Share

Bab 480

Author: Patricia
Sungguh memalukan!

Akhirnya, Arnold membawanya melewati kerumunan hingga sampai ke bagian luar. Kali ini, tidak ada lagi yang mendorong.

"Fiuh ...." Nadine menghela napas panjang. Namun, begitu mendongak, tatapannya sontak bertemu pandang dengan mata pria yang dipenuhi senyuman tipis.

"Maaf, Pak ... aku ...."

Arnold menunjuk ke sisi wajahnya. "Rambutmu nempel di pipi."

"Hah?"

Nadine refleks mengangkat tangan, tetapi tidak menemukan posisi yang tepat. Akhirnya, Arnold langsung membantunya membetulkan.

Meskipun sudah sangat hati-hati, ujung jarinya tetap tak bisa menghindari sentuhan dengan kulit gadis itu yang lembut dan hangat.

Dia berusaha menenangkan diri. "Sudah."

Nadine menyelipkan helaian rambut itu ke belakang telinganya dengan canggung. Sial, gara-gara desak-desakan tadi, rambutnya jadi berantakan.

Ditambah lagi ... karena keringat, beberapa helai rambut jadi menempel di wajahnya. Malu sekali.

Mengingat kejadian tadi saat tubuhnya menabrak Arnold, wajah Nadine langsung memanas.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
kwonnyonya
sepertinya Nadine dan Stendy sepupuan...
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
jangan" iren adalah bibinya stendy
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 481

    Namun, sejak putri mereka menghilang ....Semuanya pun berubah.Sebenarnya, hal ini juga berkaitan langsung dengan keputusan kakek dan neneknya untuk menetap di luar negeri.Mengingat bibinya yang hingga kini masih belum ditemukan, tak diketahui apakah masih hidup atau sudah tiada, Stendy tak bisa menahan diri untuk melirik ke arah kedua orang tua itu.Jika selamanya tidak ditemukan, rasa penyesalan ini mungkin akan terbawa hingga akhir hayat mereka."Stendy, aku agak haus." Nenek tiba-tiba membuka suara."Nenek, tunggu sebentar ya. Aku pergi beli air ...." Kemudian, dia menoleh ke arah Nadine. "Kamu sibuk nggak?""Nggak juga, ada yang bisa kubantu?""Kamu temani mereka sebentar, aku mau beli air.""Biar aku saja yang beli deh?" Toh dia juga turun untuk beli air.Stendy menggeleng. "Kesehatan Nenek agak lemah, biasanya cuma minum air alkali ringan dari merek tertentu. Di sekitar sini nggak ada, aku harus ke supermarket impor di seberang jalan.""Begitu ya .... Ya sudah, kamu pergi saja

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 482

    Nadine merasa agak malu karena ketahuan, tetapi dia tidak merasa canggung. Bagaimanapun, ini adalah pertemuan pertama mereka. Memiliki sedikit kewaspadaan adalah hal yang wajar.Lagi pula, kedua orang tua ini pasti telah mengalami lebih banyak hal dibanding dirinya. Seharusnya mereka bisa memahaminya.Benar saja, Safir menepuk tangan Nadine. "Nak, terutama yang secantik kamu, punya kewaspadaan itu hal yang baik. Mencegah lebih baik daripada mengobati, agar bisa melindungi diri dengan lebih baik.""Mm, mm.""Nenek bilang suaraku terdengar begitu familier. Aku besar di Kota Linong dan baru pindah ke Kota Juanin setelah lulus SMA. Sebelum itu, seharusnya kita nggak pernah bertemu.""Itu juga benar." Safir tersenyum. Namun entah mengapa, Nadine melihat dalam senyuman itu ada sedikit kekecewaan dan kesedihan.Corwin tertawa untuk mencairkan suasana. "Meskipun sebelumnya nggak pernah bertemu, sekarang sudah bertemu. Ini adalah takdir."Nadine tersenyum dan mengangguk. Tidak lama kemudian, St

