Keduanya menuju ke ruangan di dalam.Nadine berbicara langsung ke intinya. "Bu, aku rasa ada yang salah dengan arah penelitianmu."Sebelum Freya sempat merespons, Nadine memberikan sebuah berkas dan melanjutkan, "Pada akhir pekan kemarin, kami bertiga meninjau kembali kemajuan penelitian saat ini.""Selain itu, kami juga memeriksa latar belakang penelitian, metode eksperimen, data spesifik, dan kesimpulan dari dua periode sebelumnya. Akhirnya, kami menemukan ...."Nadine mendongak menatap Freya dengan serius. "Eksperimen periode ketiga yang nggak punya perkembangan mungkin bukan karena masalah dalam eksperimen itu sendiri, melainkan seluruh topik penelitian sudah menyimpang sejak awal."Masalah ini sebenarnya ditemukan oleh ketiga orang, tapi Mikha dan Darius tidak berani bersuara. Makanya, hanya Nadine yang harus menjadi penjahatnya.Melihat Freya terdiam, Nadine tidak berniat untuk berhenti di situ. "Aku tahu sifatmu. Kalau sudah memulai, kamu akan terus melakukannya sampai selesai."
Semua yang sudah terjadi tidak dapat diubah lagi."Tapi, syukurlah, masih ada orang yang menyadari masalah ini."Apa mungkin orang lain benar-benar tidak menyadarinya? Nadine tidak percaya.Namun, karena sudah terlanjur, mereka tidak bisa mengubah arah hanya dengan kekuatan satu orang. Jadi, satu-satunya pilihan adalah melanjutkan kesalahan yang ada dan menempuh sampai akhir.Bagaimanapun, bagi sebagian besar mahasiswa pascasarjana, penelitian bukanlah tujuan utama, melainkan mendapatkan gelar untuk meningkatkan peluang mereka dalam mencari pekerjaan di masa depan. Dengan demikian, mereka akan lebih untung dan lebih unggul.Jadi, bagi mereka, tesis bukanlah pencapaian akademis, melainkan sebuah syarat kelulusan.Jika Freya tiba-tiba mengumumkan bahwa seluruh penelitian harus dibatalkan, hal ini tidak masalah bagi mahasiswa yang sudah lulus sebelumnya, tetapi bagaimana dengan para mahasiswa yang akan segera lulus?Mereka sudah mempersiapkan tesis mereka berdasarkan topik penelitian ini.
"Kita ajukan permohonan untuk laboratorium sendiri."Mikha dan Darius sama-sama tercengang mendengarnya. Sehebat itu?"Bu Freya nggak ... keberatan?""Kamu terlalu meremehkan jiwa besar sang profesor." Nadine tertawa ringan. "Saran ini sebenarnya diberikan Bu Freya."Tanpa basa-basi, hari itu juga Darius mengajukan permohonan melalui sistem administrasi. Halaman menunjukkan bahwa permohonan terkirim dan akan mendapat balasan dalam tiga hari.Namun, setelah tiga hari, jawabannya adalah ... pengajuan gagal dengan alasan laboratorium sudah penuh.Nadine merasa heran. "Kemarin waktu aku lewat laboratorium, pintu masih terkunci seperti biasa. Nggak ada tim yang pakai kok."Mikha menggigit keripik kentangnya sambil berpikir. "Jangan-jangan bagian administrasi sengaja menghalangi kita?"Darius diam, tidak berkata apa-apa.Setelah kuliah selesai, mereka langsung pergi ke bagian administrasi."Aku sudah lihat, laboratorium itu nggak digunakan. Kenapa hasil pengajuan menunjukkan sudah penuh?"St
