Bukankah itu sama saja dengan menggunakan koneksi Freya?Di saat itu, Diana merasa seperti ditampar. Bukan tamparan langsung, melainkan seperti ada sesuatu mendarat dengan keras di pipinya. Wajahnya terasa panas menyengat.….Setelah rapat selesai, semua orang keluar dari aula dengan berbaris.Kaeso dan kelompoknya melarikan diri terbirit-birit dengan badan membungkuk dan berusaha tetap berada di pinggir jalan. Alasan utamanya adalah karena mereka merasa malu.Apalagi, ini bukan hanya di lingkungan kecil, tetapi di hadapan para pimpinan dan seluruh mahasiswa serta dosen fakultas."Nadine, tadi kamu benar-benar keren banget!" Mikha menatap Nadine dengan mata penuh kekaguman.Darius mengangkat dagunya tanpa sadar. "Sekarang siapa yang masih berani meremehkan kelompok kita?""Betul! Lain kali kalau ketemu Kaeso dan Nella, aku akan berjalan melewati mereka dengan kepala mendongak hahaha ...." Mikha bahkan merasa sangat puas hanya dengan membayangkannya.Perasaan seperti ini lebih menyenang
Musim panas tahun ini terasa jauh lebih menyengat dari biasanya.Dari Senin sampai Jumat, di ruang kelas, laboratorium, dan perpustakaan semuanya dilengkapi dengan pendingin udara. Akhir pekan juga tidak kalah nyaman. AC di rumah yang dingin ditambah semangka dingin, benar-benar kenikmatan yang luar biasa.Berbaring di ruangan yang sejuk sambil makan semangka dan membaca jurnal, rasanya hidup ini damai dan jiwa terasa tenteram.Kelly berseru, "Hari ini kan Sabtu, Nadine. Nggak ada kelas. Kamu yakin nggak mau keluar jalan-jalan?"Nadine yang asyik bersantai, menjawab tanpa mengangkat kepala, "Kelly, ampun deh. Dengan suhu seperti ini ... aku benar-benar nggak bisa keluar rumah."Kelly tampak frustrasi. "Kamu nggak mau jalan-jalan, beli baju yang cantik buat diri sendiri?"Nadine menjawab santai, "Aku bisa belanja online."Kelly mencoba lagi, "Skincare? Kamu harus coba di konter dulu kan, biar tahu cocok atau nggak?"Nadine tetap tenang, "Nggak perlu coba, aku selalu pakai merk yang sama
"Sayang sekali.""Nggak masalah." Kelly tersenyum tipis. "Ponsel rusak bisa diganti, kartu SIM hilang bisa diganti juga. Lagian nomor teleponku nggak berubah, jadi mereka tetap bisa menghubungiku."Lagi pula, sering kali mereka yang menghubungi duluan. Kelly jarang sekali repot-repot menelepon balik. Bagi Kelly, kalau dia mau, dia bisa mendapatkan pacar baru kapan saja. Yang lama? Tidak perlu dipikirkan.Teddy kaget.Kelly langsung merebut kembali ponsel rusaknya. "Kalau berani sentuh barangku lagi, lihat saja! Percaya nggak, aku bakal patahin tanganmu!" Setelah berkata demikian, dia langsung melangkah keluar ruang tamu dengan langkah lebar.Kelly sudah menyuruh orang untuk mengantarkan mobilnya, jadi dia tidak butuh diantar siapa pun dan bisa langsung pergi sendiri.Namun, Teddy masih mengejarnya. "Bukan gitu ... menurutku nomor teleponmu itu kurang hoki. Terlalu banyak angka 8. Gimana kalau kita ganti? Aku bisa dapatkan nomor cantik untukmu! Yang semuanya angka 6, gimana?""Angka 8 n
