Share

Bab 192

Author: Patricia
Saat itu, Kamila tiba-tiba angkat bicara, "Kalau memang akselerasi dari S1 langsung ke S3, Universitas Brata sebenarnya memang punya beberapa jurusan yang bisa mendaftar. Tapi syaratnya sangat ketat. Nadine, jurusan apa yang kamu ambil saat S1?"

"Bioinformatika."

"Fakultas Ilmu Kehidupan?" Kamila kemudian menoleh ke arah Wilfred. "Sepertinya kamu lebih paham. Jurusan Bioinformatika punya program akselerasi S1-S3 nggak?"

Dalam sekejap, semua mata tertuju pada Wilfred, termasuk Olive yang terlihat penuh rasa penasaran.

"Uh ...." Wilfred meletakkan sendoknya dan berpikir sejenak. "Umumnya, jurusan ini nggak punya program akselerasi S1-S3 ...."

Olive langsung berdiri dengan tegas dan menatap Nadine dengan dingin. "Faktanya sudah jelas, mau ngomong apa lagi sekarang?"

Namun, Kamila yang lebih teliti, memperhatikan pilihan kata Wilfred. "Wil, apa maksudmu 'umumnya'? Apa ada pengecualian?"

Wilfred mengangguk. "Ada. Setiap tahun, Fakultas Ilmu Kehidupan biasanya menyediakan 1-2 'kuota penerima
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 193

    Kamila terkejut. Apa Nadine sedang pamer?Calvin tidak menyangka bahwa acara makan ini malah membawa kejutan besar. "Jadi, kamu ini mahasiswa yang sering disebut sama Bu Freya sebagai 'penyesalan terbesar'? Nggak kusangka .... Jadi, siapa pembimbingmu untuk program magister tahun ini?"Nadine menjawab singkat, "Bu Freya."Calvin langsung bertepuk tangan. "Pasti Bu Freya senang sekali sama keputusanmu!"Hanya Olive sendirian yang masih berdiri. Ekspresi yang tadinya penuh keraguan dan keangkuhan langsung berubah menjadi canggung dan malu. Dia merasa serba salah.Untung saja, Wilfred membantunya mencari alasan, "Olive, duduk dulu. Bilang saja mau makan apa, aku bantu ambilkan. Sayur-sayuran ada di dekatku, lebih mudah kalau aku yang ambilkan.""Terima kasih," kata Olive yang akhirnya duduk kembali.Wilfred lalu beralih ke Nadine dan menatapnya dengan raut menyesal. "Maaf ya, Nadine. Olive memang orangnya begitu, suka bersikap blak-blakan. Tapi dia nggak punya maksud buruk, kok. Setelah k

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 194

    Apa maksudnya ini? Didengar dari nada bicaranya yang alami, sepertinya mereka berdua sudah sering pulang bersama. Bahkan kemungkinan, mereka tinggal serumah ....Kamila menatap ke arah mobil yang perlahan menghilang dari pandangan. Setelah beberapa detik, dia akhirnya mengalihkan pandangannya lalu mencubit lengan Wilfred. "Wil, aku nggak salah lihat, 'kan?"Wilfred meringis kesakitan. "Kamila, lain kali kalau mau nyubit, cubit dirimu sendiri dong!"Kamila membela diri. "Kamu masih muda, regenerasi tubuhmu lebih cepat. Dicubit begini nggak akan masalah."Wilfred kehabisan kata-kata. Sementara itu, Calvin hanya tersenyum dan tidak ikut berkomentar. Kemudian, dia berjalan santai menuju rumahnya.Di sisi lain, Olive tampak sangat kesal. Wajahnya sudah tidak bisa lagi digambarkan dengan kata "muram". Tanpa menunggu Wilfred, dia langsung masuk ke mobil dan pergi sendiri.Wilfred hanya bisa menunduk, menyembunyikan ekspresi kecewanya.'Nggak apa-apa, lagian aku sudah terbiasa.' Dia mencoba me