Nadine langsung bertanya dengan terus terang, "Kak Eden, apa kamu yang pinjam laboratorium C122?""C122?" Eden termangu sejenak karena tidak memahami maksud Nadine.Nadine menjelaskan, "Aku pernah memeriksa topik penelitianmu. Sepertinya kamu nggak membutuhkan alat pengukur CPRT."Eden menunduk. Ekspresinya yang awalnya heran kini menjadi tenang kembali. Saat dia mendongak kembali, tatapannya terlihat datar. "Ya, aku yang pinjam."Nadine dan Darius bertatapan."Aku butuh, jadi aku pinjam. Apa ada masalah?"Nadine bertanya lagi, "Kenapa setiap kali aku lewat, aku nggak melihat laboratorium itu terpakai?""Memang nggak sering dipakai, kadang-kadang saja."Jawaban Eden ini membuat Mikha ingin sekali mengatakannya menyia-nyiakan sumber daya, tetapi dia tetap menahan diri.Karena ada yang menggunakannya, itu tidak bisa disebut menyia-nyiakan. Sumber daya universitas memang milik bersama. Siapa yang mendapatkannya dulu boleh memakainya. Eden tidak bisa disalahkan."Kalau begitu, berapa lama
Eden bertanya, "Kamu mengajukan permohonan penggunaan laboratorium atas namaku?""Ya, aku yang mengajukannya.""Laboratorium itu mau dikasih kepada siapa? Biar aku hubungi orang itu."Diana terkekeh-kekeh. "Bukan untuk siapa-siapa.""Jadi, dibiarkan kosong begitu saja?" Meskipun sudah memperkirakan, Eden tetap merasa agak kecewa."Ya, biarkan saja."Eden tahu dia tidak seharusnya bertanya lebih jauh. Namun, dia tiba-tiba terbayang akan sosok Nadine yang menanyainya tadi. "Kalau nggak dipakai, kenapa membuat pengajuan?"Diana mengangkat alisnya, seperti tidak menyangka Eden yang biasanya diam akan mengajukan pertanyaan seperti ini.Senyuman Diana semakin lebar. "Sekarang nggak terpakai, bukan berarti ke depannya juga nggak terpakai. Sumber daya akademik harus direbut. Aku nggak perlu ajari kamu soal ini, 'kan?""Apa ada sumber daya yang penting di laboratorium itu?"Diana menyahut, "Tentu saja ada, ada CPRT di sana."Eden mengingatkan, "Tim kita sudah punya satu.""Dua juga nggak masala
Eden menunduk sehingga ekspresinya tidak terlihat. Namun, kedua tangannya terkepal erat. Entah berapa lama kemudian, dia akhirnya melepaskan kepalan tangannya, seolah-olah kehilangan tenaga untuk melawan."Terima kasih, Bu.""Sudah seharusnya, soalnya kamu murid yang paling kubanggakan. Sudah seharusnya kamu mendapat perhatian lebih, 'kan?"Eden tidak merespons. Dia memang bukan orang yang pintar berbicara. Orang-orang selalu menganggapnya pendiam."Ya sudah, kamu kembali saja. Bantu aku perhatikan soal makalah. Nggak harus selesai dalam bulan ini kok. Kamu atur saja waktunya. Aku yakin kamu nggak akan mengecewakanku."Eden berbalik dan pergi. Diana kembali ke kursinya dan mengambil secangkir teh.Nella terkekeh-kekeh dan maju. "Memang Bibi yang paling hebat. Dia sampai tunduk padamu."....Karena tidak dapat meminjam laboratorium dan Eden juga tidak mau membatalkan permohonan, mereka memutuskan untuk mencari cara sendiri.Mikha yang sangat rakus justru marah sampai tidak punya nafsu m
Tiga puluh detik kemudian, suara notifikasi terdengar. Mikha kembali ke beranda ponselnya dan melihat. Ternyata itu adalah pemberitahuan bahwa uang sudah diterima.Di ujung sana, Mino bertanya, "Sudah terima belum?""Hm, sudah." Namun, jumlahnya bukan 2 miliar melainkan 3 miliar. Ayahnya memberinya tambahan 1 miliar!"Jangan pelit-pelit kalau beli makan. Kalau uangmu habis, minta saja dariku. Oke?""Oke, Ayah!"Setelah panggilan berakhir, Mikha menyimpan ponselnya. Begitu menoleh, dia melihat Darius dan Nadine sedang menatapnya.Mikha mengejapkan matanya dengan heran. "Aku sudah dapat uangnya. Kenapa kalian melihatku seperti itu?"Darius memicingkan matanya, lalu melipat lengannya di depan dada. "Mikha, kamu ini nggak jujur.""?""Rumahmu di desa?""Ya, sekitar desa kami ada mal dan perumahan mewah. Lingkungannya sangat bagus dan ramai!"Darius kehabisan kata-kata. Giiran Nadine yang bertanya, "Orang tuamu kehilangan pekerjaan dan cuma mengurus gedung?""Ya, sekitar 80 gedung di daerah