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 483

    Ting tong ....Pintu lift terbuka. Nadine keluar dari dalam."Pak.""Kamu ke mana saja?"Keduanya berbicara bersamaan, hanya saja suasana hati mereka sangat berbeda. Nadine terdengar santai, sementara Arnold terdengar agak gelisah dan cemas."Tadi ketemu Stendy di bawah, makanya agak lama. Nih ... minumlah."Nadine mengambil sebotol air dari kantong belanjaan dan menyerahkannya. Arnold melirik logo di tas itu, supermarket impor yang ada di jalan seberang, Nadine sepertinya tidak akan pergi sejauh itu, jadi pasti ...."Stendy yang beli?""Hmm. Aku bantu dia jaga kakek dan neneknya, jadi dia pergi ke supermarket seberang beli air. Kakek dan neneknya cuma minum merek ini."Arnold mengambilnya.Nadine melirik ke dalam lokasi acara. "Gimana? Sudah selesai?"Arnold menggeleng. "Belum. Orang yang antre masih banyak, mungkin akan lama lagi."Kejadian memalukan tadi masih jelas diingat olehnya. Dia tidak ingin masuk lagi dan didorong orang. Namun ....Nadine melihat buku di tangan pria itu. "Ka

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 484

    Setibanya di restoran, pelayan langsung mengarahkan mereka berempat ke ruang VIP. Kemudian, mereka mulai memesan makanan, menyiapkan hotpot, dan memasukkan bahan-bahan ke dalamnya.Tak heran Mikha sangat merekomendasikan tempat ini. Rasanya memang luar biasa, bahannya segar, tetapi juga benar-benar pedas.Di tengah makan, Nadine pergi ke toilet sebentar. Saat kembali, ada semangkuk es di atas meja.Arnold berkata, "Dingin, bisa mengurangi rasa pedas."Nadine tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Dalam hati, dia merasa terharu. Arnold benar-benar baik dan perhatian.Setelah makan, Arnold pergi membayar tagihan. Di sebelah restoran hotpot, ada pasar malam yang ramai.Irene ingin pergi, jadi Jeremy menemaninya dengan senang hati. Nadine teringat bahwa Arnold belum keluar. Jika mereka bertiga pergi begitu saja, rasanya kurang sopan. Jadi, dia memutuskan untuk menunggunya di pintu.Tak lama kemudian, Arnold keluar dengan membawa sebuah kantong kertas."Tadi kulihat kamu suka, jadi aku min

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 485

    "Selesai."Nadine menggerakkan lehernya, lalu menggoyangkan kepalanya sedikit. Harus diakui, jepitannya memang sangat kuat, sama sekali tidak terasa akan lepas."Eh! Pacarmu belajar cepat sekali, jepitannya bahkan lebih rapi daripada aku!" Pemilik kios tertawa.Arnold tersenyum tipis. Nadine mencoba menjelaskan, "Dia bukan ...."Pemilik kios sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya. "Di zaman dulu, ketika seorang wanita mengangkat rambutnya, itu berarti dia sudah menikah. Setelah menikah, kalau hubungan suami istri harmonis, suami akan membantu istrinya menata rambut.""Di kampung halamanku, seorang pria yang membantu wanita menyisir rambut melambangkan janji sehidup semati dan cinta yang abadi. Sayangnya, pria zaman sekarang, jangankan membantu menata rambut, menyisirkan sebentar saja pun malas. Sepanjang hari hanya bermalas-malasan.""Tapi, pacarmu ini luar biasa." Pemilik kios melirik Arnold dengan kagum. "Dia belajar cepat, yang terpenting adalah dia s

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 486

    "Benar-benar nggak perlu, aku ...." Arnold terdiam sesaat, lalu meneruskan, "Aku sudah punya seseorang yang kusukai.""Apa?" Jeremy sontak dipenuhi antusiasme. "Serius? Sudah nembak belum? Kenapa masih belum jadian?"Tiga pertanyaan mematikan. Arnold membatin, 'Seharusnya aku nggak usah jawab tadi.'Di depan rumah, mereka berpisah.Arnold belok kiri dan masuk, sementara Irene, Jeremy, dan Nadine belok kanan. Sebelum masuk, Irene tersenyum dan berterima kasih, "Arnold, terima kasih atas traktirannya.""Sama-sama. Hari ini aku malah merasa untung karena bisa dapat tanda tangan Bibi." Satu kalimat itu langsung membuat Irene tersenyum lebar.Nadine pergi mandi. Seperti biasa, dia mengikat rambutnya ke belakang, lalu mengenakan kudung mandi agar tidak basah.Namun, saat tangannya meraih belakang kepala, dia sontak merasakan jepit rambut. Dia baru sadar bahwa rambutnya sudah tertata rapi.Melihat bayangannya di cermin, Nadine menggoyangkan kepalanya dengan kuat. Jepitannya tetap kokoh tanpa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 487