Kelly jelas tidak mendengar peringatan Nadine. Dia menggunakan ponsel barunya untuk memotret meja bar di rumahnya dengan asal. Fokus gambarnya diletakkan pada sebuah gelas anggur merah yang tergantung terbalik, sementara latar belakangnya dibuat buram total.Kemudian, dia menambahkan keterangan.[ Musim panas yang membosankan, siang yang malas. ]Setelah mempostingnya di media sosial, dia melempar ponselnya ke sofa, lalu berjalan dengan kaki telanjang menuju kamar tidurnya. "Yah, tidur siang dulu," gumamnya.AC di kamar membuat suasana begitu nyaman. Tidak heran Nadine tidak ingin keluar rumah. Dia sendiri juga tidak ingin.....Sementara itu, Teddy hari ini sudah membuat janji untuk mencoba indoor surfing.Instruktur yang dia pilih ini adalah yang terbaik dan paling sulit untuk dipesan. Awalnya, Teddy tidak berencana keluar rumah hari ini. Namun, memikirkan betapa sulitnya mendapatkan jadwal dengan instruktur itu, akhirnya dia memutuskan untuk datang.Harus diakui, instruktur ini mema
Teddy menatap Kelly dengan tajam. "Kamu cuma begini ke aku, atau ke semua orang juga begini?""Tentu nggak semua orang. Misalnya, ibuku atau Nadine. Setiap kali aku ganti kode pintu, aku selalu kirim pesan ke mereka untuk ngasih tahu kode baru. Bahkan kalau mereka datang ke rumah, aku nggak akan ganti lagi. Kenapa nanya begitu?""Kalau begitu, kenapa waktu aku tahu kode pintu, kamu langsung ganti?"Kelly memasang ekspresi "Kamu bercanda, 'kan? Memangnya kamu siapa bagiku? Kenapa aku nggak ganti? Kita segitu dekatnya?"Teddy terdiam sejenak sebelum bertanya lagi dengan suara rendah, "Kalau pria lain tahu kode pintu rumahmu ....""Ya jelas langsung aku ganti," potong Kelly dengan nada seolah-olah itu hal yang paling jelas di dunia.Teddy tidak tahu harus merasa senang atau kesal. Senangnya, Kelly ternyata tidak sebodoh itu. Meski hidup bebas dan sering bermain-main, dia tetap punya kewaspadaan terhadap pria. Dia tahu harus menjaga diri.Namun kesalnya, Teddy juga menyadari bahwa dirinya
"Eh, tunggu dulu ... kenapa jadi dibatalkan? Semuanya masih bisa dibicarakan!"Kelly tertawa dingin. "Maksudmu tadi jelas. Kalau aku nggak setuju, kerja sama selesai, 'kan?""Aku nggak suka dipaksa dan aku lebih benci lagi kalau ada orang yang suka ngubah-ubah aturan. Kita sudah sepakat soal kesepakatan awal, lalu tiba-tiba kamu mau ubah seenaknya. Apa ini cuma main-main buatmu?""Aku ini orang yang selektif, Teddy. Kalau partner kerja nggak bisa diandalkan, lebih baik kita putus hubungan sekarang daripada saling buang waktu. Setuju?"Teddy langsung duduk tegak. "Aku nggak bisa diandalkan? Apa maksudmu?!"Kelly menatapnya datar dan langsung bertanya, "Jadi, kita masih mau bikin 'kesepakatan baru' atau nggak?""Ng ... nggak jadi deh." Teddy langsung bersandar dengan lesu.Harga diri? Apa itu? Berapa harganya?"Huh! Bagus kalau begitu."Teddy bergumam pelan, "Aku sudah telanjur datang, tapi belum makan apa-apa ....""Apa? Kamu ini pria dewasa, kenapa ngomong berbelit-belit? Coba ngomong
Nadine mengangguk. "Tentu saja boleh.""Terima kasih," jawab Arnold dengan sopan.Begitu melangkah masuk ke apartemen Nadine, hawa dingin dari AC langsung menyambutnya. Suasananya berbeda sekali dibandingkan dengan udara panas di rumahnya sendiri.Arnold bukan pertama kali datang ke rumah Nadine. Oleh karena itu, dia bisa menemukan sandal rumah dan menggantinya dengan mudah. Sementara itu, Nadine pergi ke dapur dan menuangkan segelas air untuknya.Sekarang sudah pukul empat sore. Meski dia menduga Arnold mungkin sudah makan, Nadine tetap bertanya dengan perhatian, "Pak Arnold sudah makan siang?""Sudah," jawab Arnold singkat."Kalau begitu ... mau buah? Aku baru saja memotongnya."Tanpa menunggu jawabannya, Nadine kembali ke dapur dan membawa keluar sebuah piring berisi potongan buah segar."Terima kasih," ucap Arnold sambil menerima tawaran itu.Nadine duduk di sofa dan mengambil tusuk gigi untuk menusuk sepotong melon, lalu memakannya. "Tukangnya ada bilang, kapan AC-nya akan selesai
