POV gaida.
Kenapa Mas Adrian pergi terburu-buru begitu saja saat kami baru saja hendak memadu asmara. Aku rindu sentuhan dan pelukannya yang hangat sampai pagi, di mana itu sudah jarang sekali terjadi.Aku merindukannya, sangat, aku merasa suamiku adalah milikku dalam status, tapi, kadang aku merasa sama sekali tidak memiliki hatinya atau mengenalnya, entah kenapa bisa begitu.Kenapa, di saat ia sudah mengenakan hijamah dan bersiap untuk tidur tiba-tiba dia langsung pergi."Halo, selamat malam Valerie," ucapku pada asisten pribadi Mas Alfian."Iya Nyonya...." Dia memanggilku seperti itu karena dia dulu bekerja sebagai asisten orang tuaku."Apa suamiku punya pekerjaan atau tugas penting malam-malam begini sehingga dia harus pergi.""Setahu saya tidak ada Nyonya. Apakah ada masalah? apa ada yang bisa saya bantu?""Tidak Terima kasih Valeri.""Sama sama."Benarkan! Dia sama sekali tidak punya tugas mendadak di kantornya. Lalu, ke mana dia pergi malam-malam begini, entah kenapa hatiku mulai gelisah dan tidak tenang, aku tak mengerti Mengapa tiba-tiba aku merasa berdebar dan seorang ada firasat yang mengatakan bahwa suamiku sedang tidak baik-baik saja.Apakah terjadi sesuatu pada mertuaku atau anggota keluarganya yang lain, sampai-sampai Mas Alfian tidak mau menceritakannya padaku?*Aku menelpon mertuaku dan ipar-iparku tapi Mereka bilang mereka baik-baik saja dan ada di rumahnya. Mereka bilang kalau suamiku tidak datang. Lalu di mana dia sekarang.Karena kegelisahanku semakin memuncak aku sampai tidak bisa tidur, aku mondar-mandir di dalam kamarku seperti setrikaan sambil berpikir dalam dan bingung sendiri. Ku dudukkan diriku di depan kaca rias lalu kupandangi pantulan wajahku.Apakah aku sudah berubah jelek sehingga dia sudah tidak berkenan bersamaku, ataukah aku sudah tidak sepenting dulu sehingga aku bukanlah prioritas untuk menghabiskan waktu dengannya? Tapi sikap mesra dan perhatiannya tidak berubah. Kalau soal waktu dan kesibukan, harusnya aku mengerti, posisi nggak ada direktur pelaksanaan sekaligus penanggung jawab utama atas semua kebijakan dan regulasi proyek-proyek dalam perusahaannya. Seharusnya aku paham hal itu."Ah, iya, benar juga," desisku. "Suamiku adalah pria baik-baik yang selalu bisa mempertahankan harga diri dan kesetiaannya."Tiba-tiba saja aku tertawa sendiri sambil menepuk keningku, disaat bersamaan aku juga melihat koleksi hadiah-hadiah yang diberikan Mas Alfian dari balik kaca riasku. Kalau dia tidak mencintaiku untuk apa dia harus menyisihkan hasil keringatnya untuk membelikan hadiah dan perhiasan untukku. Tidak, dia lelaki baik dan aku tak boleh memupuk kecurigaan.(Sayang kau di mana?) Hingga pukul 12.00 malam pesanku belum dibaca juga.Aku yang penasaran akhirnya menelpon hingga tak lama aku kemudian suamiku dari seberang sana menjawab."Ada kendala di proyek di mana aku langsung kemari untuk menyelesaikan semuanya, melakukannya malam ini juga karena besok ada pameran penting." Ia terengah menjawab perkataanku seakan-akan ia baru saja selesai berlari maraton, di saat bersamaan timbul kecurigaan dalam benakku, apa jangan-jangan ia baru saja selesai memadu asmara dengan seorang wanita hingga Ia tidak mampu mengendalikan nafasnya.Oh Tidak, jangan ada godaan iblis yang akan menggoyahkan pernikahanku!"Di mana kamu Mas?"Ia langsung mengirimkan foto selfie dirinya di sebuah