    Irene awalnya berkata, "Kalau nggak tahu mau makan apa, pilih saja yang paling mahal. Harga memang bukan segalanya, tapi setidaknya itu juga bentuk ketulusan."Benar saja, saat mendengar nama restoran, Teddy sedikit mengangkat alis. Namun, setelah dipikir-pikir, dia merasa ini bukan hal yang aneh.Karena ini sebagai bentuk terima kasih, sudah jelas makan malam ini pasti tidak murah.Jumat, sore hari. Teddy tiba 10 menit lebih awal, tetapi ternyata keluarga Nadine sudah lebih dulu sampai dan menunggu di ruang privat.Sebenarnya, Nadine juga mengundang Kelly. Namun, karena pekerjaannya sedang sibuk dan sudah lembur dua hari berturut-turut, Kelly benar-benar tidak sempat.Nadine bertanya, "Benaran nggak mau datang? Teddy juga ada lho."Kelly memutar bola matanya dan mendengus sombong. "Terus kenapa? Dia ada berarti aku harus datang?""Kalian 'kan pacaran. Habis makan, dia bisa jadi pangeran berkuda putih yang mengantarmu pulang.""Cih, siapa juga yang butuh dia antar? Aku bukan nggak puny

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 488

    Mengingat kejadian beberapa waktu lalu, saat ibu Eva mengamuk di perusahaan Reagan, ditambah lagi dengan adiknya yang tukang buat onar ... Untung saja anak itu tidak jadi lahir. Kalau tidak ....Rebecca pasti sudah menangis pingsan di toilet, 'kan?Teddy berdecak pelan. Tak lama kemudian, sopir pengganti yang dia pesan tiba."Pak! Pak! Sebentar ...." Ketika Teddy baru saja membuka pintu belakang mobil dan hendak masuk, manajer restoran tiba-tiba berlari keluar memanggilnya."Ada apa?""Begini, tadi saat pelayan kami membersihkan ruang privat, mereka menemukan sebuah syal dengan bros terpasang di atasnya. Sepertinya milik salah satu tamu wanita tadi ...."Keluarga Nadine sudah pergi sejak lama. Manajer restoran hanya melihat Teddy, yang ikut dalam acara makan tadi, sehingga langsung menghentikannya."Kasih aku saja, nanti aku yang mengembalikannya ke mereka.""Baik, terima kasih."Teddy menerima syal itu dan meletakkannya di kursi belakang, berencana besok pagi memanggil kurir untuk men

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 717

    Baik judul ataupun variasi lagunya, Stendy sama sekali tidak bisa fokus. Cahaya redup di dalam aula konser bisa menjadi penyamaran yang terbaik, sehingga dia bisa menatap Nadine dengan tatapan yang lembut serta penuh perasaan dan tanpa perlu takut ketahuan.Stendy secara refleks menatap tangan Nadine yang putih. Dia berkali-kali ingin menggenggam tangan Nadine dengan erat, lalu tidak pernah melepaskannya lagi. Namun, setelah memberontak dengan pikirannya, pada akhirnya tetap logikanya yang menang. Dia mengingatkan dirinya untuk bertahan sampai melewati malam ini dan jangan gegabah agar tidak menakuti Nadine.Dua jam mungkin adalah siksaan dan ujian kesabaran bagi sebagian orang, tetapi itu adalah pesta untuk memanjakan indra yang langka bagi Nadine. Bahkan setelah konser sudah selesai, dia tetap masih tenggelam dalam suasananya."Apa kamu menyadari sesuatu dari lagu Croatian Rhapsody? Ternyata dia masukkan unsur musik rok juga, romantis dan energik. Terutama di bagian tengah lagunya, s

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 716

    "Uhuk uhuk ...." Nadine langsung tersedak. Mereka sedang makan sambil mendengar cerita yang seru, tetapi topiknya malah tiba-tiba dialihkan ke dirinya. Pokoknya perasaannya tidak enak."Kami bukan sepasang kekasih, tapi makan malam ini bisa dibilang gratis untuk Tuan Stendy karena ...."Setelah mengatakan itu, Nadine tersenyum dan menatap pemilik restoran. "Aku yang traktir."Setelah tertegun sejenak, pemilik restoran itu menatap Stendy dengan tatapan seolah-olah berkata anak ini akhirnya kena batunya dan pantas menerimanya.Begitu selesai makan, Nadine langsung pergi membayar tagihan makanannya.Pemilik restoran itu menarik Stendy ke samping dan berbisik, "Kawan, kamu boleh terus begini. Ayo berusaha, segera dapatkan gadis itu. Kalau lain kali kamu masih nggak dapat gratisan lagi, jangan salahkan aku meremehkanmu."Stendy pun menghela napas. "Kamu pikir aku nggak mau?""Wah, akhirnya ada gadis di dunia ini yang bisa membuatmu kelabakan. Sungguh langka. Baiklah, biar teman lamamu ini y