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 195

    Kamila langsung tanggap ketika mendengar itu adalah masalah teknis. Setelah memahami langkah-langkah eksperimen Nadine, dia segera memberikan beberapa saran perbaikan.Sementara itu, Olive masuk ke ruangan. Melihat Nadine yang tampak serius bekerja, dia hanya mencibir dalam hati. Baginya, seorang lulusan S1 tidak mungkin memiliki banyak pengetahuan. Nadine pasti hanya berlagak serius!Nadine sibuk sepanjang pagi. Ketika akhirnya menoleh, dia menyadari bahwa sebagian besar rekan kerjanya sudah meninggalkan meja eksperimen masing-masing, mungkin untuk makan siang atau istirahat.Setelah melirik jam, Nadine menyadari masih ada waktu istirahat satu setengah jam. Dia pun berencana keluar untuk mencari makanan cepat saji sebelum kembali melanjutkan eksperimen. Namun, baru saja keluar dari ruangan, dia melihat Arnold berjalan mendekat sambil membawa kantong makanan."Tadi aku mampir ke bawah untuk beli makan. Sekalian kubawakan satu untukmu," katanya sambil menyerahkan kantong itu.Nadine mem

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 196

    "Nadine! Coba hitung berapa kali aku meneleponmu? Kamu nggak angkat satu pun!! Sudah berapa lama ini? Kalau aku nggak telepon, apa kamu berencana nggak mau menghubungiku seumur hidup?" Kelly benar-benar marah, suaranya seperti petasan yang meledak bertubi-tubi.Nadine membuka riwayat panggilan di ponselnya dan melihat deretan panggilan tak terjawab ... semuanya dari Kelly. Sebenarnya, beberapa kali Nadine memang berniat menelepon balik, tapi setiap kali terlupa karena kesibukan.Merasa bersalah, dia segera meminta maaf, "Maaf, Kelly. Aku benar-benar terlalu sibuk beberapa hari ini. Terus, aku juga lupa .... Uh, aku janji, ke depannya aku akan mengurangi, eh, nggak, aku akan menghindari hal ini terjadi lagi!"Sebenarnya, Kelly sudah tahu tentang Nadine bergabung ke laboratorium sejak hari kedua.Hubungan Kelly dengan Arnold hanya biasa-biasa saja. Ketika masih kecil, mereka cukup dekat. Namun setelah Arnold melanjutkan studi ke luar negeri dan jarang pulang, sia berubah menjadi sosok "

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 197

    "Kalian lihat ini, perhitunganku benar nggak?"Setelah melihatnya dengan saksama, Wilfred mengangguk. "Seharusnya nggak masalah lagi."Calvin yang berpengalaman, langsung bisa melihat letak kesalahannya dalam sekejap. "Dua bagian ini tetap nggak cocok.""Data di baris ketujuh juga salah hitung, bukan 50 dan 71, seharusnya 50,2 dan ... 70,88." Saat Nadine lewat dan melihat deretan panjang data di layar, dia langsung menyadari bahwa ada dua nilai yang salah di titik ketujuh.Sejak awal, hubungan mereka dengan Nadine memang tidak terlalu dekat, tapi juga tidak benar-benar menjauhinya.Bukan berarti mereka mengucilkannya, tapi mereka juga tidak benar-benar menganggapnya bagian dari kelompok itu. Bahkan sosok seperti Kamila yang ramah ataupun Calvin yang sabar pun tidak bisa terlalu dekat dengannya.Jarak antara mereka timbul karena perbedaan latar belakang akademis, status, usia, dan waktu yang mereka habiskan bersama. Sikap mereka terhadap Wilfred dan Olive jelas jauh lebih akrab dibandin

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 198

    Calvin juga memiliki pemikiran yang sama, jadi dia tidak membela Nadine.Olive terus melanjutkan, "Manusia itu harus tahu diri, paham nggak? Kamu anak biologi, tapi berani mengomentari data eksperimen kelompok fisika. Kalau cerita ini tersebar, pasti akan ditertawakan orang ...."Namun, tiba-tiba Wilfred yang sedari tadi sibuk mengetik sesuatu di depan komputernya, berdiri dengan penuh semangat. "Aku baru saja menghitung ulang dan Nadine benar!"Ucapan Olive langsung terhenti. Kamila dan Calvin tercengang.Wilfred melanjutkan, "Angkanya bukan 50 dan 70, seharusnya lebih akurat menjadi 50,2 dan 70,88! Hanya sedikit perbedaan ini yang membuat semua nilai setelah titik ketujuh jadi kacau." Begitulah dunia penelitian. Terkadang, kesalahan sekecil apa pun bisa menyebabkan hasil yang sangat jauh berbeda.Calvin segera mendekati layar komputer, memeriksa ulang data dengan saksama. Dia menghitung ulang menggunakan nilai yang diperbaiki menjadi 50,2 dan 70,88. Benar saja, semua nilai berikutnya

