tanpa menjawab, lalu mengangguk kecil ke arah pramusaji. Detik berikutnya, lagu ulang tahun mulai mengalun di dalam ruang privat.Diiringi musik yang lembut, Arnold mendorong masuk sebuah kue dan berjalan ke arah mereka. Di atas krim putih dan merah muda, berdiri boneka fondan yang sangat cantik.Matanya besar, ekspresinya penuh percaya diri dan ceria. Jelas, itu versi kartun dari Nadine sendiri. Di sekelilingnya pun dihiasi mutiara merah muda. Sederhana, tetapi sangat indah."Pak Arnold?" Nadine tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Arnold menatapnya, bibirnya meny

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 710

    Irene berkata, "Sayang, selamat ulang tahun! Sebenarnya, aku dan ayahmu mau datang ke Kota Juanin dua hari lebih awal untuk merayakan ulang tahunmu.""Tapi, penerbit mendadak kasih tahu Seven Days akan dicetak ulang dan mereka mengirim 3 kotak penuh halaman depan untuk kutandatangani. Jadi, setelah berdiskusi dengan ayahmu, kami memutuskan untuk menunda kunjungan dan akan datang lain kali."Irene juga merasa tidak berdaya. Buku barunya laris manis dan sudah cetakan ketiga. Sekarang di ruang kerjanya, masih ada ribuan halaman depan yang menunggu tanda tangannya. Kadang, punya buku yang laris juga menjadi tantangan tersendiri.Nadine mengedipkan matanya dengan penuh pengertian. "Ibuku terkenal! Wajar dong kalau sibuk!"Nada dan ekspresi bangganya membuat Irene tertawa."Duh, kamu nggak tahu! Sekarang ibumu benar-benar terkenal! Beberapa waktu lalu, ada seorang penggemar fanatik berhasil mendapat nomor telepon ibumu.""Begitu menelepon, dia langsung bilang ingin mendapat buku dengan tanda

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 709

    Di tengah musim dingin yang menusuk, kompleks apartemen tua mulai sepi setelah pukul 9 malam. Lampu jalan di sekitar sering mati. Karena khawatir akan keselamatannya, Arnold selalu turun menunggunya setiap kali ada waktu.Meskipun waktu kepulangan Nadine tidak selalu sama, biasanya hanya selisih 20 atau 30 menit. Namun, malam ini dia terlambat hingga 2 jam, bahkan turun dari mobil Stendy. Arnold menebak, pasti ada sesuatu yang terjadi di jalan.Angin malam bertiup, membawa hawa dingin yang menusuk. Melihat ujung hidung Nadine yang merah karena kedinginan, Arnold berkata, "Ayo masuk, di luar terlalu dingin. Kita bicara di dalam saja."Nadine mengangguk, meniup telapak tangannya yang dingin, lalu berbalik untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Stendy.Di bawah sorot lampu malam, dua sosok berjalan berdampingan, langkah mereka pun seirama. Lampu di tangga menyala satu per satu, samar-samar terdengar percakapan ringan.Stendy tetap berdiri di tempatnya, menatap ke arah mereka pergi. Dala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status