lobby hotel dengan latar belakang STAN produk perusahaannya. Aku langsung paham, Dia sedang menghandle persiapan pameran besok."Oh maafkan aku Mas.""Iya sayang, aku mengerti kekhawatiranmu. Aku bersyukur masih dikhawatirkan oleh seseorang karena wujud cinta dari seorang wanita adalah kecerewetan mereka," ujarnya Sambil tertawa. Aku hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum sendiri."Kalau begitu Jangan tunggu aku lagi tidurlah lebih dulu karena kau harus bangun pagi dan menyiapkan anak-anak kita ke sekolah. Ivanka dan Nora sudah tidur kan?""Iya mas.""Bagaimana dengan Zein dan Malik?""Mereka juga sudah pulas.""Alhamdulillah. Aku bahagia bisa menyediakan tempat yang nyaman untuk istri dan keempat anakku serta memberi mereka makanan yang layak. Sampai saat ini semua yang aku lakukan, bahkan sampai mengabaikan waktu istirahatku, adalah demi membahagiakan kalian. Jadi jangan meragukanku, Gaida.""Iya Mas.""Makasih ya sayang, selamat tidur.""Daah."Kuletakkan ponsel dan langsung merebahkan diriku dengan tenang. Aku tidak perlu terlalu banyak berasumsi lagi, cukup kujalani peranku sebagai seorang istri dan ibu, lalu akan kuterima sisanya sesuai dengan apa yang terjadi.*"Eh kamu tahu nggak kalau anggota yang baru bergabung Minggu lalu itu kabarnya dia suka menggoda suami orang?" begitu kaya Erlina sahabatku saat kami sedang yoga."Ah, jangan bergosip atau bercerita tentang orang lain di mana kamu tidak mengetahui yang sebenarnya. Aku mengenalnya, dia baik, namanya Miranda.""Kok kamu begitu yakin sih, dari bentukan dan penampilannya aja, dia seperti orang kampung yang baru mengenal kehidupan kota dan gaya hidup mewah.""Ah, jangan berkata begitu, bagiku, semua orang yang menjadi sahabatku adalah sama, terlepas apa latar belakang dan bagaimana kehidupan mereka. Miranda adalah seorang desainer interior yang sukses, jangan membuat isu.""Tapi dia seharusnya tidak masuk keanggotaan premium klub ini, bagaimana kalau rumor itu benar adanya, tentu klub kita akan tercoreng.""Ah, sudahlah," ucapku sambil mengibaskan tangan dan menjauhi erlina.Kuhampiri miranda yang kebetulan ambil handuk dan minum. Kusapa dia dan gadis muda itu membalas dengan ramah."Bagaimana kabarmu hari ini?""Baik, Mbak.""Bagiamana kalau kita makan sup seafood setelah ini.""Menarik sekali, tapi saya harus pergi ke rumah Klien untuk melihat desain dan bentuk ruangannya.""Oh sayang sekali," ujarku tersenyum."Mbak ...." Wanita itu terlihat menunduk saat mengatakan itu."Ada apa?""Apa Mbak juga mendengar dan tentang diriku di sekitar komplek dan club ini?""Iya, tapi aku tak peduli," jawabku."Aku tidak nyaman Mbak," desisnya dengan air mata menggenang."Selama tuduhan mereka bukanlah kenyataan kau bisa mengabaikannya. Aku percaya kau adalah wanita baik-baik yang tidak akan pernah melakukan perbuatan tercela. Aku akan selalu berada di pihakmu dan mendukungmu Jadi kau jangan khawatir," ujarku padanya."Ya ampun makasih, Mbak, di saat dunia membenci dan mencelaku, Mbak justru mendukungku aku sangat berterima kasih....." Ia langsung berbinar dan memelukku, aku sendiri tersenyum dan menepuk punggungnya dengan penuh ketulusan.Tidak ada kebencian atau kecurigaan, karena aku percaya jika orang baik pasti akan bertemu dengan orang-orang yang baik pula.Aku tidak pernah menyangka bahwa orang yang ku peluk sekarang dialah yang akan