Arnold keluar dari kamar mandi. Pintu kamar mandi itu tepat menghadap rak baju di ruang tamu, sehingga tidak ada cara bagi keduanya untuk menghindar.Mereka langsung bertatapan.Arnold memegang setumpuk pakaian bersih yang dia bawa. Rambutnya masih basah dengan tetesan air yang mengalir turun dan membasahi kaus yang dia kenakan.Leher dan pipinya juga basah, terlihat seperti campuran air dan keringat. Saat pandangannya jatuh pada Nadine, kepalanya seolah-olah meledak.Gadis itu mengenakan tank top hitam yang pas, menonjolkan lekukan tubuhnya yang anggun. Tank top itu agak pendek, memperlihatkan sebagian kecil pinggangnya yang ramping, dengan pusar yang terlihat jelas.Lengan yang ramping, tulang selangka yang terlihat, kulit yang putih bersih semakin mencolok dengan kontras dari warna pakaiannya. Pemandangan itu persis seperti sosok Nadine yang muncul dalam mimpinya ....Nadine terpaku di tempat, bahkan kaus oversized yang dia pegang di tangan, terlupakan begitu saja."Pak ... Arnold .
Pagi-pagi, sinar matahari menyinari masuk. Pakaian berserakan di lantai, dari sofa ruang tamu hingga depan ranjang kamar. Hampir semuanya adalah pakaian pria, hanya ada satu jubah tidur wanita.Teddy menggerakkan kelopak matanya dan terbangun. Ketika mengingat kembali kegilaan dan keintiman semalam, sudut bibirnya terangkat tanpa sadar.Teddy menoleh ke samping, melihat wanita yang masih terlelap. Ekspresinya lembut dan penuh kehangatan yang bahkan tidak disadarinya.Kelly masih tidur, matanya terpejam rapat dan napasnya stabil. Tatapan Teddy menyusuri wajah cantiknya, lalu turun ke leher. Kulit putihnya dipenuhi bekas yang ditinggalkan Teddy saat malam penuh gairah itu.Teddy bukan lagi anak muda yang mudah terpukau oleh tubuh wanita. Namun, semalam dia seperti binatang buas yang pertama kali merasakan daging. Sungguh liar dan tak kenal lelah. Pada akhirnya, Kelly harus menamparnya agar dia berhenti.Sakit? Ya, memang sakit. Namun, puas tidak? Benar-benar puas!Memikirkan itu, senyuma
Teddy kehabisan kata-kata."Selesai," katanya sambil mematikan pengering rambut.Kelly merapikan rambutnya dengan jari. Harus diakui, hasilnya halus tapi tetap lembut. Teddy menyeringai. "Gimana?"Untuk pertama kalinya, Kelly mengangguk puas. "Buka salon deh, aku langsung jadi member VIP."Teddy berpikir, 'Terima kasih, tapi nggak deh.'Kelly menguap, lalu berjalan ke tempat tidur. Setelah menjatuhkan diri dan berguling dua kali, dia membungkus dirinya dengan selimut. "Aku tidur dulu. Tolong matikan lampu, tutup pintu, lalu pulang. Bye-bye ...."Memangnya aku ini pembantunya?! Teddy menggerutu dalam hati, tapi tangannya tetap patuh. Dia mematikan lampu, menutup pintu dengan pelan, lalu keluar.Setelah minum anggur, Kelly tertidur dalam keadaan sedikit mabuk. Hanya dalam sekejap, dia telah tertidur nyenyakBegitu keluar, Teddy melihat botol anggur di wajan kaca yang masih tersisa. Setelah berpikir sejenak, dia mengambil gelas anggur dan menuangkan segelas untuk dirinya sendiri.Kemudian