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 199

    Ini seperti ... seorang petani mengajari peternak bagaimana cara mencampur pakan ternaknya. Siapa pun yang mendengar pasti akan sulit percaya!Nadine menatap Olive yang masih terpaku di tempat, lalu berkata dengan nada tenang, "Terima kasih, atas nasihat Kakak Senior tadi. Aku tentu paham bahwa penelitian itu harus dilakukan dengan hati-hati, jujur, dan praktis. Itu adalah kualitas dasar seorang peneliti.""Tapi, aku juga berpikir bahwa seorang peneliti seharusnya punya keberanian untuk mendengarkan pendapat orang lain dan menerima saran yang masuk akal. Gimana menurutmu?""Seperti kejadian hari ini, siapa pun yang mengusulkan koreksi, apa pun isi koreksinya, seharusnya diverifikasi terlebih dahulu sebelum memutuskan apakah itu benar atau salah. Bukan sekadar mengandalkan perasaan pribadi untuk mengambil kesimpulan."Nada bicara Nadine sangat datar, seolah-olah hanya menyampaikan fakta objektif. Namun di telinga Olive, setiap ucapannya terasa sangat menusuk. Bukan sekadar teguran, mela

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 200

    Wajah pria itu penuh dengan kegelisahan dan ketidaksabaran. Dia melirik jam, baru pukul sembilan malam, tapi sudah ada empat atau lima panggilan telepon dari rumah. Tiga di antaranya dari ibunya, dan satu dari Eva.Sepertinya Eva tahu Reagan tidak akan mengangkat teleponnya, jadi hanya menelepon sekali dan tidak melanjutkannya. Tindakan itu memang cukup bijaksana, tapi tetap saja membuat Reagan merasa kesal. Apalagi, belakangan ini ada orang luar yang tinggal di vila mereka, membuat suasana semakin tak nyaman.Philip melirik jamnya dan bertanya, "Masih belum terlalu larut, 'kan? Kok cepat banget sudah mau pulang?"Reagan tidak menjawab. Namun, Philip bisa melihat bahwa kemarahan yang terpendam dalam hati Reagan sudah hampir tak bisa dibendung lagi. Karena itu, dia tidak berani banyak bicara lagi."Ada sopir di bawah, aku suruh dia antar kamu pulang," kata Philip."Terima kasih.""Masih perlu pakai basa-basi segala sama aku?" Philip menaruh gelasnya. "Reagan, kuantar kamu keluar."Reaga

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 717

    Baik judul ataupun variasi lagunya, Stendy sama sekali tidak bisa fokus. Cahaya redup di dalam aula konser bisa menjadi penyamaran yang terbaik, sehingga dia bisa menatap Nadine dengan tatapan yang lembut serta penuh perasaan dan tanpa perlu takut ketahuan.Stendy secara refleks menatap tangan Nadine yang putih. Dia berkali-kali ingin menggenggam tangan Nadine dengan erat, lalu tidak pernah melepaskannya lagi. Namun, setelah memberontak dengan pikirannya, pada akhirnya tetap logikanya yang menang. Dia mengingatkan dirinya untuk bertahan sampai melewati malam ini dan jangan gegabah agar tidak menakuti Nadine.Dua jam mungkin adalah siksaan dan ujian kesabaran bagi sebagian orang, tetapi itu adalah pesta untuk memanjakan indra yang langka bagi Nadine. Bahkan setelah konser sudah selesai, dia tetap masih tenggelam dalam suasananya."Apa kamu menyadari sesuatu dari lagu Croatian Rhapsody? Ternyata dia masukkan unsur musik rok juga, romantis dan energik. Terutama di bagian tengah lagunya, s

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 716

    "Uhuk uhuk ...." Nadine langsung tersedak. Mereka sedang makan sambil mendengar cerita yang seru, tetapi topiknya malah tiba-tiba dialihkan ke dirinya. Pokoknya perasaannya tidak enak."Kami bukan sepasang kekasih, tapi makan malam ini bisa dibilang gratis untuk Tuan Stendy karena ...."Setelah mengatakan itu, Nadine tersenyum dan menatap pemilik restoran. "Aku yang traktir."Setelah tertegun sejenak, pemilik restoran itu menatap Stendy dengan tatapan seolah-olah berkata anak ini akhirnya kena batunya dan pantas menerimanya.Begitu selesai makan, Nadine langsung pergi membayar tagihan makanannya.Pemilik restoran itu menarik Stendy ke samping dan berbisik, "Kawan, kamu boleh terus begini. Ayo berusaha, segera dapatkan gadis itu. Kalau lain kali kamu masih nggak dapat gratisan lagi, jangan salahkan aku meremehkanmu."Stendy pun menghela napas. "Kamu pikir aku nggak mau?""Wah, akhirnya ada gadis di dunia ini yang bisa membuatmu kelabakan. Sungguh langka. Baiklah, biar teman lamamu ini y