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 715

    Stendy menyahut, "Aku pikir-pikir dulu, nanti baru kita putuskan setelah ketemu.""Oke." Nadine mengakhiri panggilan, lalu langsung memakai jaket bulu tebal dan sepatu bot musim dingin, juga mengambil tas. Dia keluar dalam waktu kurang dari tiga menit!Cuaca tidak sedingin sebelumnya lagi, tetapi matahari masih tidak muncul.Begitu turun, Nadine langsung melihat Stendy berdiri di ujung gang, bersandar santai di samping mobil Maybach edisi terbatas. Pria yang memakai mantel hitam itu pun memutar-mutar kunci mobilnya.Begitu melihat Nadine, tubuh Stendy langsung tegak. Nadine tersenyum dan berjalan mendekat. Wajah Stendy yang tadi terlihat agak dingin langsung berubah cerah, bibirnya tersenyum.Begitu masuk mobil, Stendy menyerahkan sekantong sarapan, "Nih, susu kedelai dan roti, makan selagi masih hangat."Nadine menaikkan alisnya. "Pak Stendy bukan cuma jadi sopir, tapi juga beliin aku sarapan? Ini layanan bintang lima sih. Aku nggak berani menikmatinya."Stendy terkekeh-kekeh. "Kenapa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 714

    "Nad, sejak pertama kali kita ketemu di kafe, aku ....""Eh? Pak Arnold, Nadine, kok berdiri di sana? Nggak naik?" Tetangga mereka yang tinggal di lantai bawah, datang dengan membawa banyak kantong belanjaan. Begitu melihat mereka, dia langsung menyapa dengan ramah."Dingin banget ya hari ini, aku hampir beku .... Tapi karena diskon, aku tetap keluar malam-malam begini!"Supermarket besar di dekat sana memang sering mengadakan diskon besar setelah pukul 9 malam. Sebagai orang yang pintar mengatur uang, wanita ini sering keluar malam untuk belanja hemat.Situasi sekarang jelas tidak cocok untuk melanjutkan obrolan mereka. Arnold terpaksa menelan kembali semua yang ingin dia ucapkan tadi."Ayo, kita sama-sama naik!" ajak wanita itu.Nadine melangkah maju, langsung mengambil salah satu kantong belanjaan dari tangan wanita itu. "Biar kubantu ...."Namun, Arnold langsung mengambil alih kantong belanjaan itu dari tangan Nadine. Dengan cepat, dia berjalan di depan mereka. "Biar aku saja."Wan

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 713

    Nadine tersenyum mencela dirinya sendiri.Arnold tiba-tiba terdiam, napasnya tercekat. Entah kenapa, senyuman kecil di ujung bibir gadis itu membuat hatinya terasa panik. Seolah-olah dia baru saja melewatkan sesuatu yang sangat penting.Mereka meninggalkan pabrik saat senja hari. Satpam yang berjaga sudah berganti. Paman ramah penuh canda tawa tadi sudah pulang, digantikan oleh seorang pemuda yang tampak pemalu.Setelah menerima kunci dari mereka, pemuda itu meletakkannya, lalu membukakan pintu gerbang untuk mereka.Langit belum sepenuhnya gelap. Cahaya senja menyelimuti cakrawala dalam warna kelabu suram. Di sepanjang jalan, cabang-cabang pohon yang gundul menambah kesan sepi.Nadine dan Arnold berjalan berdampingan tanpa berbicara. Keheningan mengisi jarak di antara mereka. Arnold sempat membuka mulut, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.Dia bisa merasakan perubahan suasana hati Nadine, tetapi tidak tahu penyebabnya. Jadi, yang bisa dia lakukan hanyalah diam dan berhati-hati aga