"Terus, aku harus ngapain?" tanya Mikha."Kamu urus saja masalah uang."Hari itu juga, Nadine dan Darius mentransfer 840 juta ke rekening Mikha.'Hmm ... punya uang itu memang menyenangkan ....' Mikha tersenyum sambil menikmati biskuitnya dan mengelus kartu banknya.Memang keluarganya kaya, tetapi Mikha tetap menyukai uang! Daya tarik uang memang tak terkalahkan! Dalam aspek ini, dia dan ayahnya sangat mirip!....Nadine menemukan sebuah perusahaan bernama Queen Tech yang merupakan distributor CPRT di dalam negeri. Dari perusahaan ini, dia menemukan bahwa pemegang saham utamanya bernama Yangky.Kemudian, Nadine mencari lagi perusahaan-perusahaan yang terkait dengan nama Yangky. Pada akhirnya dalam jaringan yang rumit, dia menemukan nama yang sangat familier, yaitu Philip."Halo, Kak Nadine, apa kabarmu?""Baik, kamu gimana?""Hais, jangan tanya lagi deh. Beberapa waktu lalu aku terjatuh dan patah tulang betis. Sudah seminggu aku diopname.""Separah itu?" Nadine agak terkejut."Sebenarn
"Ada apa?" tanya Nadine.Keduanya langsung mendongak, seperti anak kecil yang akhirnya melihat orang tua mereka setelah mendapatkan perlakuan tidak adil.Mikha langsung berlari ke arahnya, matanya sudah memerah bahkan sebelum sempat bicara. Darius menyusul di belakang, ekspresinya jelas tegang dan tangannya juga terkepal erat.Nadine langsung merasa ada sesuatu yang tidak beres. Namun, dia tetap tenang. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian duduk di luar dan nggak masuk?""Kak Nadine ...." Mikha berusaha menahan air matanya. Meskipun matanya sudah berkaca-kaca, dia tetap bersikeras untuk tidak membiarkannya jatuh. "Kami nggak bisa masuk lagi!""Apa maksudnya nggak bisa masuk lagi?" Nadine terkejut."Kemarin, tim inspeksi kampus dan pemadam kebakaran distrik tiba-tiba datang ke laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ...."Pemeriksaan kebakaran adalah prosedur rutin, jadi mereka berdua tidak berpikir terlalu banyak dan langsung membukakan pintu serta bekerja sama dengan baik.Siapa sangka,
"Ibu, sadarlah, aku ini anakmu! Kelly itu siapa? Kenapa aku baru bilang satu dua kata tentang dia, kamu langsung mau patahin kakiku?"Phoebe menyahut, "Karena dia adalah menantuku yang sudah kutetapkan! Nggak boleh ada yang menyakitinya, termasuk kamu!"Teddy merasa mata dan hidungnya sedikit memanas. Menantu ....Dia membalikkan badan, menyilangkan tangan di dada, lalu bergumam dengan suara rendah, "Dia punya standar tinggi, barang-barang ini mungkin nggak menarik baginya ...." Sama seperti Teddy yang juga tidak menarik baginya!"Benar juga." Phoebe mengangguk santai. "Kelly punya standar tinggi, tapi dia juga punya modal untuk mencari yang lebih baik! Kamu kira semua orang sepertimu? Kerjaannya cuma bersenang-senang."Teddy langsung berbalik dan berteriak dengan kesal, "Aku ini anak kandungmu! Anak kandung!""Tahu kok, nggak perlu teriak.""?""Pokoknya, aku tinggalkan perhiasan ini di sini. Kamu cari kesempatan untuk memberikannya pada Kelly. Ngerti?"Teddy tidak merespons. Phoebe l