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 715

    Stendy menyahut, "Aku pikir-pikir dulu, nanti baru kita putuskan setelah ketemu.""Oke." Nadine mengakhiri panggilan, lalu langsung memakai jaket bulu tebal dan sepatu bot musim dingin, juga mengambil tas. Dia keluar dalam waktu kurang dari tiga menit!Cuaca tidak sedingin sebelumnya lagi, tetapi matahari masih tidak muncul.Begitu turun, Nadine langsung melihat Stendy berdiri di ujung gang, bersandar santai di samping mobil Maybach edisi terbatas. Pria yang memakai mantel hitam itu pun memutar-mutar kunci mobilnya.Begitu melihat Nadine, tubuh Stendy langsung tegak. Nadine tersenyum dan berjalan mendekat. Wajah Stendy yang tadi terlihat agak dingin langsung berubah cerah, bibirnya tersenyum.Begitu masuk mobil, Stendy menyerahkan sekantong sarapan, "Nih, susu kedelai dan roti, makan selagi masih hangat."Nadine menaikkan alisnya. "Pak Stendy bukan cuma jadi sopir, tapi juga beliin aku sarapan? Ini layanan bintang lima sih. Aku nggak berani menikmatinya."Stendy terkekeh-kekeh. "Kenapa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 714

    "Nad, sejak pertama kali kita ketemu di kafe, aku ....""Eh? Pak Arnold, Nadine, kok berdiri di sana? Nggak naik?" Tetangga mereka yang tinggal di lantai bawah, datang dengan membawa banyak kantong belanjaan. Begitu melihat mereka, dia langsung menyapa dengan ramah."Dingin banget ya hari ini, aku hampir beku .... Tapi karena diskon, aku tetap keluar malam-malam begini!"Supermarket besar di dekat sana memang sering mengadakan diskon besar setelah pukul 9 malam. Sebagai orang yang pintar mengatur uang, wanita ini sering keluar malam untuk belanja hemat.Situasi sekarang jelas tidak cocok untuk melanjutkan obrolan mereka. Arnold terpaksa menelan kembali semua yang ingin dia ucapkan tadi."Ayo, kita sama-sama naik!" ajak wanita itu.Nadine melangkah maju, langsung mengambil salah satu kantong belanjaan dari tangan wanita itu. "Biar kubantu ...."Namun, Arnold langsung mengambil alih kantong belanjaan itu dari tangan Nadine. Dengan cepat, dia berjalan di depan mereka. "Biar aku saja."Wan

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 713

    Nadine tersenyum mencela dirinya sendiri.Arnold tiba-tiba terdiam, napasnya tercekat. Entah kenapa, senyuman kecil di ujung bibir gadis itu membuat hatinya terasa panik. Seolah-olah dia baru saja melewatkan sesuatu yang sangat penting.Mereka meninggalkan pabrik saat senja hari. Satpam yang berjaga sudah berganti. Paman ramah penuh canda tawa tadi sudah pulang, digantikan oleh seorang pemuda yang tampak pemalu.Setelah menerima kunci dari mereka, pemuda itu meletakkannya, lalu membukakan pintu gerbang untuk mereka.Langit belum sepenuhnya gelap. Cahaya senja menyelimuti cakrawala dalam warna kelabu suram. Di sepanjang jalan, cabang-cabang pohon yang gundul menambah kesan sepi.Nadine dan Arnold berjalan berdampingan tanpa berbicara. Keheningan mengisi jarak di antara mereka. Arnold sempat membuka mulut, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.Dia bisa merasakan perubahan suasana hati Nadine, tetapi tidak tahu penyebabnya. Jadi, yang bisa dia lakukan hanyalah diam dan berhati-hati aga