menusukku dari belakang.Aku sama sekali tidak curiga padanya, aku percaya bahwa Miranda adalah gadis yang baik, dia sopan dan tahu diri. Sejak bergaul dengannya aku jadi merasa punya teman yang benar-benar mengerti perasaanku, aku sering mengajaknya curhat dan dia merupakan pendengar yang baik, ia selalu memberiku solusi dan bisa membuatku terhibur. Suatu hari kuajak ia ke rumah, tadinya ia menolak dengan alasan sibuk, tapi karena aku mengundangnya dengan cara mendesaknya maka dia tidak punya pilihan lain.Pertama kali masuk ke rumahku wanita itu tercengang melihat interior rumah, baru di masuk saja kami sudah disambut dengan foyer dan meja konsole marmer italy, ada cermin estetik di bagian, lalu menuju ke tengah, ada tangga kembar menuju lantai, sebelah kanan ruang tamu dan sebelah kiri ruang keluarga dengan smart tv ukuran jumbo. Di bagian void ada lampu gantung dengan desain mewah dan meja bundar dengan vas rangkaian bunga Peony berukuran besar.Dia tercengang menatap rumahku."Kenapa aku suka desain
"Kemarilah ...." aku langsung mendekap wanita itu ke dalam pelukanku, sementara ia semakin tergugu di bahu ini dengan pilu.Aku mengerti sekali bagaimana dilema perasaan yang sedang dialami wanita itu. Ia pasti sangat jatuh cinta dengan kekasih kebanggaannya di mana ia selalu menceritakan hal baik-baik tentang pria pujaannya itu. Dia bahagia bersamanya dan bangga memilikinya.Tapi di sisi lain lelaki itu punya istri. Bagaimanakah perasaan istrinya yang sudah setia menunggu di rumah. Pasti wanita itu akan tercabik-cabik perasaannya kalau tahu suaminya berkhianat. Ketika seorang wanita sudah dilukai dan kecewa maka akan sulit mengembalikan perasaan dan kepercayaannya. Jika wanita itu merasa murka dan memilih bercerai bagaimana pula nasib anak-anak mereka. Ah, aku harus menghentikan Miranda untuk terus berada di antara hubungan pasangan halal. Dia cantik dan karirnya cemerlang, dia pantas mendapatkan lelaki yang lebih baik dan hanya mencintai dia satu-satunya sebagai wanita."Kemarilah,
Sudah dua tahun hubungan kami, tapi Mas Alfian belum kunjung menunjukkan keinginannya untuk melamarku. Ya, dia tidak mungkin melakukannya karena kesepakatan Kami adalah melanjutkan hubungan seperti ini saja tanpa pernah terungkap ke publik apalagi sampai dibawa ke jenjang pernikahan.Kata orang, Hanya wanita bodoh yang mau jadi gundik seumur, hanya wanita yang tidak tahu diri dan tidak menghargai solidaritas sesama wanita yang akan menyakiti makhluk yang sama seperti dirinya."Aku harus bagaimana?" Aku kembali termenung sambil memeluk diriku, duduk di sisi dinding yang pemandangannya langsung mengarah ke gedung gedung dan situasi kota di malam hari. Kelip lampu lampu begitu cerah, berbeda dengan masa depanku yang belum jelas arah tujuannya.Ting tong!Bel apartemenku berdering, aku langsung bangkit karena sudah tahu siapa yang datang. Begitu kubuka pintu, mas Alfian yang sudah di sana dan menatap diri ini dengan tajam."Sayang, Alhamdulillah kamu mampir juga," ucapku yang tak sa