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 712

    Diskusi akademik antara keduanya akhirnya mencapai akhir. Kelly tidak bisa menahan diri untuk menghela napas panjang."Lain kali jangan ajak aku ke acara akademik kayak gini lagi ya. Buat capek saja ...." Kelly bergumam pelan, lalu mengangkat tangan memberi isyarat kepada pramusaji untuk menyajikan makanan.Seperti yang sudah diduga, semuanya adalah makanan favorit Nadine!Selesai makan, Kelly awalnya ingin jalan-jalan sebentar. Namun, baru saja keluar dari restoran, dia langsung menerima telepon kerja. "Iya, iya! Tunggu sehari lagi bisa mati ya?"Meskipun mengomel, dia tetap buru-buru pergi ke kantor setelah menutup telepon. Sebelum pergi, dia tidak lupa berpesan, "Kak Arnold, hari ini ulang tahun Nadine, kamu temani dia ya! Pokoknya turuti semua yang dia mau!""Oke." Setelah melihat Kelly pergi, Arnold tersenyum menatap Nadine. "Mau ke mana?""Benaran bisa ke mana saja?" Mata Nadine berbinar.Arnold berpikir sebentar. "Selama masih dalam batas kemampuanku.""Kalau begitu, boleh nggak

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 711

    "Ayo, biar aku pakaikan untukmu." Kelly memasangkan gelang itu ke pergelangan tangan Nadine yang ramping. Gelang itu membuat kulit putih Nadine terlihat semakin bersinar. "Aku tahu model dan warna ini cocok banget sama kamu!"Nadine menunduk melihatnya, semakin dilihat semakin suka.Kelly tiba-tiba bertanya, "Kamu kira ini udah selesai?""Hm?" Nadine mengangkat kepala dengan bingung. Masih ada acara lain?Kelly tersenyum tanpa menjawab, lalu mengangguk kecil ke arah pramusaji. Detik berikutnya, lagu ulang tahun mulai mengalun di dalam ruang privat.Diiringi musik yang lembut, Arnold mendorong masuk sebuah kue dan berjalan ke arah mereka. Di atas krim putih dan merah muda, berdiri boneka fondan yang sangat cantik.Matanya besar, ekspresinya penuh percaya diri dan ceria. Jelas, itu versi kartun dari Nadine sendiri. Di sekelilingnya pun dihiasi mutiara merah muda. Sederhana, tetapi sangat indah."Pak Arnold?" Nadine tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Arnold menatapnya, bibirnya meny

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 710

    Irene berkata, "Sayang, selamat ulang tahun! Sebenarnya, aku dan ayahmu mau datang ke Kota Juanin dua hari lebih awal untuk merayakan ulang tahunmu.""Tapi, penerbit mendadak kasih tahu Seven Days akan dicetak ulang dan mereka mengirim 3 kotak penuh halaman depan untuk kutandatangani. Jadi, setelah berdiskusi dengan ayahmu, kami memutuskan untuk menunda kunjungan dan akan datang lain kali."Irene juga merasa tidak berdaya. Buku barunya laris manis dan sudah cetakan ketiga. Sekarang di ruang kerjanya, masih ada ribuan halaman depan yang menunggu tanda tangannya. Kadang, punya buku yang laris juga menjadi tantangan tersendiri.Nadine mengedipkan matanya dengan penuh pengertian. "Ibuku terkenal! Wajar dong kalau sibuk!"Nada dan ekspresi bangganya membuat Irene tertawa."Duh, kamu nggak tahu! Sekarang ibumu benar-benar terkenal! Beberapa waktu lalu, ada seorang penggemar fanatik berhasil mendapat nomor telepon ibumu.""Begitu menelepon, dia langsung bilang ingin mendapat buku dengan tanda

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 709

    Di tengah musim dingin yang menusuk, kompleks apartemen tua mulai sepi setelah pukul 9 malam. Lampu jalan di sekitar sering mati. Karena khawatir akan keselamatannya, Arnold selalu turun menunggunya setiap kali ada waktu.Meskipun waktu kepulangan Nadine tidak selalu sama, biasanya hanya selisih 20 atau 30 menit. Namun, malam ini dia terlambat hingga 2 jam, bahkan turun dari mobil Stendy. Arnold menebak, pasti ada sesuatu yang terjadi di jalan.Angin malam bertiup, membawa hawa dingin yang menusuk. Melihat ujung hidung Nadine yang merah karena kedinginan, Arnold berkata, "Ayo masuk, di luar terlalu dingin. Kita bicara di dalam saja."Nadine mengangguk, meniup telapak tangannya yang dingin, lalu berbalik untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Stendy.Di bawah sorot lampu malam, dua sosok berjalan berdampingan, langkah mereka pun seirama. Lampu di tangga menyala satu per satu, samar-samar terdengar percakapan ringan.Stendy tetap berdiri di tempatnya, menatap ke arah mereka pergi. Dala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status