Setelah pria itu pergi, Kelly menatap peralatan makan di meja dengan jijik. Seharusnya, tadi dia menyuruh Teddy merapikan semuanya dulu sebelum pergi."Halo, tolong panggilkan petugas kebersihan untuk dua jam .... Ya, bersih-bersih ... seluruh rumah. Semuanya harus bersih ... terutama sofa ...."Sementara itu, setelah Teddy membanting pintu dan pergi, dia langsung mengemudi pulang ke apartemennya. Kecepatannya hampir mencapai 150 km/jam, seakan-akan tak takut mati.Begitu masuk, Teddy langsung melepas baju dan masuk ke kamar mandi, mencoba menghilangkan aroma yang tertinggal karena kejadian semalam.Namun entah kenapa, setelah selesai mandi, aroma samar khas Kelly masih saja tercium olehnya."Sial ...." Dengan marah, Teddy menendang sofa.Namun akibatnya ... ingatan tentang kejadian semalam sontak menyeruak di kepalanya, dimulai di sofa, lalu berlanjut ke kamar .... Penuh gairah, penuh kegilaan.Teddy berpikir mati-matian, tetapi tetap tidak mengerti. Kenapa wanita yang semalam begitu
Senyuman Teddy langsung membeku. "Maksudmu?"Membereskan barang-barang dan pergi bukan masalah. Namun, apa maksudnya jangan datang lagi?Kelly menjawab dengan tenang, "Maksudnya seperti yang kamu dengar. Aku ingat aku pernah bilang, aku nggak akan terlibat dengan pria yang punya hubungan kerja sama denganku.""Setelah kejadian semalam, kita sudah jelas terlibat. Satu-satunya solusi adalah kita nggak bekerja sama lagi."Teddy perlahan duduk tegak, menatapnya dengan tatapan suram. "Aku nggak mabuk semalam. Dari caramu merespons, kamu juga nggak mabuk, 'kan?""Benar."Saat hubungan itu terjadi, mereka berdua sadar sepenuhnya. Jadi, ini bukan sekadar khilaf karena alkohol."Heh ...." Teddy tertawa dingin. "Kita baru saja tidur bersama dan aku bahkan belum pakai baju, tapi sekarang kamu mau mencampakkanku begitu saja?"Sudut bibir Kelly berkedut. "Kamu sendiri yang memilih nggak pakai baju, itu salah siapa? Aku sih nggak keberatan.""Aku keberatan, sialan!" Suara Teddy tiba-tiba meninggi. "
Pagi-pagi, sinar matahari menyinari masuk. Pakaian berserakan di lantai, dari sofa ruang tamu hingga depan ranjang kamar. Hampir semuanya adalah pakaian pria, hanya ada satu jubah tidur wanita.Teddy menggerakkan kelopak matanya dan terbangun. Ketika mengingat kembali kegilaan dan keintiman semalam, sudut bibirnya terangkat tanpa sadar.Teddy menoleh ke samping, melihat wanita yang masih terlelap. Ekspresinya lembut dan penuh kehangatan yang bahkan tidak disadarinya.Kelly masih tidur, matanya terpejam rapat dan napasnya stabil. Tatapan Teddy menyusuri wajah cantiknya, lalu turun ke leher. Kulit putihnya dipenuhi bekas yang ditinggalkan Teddy saat malam penuh gairah itu.Teddy bukan lagi anak muda yang mudah terpukau oleh tubuh wanita. Namun, semalam dia seperti binatang buas yang pertama kali merasakan daging. Sungguh liar dan tak kenal lelah. Pada akhirnya, Kelly harus menamparnya agar dia berhenti.Sakit? Ya, memang sakit. Namun, puas tidak? Benar-benar puas!Memikirkan itu, senyuma
Teddy kehabisan kata-kata."Selesai," katanya sambil mematikan pengering rambut.Kelly merapikan rambutnya dengan jari. Harus diakui, hasilnya halus tapi tetap lembut. Teddy menyeringai. "Gimana?"Untuk pertama kalinya, Kelly mengangguk puas. "Buka salon deh, aku langsung jadi member VIP."Teddy berpikir, 'Terima kasih, tapi nggak deh.'Kelly menguap, lalu berjalan ke tempat tidur. Setelah menjatuhkan diri dan berguling dua kali, dia membungkus dirinya dengan selimut. "Aku tidur dulu. Tolong matikan lampu, tutup pintu, lalu pulang. Bye-bye ...."Memangnya aku ini pembantunya?! Teddy menggerutu dalam hati, tapi tangannya tetap patuh. Dia mematikan lampu, menutup pintu dengan pelan, lalu keluar.Setelah minum anggur, Kelly tertidur dalam keadaan sedikit mabuk. Hanya dalam sekejap, dia telah tertidur nyenyakBegitu keluar, Teddy melihat botol anggur di wajan kaca yang masih tersisa. Setelah berpikir sejenak, dia mengambil gelas anggur dan menuangkan segelas untuk dirinya sendiri.Kemudian