Aku terbangun dalam posisi tidur sendirian, kucari suamiku dengan dada berdebar, isu perselingkuhan yang sedang merebak di komplek kami membuat diriku khawatir kalau ternyata pelakunya adalah suamiku.Dengan langkah yang begitu cepat kau cari dia ke semua sudut rumah sehingga aku mendapatinya tertidur di sofa dalam keadaan TV yang masih menyala. Kuhampiri dirinya lalu kubangunkan dia dengan perlahan."Mas.""Iya?""Pindah ke kamar yuk, kau dari mana aja sih.""Urusan kerjaan." Ia menggeliat lalu bangun dan beranjak di kamar dengan langkah yang lesu. Waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi dan aku sama sekali tidak menyadari kedatangannya."Maaf ya, karena belakangan ini aku jarang menemanimu atau memberimu nafkah batin.""Iya Mas, tak apa, aku mengerti kau sibuk.""Aku menyiapkan hadiah dibawa sofa ruang tv sebagai bentuk permintaan maafku yang jarang menemanimu.""Oh ya, kok sempat-sempatnya kamu menyiapkan hadiah padahal kamu sangat pusing dan sibuk dengan kerjaan Mas?""Bagiku, Tidak ad
Lututku langsung gemetar, dadaku berdebar seolah jantung direnggut dari rongga dada. Aku syok sekaligus mulai timbul berbagai penafsiran dalam benakku mengingat sekarang ini santer sekali isu perselingkuhan di mana pelakunya adalah salah satu diantara kami yang ada di komplek ini."Ada apa sayang?" Tanya suamiku yang mengejutkanku dari belakang aku langsung membalikkan badan dan gugup.Aku berusaha tersenyum meski bola mataku dipenuhi genangan air mata, ia terheran-heran melihatku."Ada apa sih?" Ketika melihatku memegang label pakaian pria itu langsung mengerti."Oh aku bisa jelasin, sebenarnya aku mau beli baju berwarna putih tapi ketika melakukan pembayaran, aku berubah pikiran kalau warna merah lebih pantas untukmu, makanya tanpa sengaja ada dua struk belanja.""Oh begitu ya...."Aku seketika langsung merasa lega."Aku yakin Kau pasti syok dan banyak pikiran," ujarnya sambil memelukku."Iya Mas, aku nyaris saya tak mampu bernapas membayangkan semua masalah ini.""Sudahlah, jangan k
"Ada apa Miranda?" Aku langsung mendekat dan menanyai wanita itu sementara ia semakin pucat dan terus menggelengkan kepala dengan muka yang syok."Mas ...." Ia langsung meneteskan air mata, mimik bibirnya mengisyaratkan bahwa ia kenal betul suamiku."Jadi kau kekasih suamiku?" tanyaku dengan tenggorokan tercekat. Ia juga menelan ludah dengan susah payah. Wanita itu kehabisan kata-kata kecuali hanya bisa menggeleng dan menolak argumenku."Jadi, ini gaun yang katamu kau berubah pikiran, Mas?" tanyaku pada Mas Alfian.Mas Alfian dengan segala kegugupan dan rasa bersalahnya segera mendekat dan menarik tanganku lalu mengajakku untuk bicara lebih jauh ke pintu utama."Tolong jangan bikin keributan aku bisa menjelaskannya," desisnya, Miranda yang juga tengah kebingungan dan syok juga mengikuti kami lalu langsung mendengarkan perkataan, suamiku."Mas, inikah sebabnya kamu melarang saya bersahabat dengan mbak Ghaida, ternyata dia istrimu, Mas?" Kelihatannya wanita itu juga terkejut, ekspresi
Sebenarnya aku tidak ingin pergi ke acara jamuan makan itu karena aku punya tugas untuk mendesain ruangan sebuah apartemen milik klienku.Mungkin aku berusaha membantu Mbak Gaida meski aku tak jarang meluangkan waktu dan meninggalkan pekerjaan. Bagiku menjaga hubungan pertemanan dan keakraban sungguh sangat baik, ditambah sekarang ini jarang sekali kita bisa mengenal orang-orang yang tulus.Mbak Gaida sangat baik dan memperlakukanku dengan layak. Dia sangat tulus padaku bahkan membelaku meski aku sudah mengatakan padanya bahwa saat ini aku telah menjadi hubungan dengan seorang lelaki yang sudah punya istri. Dia tidak menghakimi apa lagi menghujatku. Dia menghargai pilihanku meski Ia tetap memintaku untuk mengakhiri hubungan karena mengingat hal itu akan menyakiti istri dari pacarku.*"Aku izin pergi ke mall bersama temanku ya," ucapku kepada kekasihku saat aku sedang meneleponnya di jam istirahat. 2 jam lagi mbak gaida akan menjemputku jadi aku harus segera bersiap."Temanmu yang m