Kelly meletakkan gelas anggurnya dan berdiri. "Sudah cukup." Minum terlalu banyak bisa menimbulkan masalah, apalagi kalau di rumah ada seorang pria. Dia masih tahu batasannya.Teddy menghentikan gerakannya. "Belum habis, kenapa berhenti?""Kamu kira ini bar? Mau minum sampai pagi?""Anggurnya udah aku siapin, kalau nggak habis, sayang dong?""Sayang buat siapa? Aku bisa minum sendiri besok."Teddy terdiam.Kelly melirik jam dinding. "Sudah malam, pulang sana.""Tunggu, kenapa begitu sih?""Aku kenapa?""Waktu butuh aku, kamu terima. Setelah nggak butuh, langsung diusir. Begitu caramu?""Terus mau gimana? Mau aku suruh kamu nginap?""Pacar nginap di rumah pacar itu hal biasa. Walaupun kita cuma pura-pura, tapi setidaknya harus terlihat meyakinkan, 'kan?"Kelly mendengus. "Sok drama! Memangnya ada yang peduli kita tidur bareng atau nggak?"Baru saja dia selesai bicara, ponsel Teddy berdering. Panggilan video dari WhatsApp. Dia melirik layarnya dan menyeringai. "Tuh, ada yang peduli."Kel
Kelly menegaskan, "Aku. Nggak. Makan. Mi."Teddy menatapnya dengan ekspresi "Kamu pikir aku bakal percaya?"Saat Kelly berbalik hendak masuk kamar, Teddy tiba-tiba berseru, "Nggak mau coba segelas?"Kelly menoleh, matanya melirik wajan kaca yang berembun di meja. Kebetulan sekali, ini jenis anggur favoritnya dan sudah didinginkan dengan sempurna ...."Baiklah, tuangkan satu untukku!" Godaan yang sulit ditolak.Teddy langsung sigap mengambil gelas. "Ini, coba deh! Aku yang dinginkan, dijamin puas!"Kelly menerima gelasnya dan tersenyum sinis. "Itu semua karena anggur yang aku beli bagus.""Iya, iya. Anggurnya bagus, tapi teknikku juga hebat. Kalau digabung, hasilnya luar biasa. Gimana?""Nggak usah bawa-bawa aku," kata Kelly sambil meneguk seteguk pertama.Teddy terdiam. Bahkan dalam obrolan santai, Kelly tetap tidak mau rugi sedikit pun. Baru satu tegukan, Kelly langsung harus mengakui bahwa Teddy benar-benar punya keterampilan."Gimana? Nggak mengecewakan, 'kan?" Teddy mengangkat dagu
"A-aku capek, jadi minggir sebentar buat istirahat, eh malah ketiduran ...."Kelly langsung memutar ke sisi lain mobil, menarik pintu kursi penumpang depan, dan duduk. "Kebetulan, antarin aku pulang."Teddy mendengus. "Kamu benaran nggak tahu malu, ya." Meskipun begitu, sudut bibirnya tetap melengkung ke atas."Oke deh, hari ini sekalian aku jadi malaikat baik hati. Pegangan yang kencang ...." Begitu dia menginjak gas, mobil melesat seperti anak panah yang dilepas dari busurnya.Kelly: "Gila! Pelan sedikit! Aku masih betah hidup, nggak mau ketemu malaikat maut bareng kamu!"Teddy: "Kenapa? Kita bisa dikubur dalam satu liang lahat, romantis, 'kan? Hehehe ...."Kelly hanya bisa memberikan tatapan menjijikkan kepadanya. Kalau pun mati, mereka pasti bakal dikubur di tempat terpisah!Dua puluh menit kemudian ....Kelly: "Berhenti di depan gerbang apartemen aja, aku jalan sendiri ke dalam.""Nggak bisa! Belum sampai depan pintu!"Dengan satu putaran setir, Teddy langsung mengarahkan mobil ma
Teddy langsung nyeletuk, "Aku traktir kamu makan!""Nggak perlu, sudah ada yang ngajak. Kamu tunggu kesempatan berikutnya aja."Selesai bicara, Kelly hendak berjalan melewatinya.Teddy buru-buru mengejar. "Kalau begitu, biar aku antar kamu!"Kelly langsung berhenti melangkah. "Kamu serius?""Banget!""Oke deh, tapi nyetirnya cepat, ya."Seminggu ini Kelly memang sengaja tidak bawa mobil sendiri, supaya bisa tidur sebentar di perjalanan pulang-pergi kerja. Teddy membukakan pintu depan mobil dengan sigap dan seramah mungkin.Sayangnya ....Kelly berkata, "Aku duduk di belakang saja. Lebih enak buat rebahan.""Oke deh."Di dalam mobil, Teddy menyetir sambil menarik napas panjang. Apa ada pacar yang lebih baik lagi dari dia di dunia ini? Menunggu pacarnya satu jam untuk pulang kerja, lalu mengantarkan dia untuk bertemu pria lain dengan sukarela.Namun, jika dia tidak mengantarkannya, Kelly pasti sudah pergi duluan. Selain itu, dia ingin melihat pria berengsek mana yang memikat pacarnya sam