Kelly meletakkan gelas anggurnya dan berdiri. "Sudah cukup." Minum terlalu banyak bisa menimbulkan masalah, apalagi kalau di rumah ada seorang pria. Dia masih tahu batasannya.Teddy menghentikan gerakannya. "Belum habis, kenapa berhenti?""Kamu kira ini bar? Mau minum sampai pagi?""Anggurnya udah aku siapin, kalau nggak habis, sayang dong?""Sayang buat siapa? Aku bisa minum sendiri besok."Teddy terdiam.Kelly melirik jam dinding. "Sudah malam, pulang sana.""Tunggu, kenapa begitu sih?""Aku kenapa?""Waktu butuh aku, kamu terima. Setelah nggak butuh, langsung diusir. Begitu caramu?""Terus mau gimana? Mau aku suruh kamu nginap?""Pacar nginap di rumah pacar itu hal biasa. Walaupun kita cuma pura-pura, tapi setidaknya harus terlihat meyakinkan, 'kan?"Kelly mendengus. "Sok drama! Memangnya ada yang peduli kita tidur bareng atau nggak?"Baru saja dia selesai bicara, ponsel Teddy berdering. Panggilan video dari WhatsApp. Dia melirik layarnya dan menyeringai. "Tuh, ada yang peduli."Kel
Kelly menegaskan, "Aku. Nggak. Makan. Mi."Teddy menatapnya dengan ekspresi "Kamu pikir aku bakal percaya?"Saat Kelly berbalik hendak masuk kamar, Teddy tiba-tiba berseru, "Nggak mau coba segelas?"Kelly menoleh, matanya melirik wajan kaca yang berembun di meja. Kebetulan sekali, ini jenis anggur favoritnya dan sudah didinginkan dengan sempurna ...."Baiklah, tuangkan satu untukku!" Godaan yang sulit ditolak.Teddy langsung sigap mengambil gelas. "Ini, coba deh! Aku yang dinginkan, dijamin puas!"Kelly menerima gelasnya dan tersenyum sinis. "Itu semua karena anggur yang aku beli bagus.""Iya, iya. Anggurnya bagus, tapi teknikku juga hebat. Kalau digabung, hasilnya luar biasa. Gimana?""Nggak usah bawa-bawa aku," kata Kelly sambil meneguk seteguk pertama.Teddy terdiam. Bahkan dalam obrolan santai, Kelly tetap tidak mau rugi sedikit pun. Baru satu tegukan, Kelly langsung harus mengakui bahwa Teddy benar-benar punya keterampilan."Gimana? Nggak mengecewakan, 'kan?" Teddy mengangkat dagu
"A-aku capek, jadi minggir sebentar buat istirahat, eh malah ketiduran ...."Kelly langsung memutar ke sisi lain mobil, menarik pintu kursi penumpang depan, dan duduk. "Kebetulan, antarin aku pulang."Teddy mendengus. "Kamu benaran nggak tahu malu, ya." Meskipun begitu, sudut bibirnya tetap melengkung ke atas."Oke deh, hari ini sekalian aku jadi malaikat baik hati. Pegangan yang kencang ...." Begitu dia menginjak gas, mobil melesat seperti anak panah yang dilepas dari busurnya.Kelly: "Gila! Pelan sedikit! Aku masih betah hidup, nggak mau ketemu malaikat maut bareng kamu!"Teddy: "Kenapa? Kita bisa dikubur dalam satu liang lahat, romantis, 'kan? Hehehe ...."Kelly hanya bisa memberikan tatapan menjijikkan kepadanya. Kalau pun mati, mereka pasti bakal dikubur di tempat terpisah!Dua puluh menit kemudian ....Kelly: "Berhenti di depan gerbang apartemen aja, aku jalan sendiri ke dalam.""Nggak bisa! Belum sampai depan pintu!"Dengan satu putaran setir, Teddy langsung mengarahkan mobil ma