Tak mau terlalu lama terkapar di kamar mandi, aku segera bangkit untuk mencuci muka dan memperbaiki riasan wajahku. Tertatih diri ini meraih sisi wastafel, berdiri tubuhku menatap pantulan cermin yang menggambarkan diri ini begitu menyedihkan.Selagi aku di atas sini entah apa yang dilakukan Miranda dan Mas Alfian, wanita itu secepat kilat memenangkan hati semua orang sementara aku tidak bisa berbuat banyak.Kalau ternyata wanita itu tahu jika selama ini aku adalah istri kekasihnya, maka tentu saja sekarang dia dan Mas Alfian yang sedang merayakan kebodohan dan kenaifanku. Aku bisa bayangkan mereka saling melirik dan tersenyum melihat betapa syoknya diri ini mengetahui kalau mereka saling kenal.Kususuri tangga dengan sandal biasa, kutinggalkan sepatu hak tinggi yang sudah kukenakan sejak tadi. Aku muak, aku benci kembar dengan wanita itu seakan semuanya sudah diatur oleh Mas Alfian, kejadian hari ini seakan sesuatu yang sudah disetting agar terjadi sesuai dengan kehendak seseorang.S
"Anda yakin akan melakukan itu pada ayah keempat anak ibu?""Iya, kenapa aku harus ragu? saat ia mengelabuiku, aku sama sekali tidak mencurigainya. Aku percaya dan yakin bahwa dia akan menjaga kami semua, termasuk perusahaan dan karyawan yang bekerja. Dia sudah merugikan dan menipu. Kukira aku mengalami kemerosotan penjualan ternyata aku sedang ditipu oleh suamiku sendiri, aku terpaksa memangkas gaji karyawan dan melakukan hal-hal yang tidak terduga, jadi aku tidak akan mengampuni Alfian.""Tolong netralisir perasaan benci Anda karena kehilapan dia berselingkuh ini juga tentang perusahaan dan reputasi anda, orang-orang membicarakan anda sebagai wanita yang tidak bijaksana."Aku langsung berdiri begitu pengacara itu berkata dengan lancang."Beraninya kau mempertanyakan kebijaksanaanku, apapun keputusan yang kuambil sudah kupikirkan dengan detail, Aku tidak akan mengampuni lelaki itu dan kemanapun ia melangkah untuk coba lari dari tanggung jawab, maka aku akan mengejar dan tidak aka
Hasil tes laboratorium benar-benar mengejutkanku, di dalam keadaan yang sudah susah bertambah-tambah dan begitu besar usahaku untuk lepas dari Alfian, kini aku seakan disambar petir mendengar kenyataan bahwa sakit yang selama ini kutakuti telah menjangkiti diri ini.Ya, kanker vagina!Aku begitu shock begitu dokter mengatakan hal itu kepadaku, meski dia mengatakannya dengan lembut dan tetap berusaha untuk menguatkan hatiku bahwa semuanya masih bisa ditangani, tetap saja itu membuatku langsung putus asa dan drop."Kami akan segera lakukan biopsi dan radiotherapi, jangan takut, banyak kok orang-orang yang bisa survive dari kanker terlebih Anda baru berada stadium awal.""Tapi kenapa ini bisa terjadi dok, kenapa bisa secepat ini, kenapa penyakit itu bisa menjangkiti saya?""Maka hanya hal ini yang bisa saya sampaikan Mbak, bahwa tidaklah Tuhan menurunkan penyakit kecuali dengan obatnya, juga setiap kali kita diberi ujian, Tuhan tahu bahwa kita bisa melewatinya.""Saya takut dok, Saya