Banyak atau tidak, Nadine tidak tahu. Karena Arnold tidak membalas pesannya lagi.Saat semua bakpao kepiting selesai dikukus, Nadine mengambil sepuluh buah, memasukkannya ke dalam kantong plastik, dan berencana membawanya untuk Arnold. Namun, setelah mengetuk pintunya selama setengah menit, tetap tidak ada jawaban.Dia mengeluarkan ponselnya dan mengetik.[ Profesor, ada di rumah? ]Kali ini Arnold membalas dengan cepat:[ Sudah di laboratorium. ]Nadine mengetik lagi.[ Aku mengukus bakpao kepiting, aku sudah siapkan sepuluh untukmu. Nanti malam waktu kamu pulang, ambil di tempatku, ya? ]Arnold awalnya ingin membalas "Terima kasih, nggak usah", tetapi saat hampir mengetik selesai, dia merasa .... Seorang gadis bersusah payah membuat makanan sendiri dan bahkan ingin memberinya, kalau dia menolak mentah-mentah, sepertinya ....Sangat tidak sopan.Dan juga ... akan terlihat sangat mencurigakan.[ Oke. ]Nadine menyimpan ponselnya dan kembali ke rumah.Setelah selesai merapikan dapur, ba
Melewati bagian perlengkapan rumah tangga, Arnold tiba-tiba berhenti. "Ada yang perlu dibeli?"Nadine teringat kalau sabun mandi dan deterjen di rumahnya hampir habis. "Ada."Saat memilih sabun mandi, dia melirik ke arah Arnold yang juga sedang memasukkan beberapa barang ke dalam troli belanja. Dia melirik sekilas dan melihat ada handuk, sandal rumah, gantungan, dan beberapa barang kecil lainnya ....Barang yang dibelinya cukup banyak, dan troli yang sudah hampir penuh kini makin menggunung.Saat tiba di kasir, Arnold berkata bahwa dia yang akan membayar. Nadine tidak terlalu mempermasalahkan, hanya mengingatkannya untuk menyimpan struk agar nanti mereka bisa membagi biayanya.Arnold mengangguk dan menyuruhnya menunggu di luar jalur kasir. "Di sini terlalu ramai.""Baik," kata Nadine, lalu keluar terlebih dahulu.Beberapa saat kemudian, Arnold selesai membayar dan keluar sambil membawa tiga kantong besar.Melihat itu, Nadine langsung mengulurkan tangan untuk membantu membawanya. Namun,
Setelah berkeliling taman dan menikmati kue kacang hijau, Irene merasa sangat puas. Keesokan harinya, dia dan Jeremy kembali ke Kota Linong. Nadine mengantar mereka ke stasiun kereta cepat.Hugo yang mendapat kabar langsung bergegas menyusul."Bu Irene, ini surat dari para penggemar yang dikirim ke penerbit. Mereka minta aku untuk menyerahkannya kepada Anda."Irene tampak terkejut dan senang. Ini pertama kalinya dia menerima surat dari penggemar. Dan jumlahnya cukup banyak, satu buntalan besar.....Setelah kembali ke rumah, Nadine memanfaatkan cuaca cerah untuk mencuci seprai dan sarung bantal dari dua kamar.Akhir Oktober, hawa panas musim panas perlahan memudar, digantikan dengan kesejukan musim gugur yang menyelinap diam-diam.Nadine kemudian merapikan lemari pakaian. Baju dan gaun yang sudah jarang dipakai dia simpan di bagian atas, sementara pakaian musim gugur dia pindahkan ke tempat yang lebih mudah dijangkau.Saat semuanya beres, waktu sudah menunjukkan pukul dua siang dan dia