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 712

    Diskusi akademik antara keduanya akhirnya mencapai akhir. Kelly tidak bisa menahan diri untuk menghela napas panjang."Lain kali jangan ajak aku ke acara akademik kayak gini lagi ya. Buat capek saja ...." Kelly bergumam pelan, lalu mengangkat tangan memberi isyarat kepada pramusaji untuk menyajikan makanan.Seperti yang sudah diduga, semuanya adalah makanan favorit Nadine!Selesai makan, Kelly awalnya ingin jalan-jalan sebentar. Namun, baru saja keluar dari restoran, dia langsung menerima telepon kerja. "Iya, iya! Tunggu sehari lagi bisa mati ya?"Meskipun mengomel, dia tetap buru-buru pergi ke kantor setelah menutup telepon. Sebelum pergi, dia tidak lupa berpesan, "Kak Arnold, hari ini ulang tahun Nadine, kamu temani dia ya! Pokoknya turuti semua yang dia mau!""Oke." Setelah melihat Kelly pergi, Arnold tersenyum menatap Nadine. "Mau ke mana?""Benaran bisa ke mana saja?" Mata Nadine berbinar.Arnold berpikir sebentar. "Selama masih dalam batas kemampuanku.""Kalau begitu, boleh nggak

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 711

    "Ayo, biar aku pakaikan untukmu." Kelly memasangkan gelang itu ke pergelangan tangan Nadine yang ramping. Gelang itu membuat kulit putih Nadine terlihat semakin bersinar. "Aku tahu model dan warna ini cocok banget sama kamu!"Nadine menunduk melihatnya, semakin dilihat semakin suka.Kelly tiba-tiba bertanya, "Kamu kira ini udah selesai?""Hm?" Nadine mengangkat kepala dengan bingung. Masih ada acara lain?Kelly tersenyum tanpa menjawab, lalu mengangguk kecil ke arah pramusaji. Detik berikutnya, lagu ulang tahun mulai mengalun di dalam ruang privat.Diiringi musik yang lembut, Arnold mendorong masuk sebuah kue dan berjalan ke arah mereka. Di atas krim putih dan merah muda, berdiri boneka fondan yang sangat cantik.Matanya besar, ekspresinya penuh percaya diri dan ceria. Jelas, itu versi kartun dari Nadine sendiri. Di sekelilingnya pun dihiasi mutiara merah muda. Sederhana, tetapi sangat indah."Pak Arnold?" Nadine tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Arnold menatapnya, bibirnya meny

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 710

    Irene berkata, "Sayang, selamat ulang tahun! Sebenarnya, aku dan ayahmu mau datang ke Kota Juanin dua hari lebih awal untuk merayakan ulang tahunmu.""Tapi, penerbit mendadak kasih tahu Seven Days akan dicetak ulang dan mereka mengirim 3 kotak penuh halaman depan untuk kutandatangani. Jadi, setelah berdiskusi dengan ayahmu, kami memutuskan untuk menunda kunjungan dan akan datang lain kali."Irene juga merasa tidak berdaya. Buku barunya laris manis dan sudah cetakan ketiga. Sekarang di ruang kerjanya, masih ada ribuan halaman depan yang menunggu tanda tangannya. Kadang, punya buku yang laris juga menjadi tantangan tersendiri.Nadine mengedipkan matanya dengan penuh pengertian. "Ibuku terkenal! Wajar dong kalau sibuk!"Nada dan ekspresi bangganya membuat Irene tertawa."Duh, kamu nggak tahu! Sekarang ibumu benar-benar terkenal! Beberapa waktu lalu, ada seorang penggemar fanatik berhasil mendapat nomor telepon ibumu.""Begitu menelepon, dia langsung bilang ingin mendapat buku dengan tanda

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 709

    Di tengah musim dingin yang menusuk, kompleks apartemen tua mulai sepi setelah pukul 9 malam. Lampu jalan di sekitar sering mati. Karena khawatir akan keselamatannya, Arnold selalu turun menunggunya setiap kali ada waktu.Meskipun waktu kepulangan Nadine tidak selalu sama, biasanya hanya selisih 20 atau 30 menit. Namun, malam ini dia terlambat hingga 2 jam, bahkan turun dari mobil Stendy. Arnold menebak, pasti ada sesuatu yang terjadi di jalan.Angin malam bertiup, membawa hawa dingin yang menusuk. Melihat ujung hidung Nadine yang merah karena kedinginan, Arnold berkata, "Ayo masuk, di luar terlalu dingin. Kita bicara di dalam saja."Nadine mengangguk, meniup telapak tangannya yang dingin, lalu berbalik untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Stendy.Di bawah sorot lampu malam, dua sosok berjalan berdampingan, langkah mereka pun seirama. Lampu di tangga menyala satu per satu, samar-samar terdengar percakapan ringan.Stendy tetap berdiri di tempatnya, menatap ke arah mereka pergi. Dala

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status