Aku tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhku selama memutuskan berpisah dengan mas Alfian. Apakah ini respon hati secara alamiah tiba-tiba mengalami kesepian? Ataukah siklus menstruasi yang terganggu dan frekuensi hubungan seks yang sudah jarang membuat diri ini sering pusing dan merasa tidak nyaman sendiri. Entahlah, tapi belakangan berat badanku turun dan rambut ini mulai rontok setiap kali mandi. Aku terkejut setiap kali menyisir rambutku dan tidak menyangka bahwa perubahan ini sangat signifikan.Kupikir setelah usai operasi dan luka kering semuanya akan selesai, tapi entah kenapa aku sering mengalami flek dan pendarahan juga nyeri yang tak tertahankan pada bagian kewanitaan padahal tidak seharusnya itu terjadi. Aku juga sering pusing, mual dan merasa lemah otot, tubuhku juga sakit semua, kadang pandangan mata ini berkunang-kunang dan tiba-tiba saja aku merasa drop.Menyadari semua ini, maka aku memutuskan untuk segera mengunjungi dokter untuk berkonsultasi.*Setelah pulang dari
"Dengar Sayang, papa itu membuat kesalahan dan kesalahannya sudah sampai ke tahap kejahatan, Papa merugikan aset perusahaan di mana itu bukan uang mama secara pribadi. Itu uang milik orang lain dan titipan korporasi, tidak kita tidak boleh korupsi, mencuri atau menggelapkan.""Jadi papa mencuri?""Secara tersirat... begitulah.""Masak sih papa mencuri, bukankah selama ini Papa selalu mengajarkan kita yang baik-baik? Kenapa Papa mencuri?""Ada beberapa hal yang sulit untuk dimengerti dan hanya orang-orang dewasa saja yang tahu apa maksud kehendak dan keputusan mereka.""Jadi Mama tidak mengerti Kalau Papa seperti itu?""Tidak.""Tapi mama kan istrinya?""Memang betul mama istrinya, tapi, tidak semua hal yang Papa lakukan diceritakan pada mama.""Ya ampun, kasihan sekali Papa," ujar Malik mendesah sambil menepuk keningnya."Papa pasti akan membereskan semua masalah ini dan kembali menemui kalian.""Emangnya kalau Papa sudah membersihkan semua kesalahannya dan bertaubat Mama mau kembali
"Sudah cukup, jangan bising di tempat usahaku aku harus menjahit dan memotong pola jadi aku persilahkan kalian untuk pulang ke rumah kalian sendiri!""Kamu ya Mbak, kamu sudah memutuskan untuk melepaskan Mas Nabil jadi tolong dong jangan beri Dia kesempatan untuk datang menemuimu dan merayumu!""Hei, kau! Tolong jaga ucapanmu, jika aku memukulmu aku akan terlihat tidak punya belas kasihan kepada hewan," ucapku mengejeknya, wanita itu makin gusar dan emosi. Dia melotot padaku sambil menarik nafas dengan dalam yang menandakan bahwa ia terkejut dengan perkataanku barusan."Jaga ucapanmu, Mbak, kenapa kamu menyebut tempat Sofia sebagai binatang?!" ujar Cici."Hei Sofia, apa kau tidak bisa menghancurkan diriku sendiri hingga kau harus membawa orang lain, apa kau lemah sampai harus melibatkan adikmu?""Hah?!" Wanita itu kehilangan kata-kata, dia benar-benar geram, dia berusaha untuk tegar dan tangguh di hadapanku padahal sebenarnya wanita itu akan mulai menangis karena tidak sanggup melawan
Meski Miranda telah menyakitiku tapi hati ini perih mendengar ia berkata kalau kini sedang sakit dan mengalami kenyataan yang begitu pahit kalau rahimnya diangkat.Di samping aku puas karena kejahatannya Tapi tetap saja hati nurani menolak bahwa aku tidak bisa sekejam itu untuk merayakan kemenangan dan bahagia di atas penderitaan orang lain. Bicara tentang penderitaan Miranda dan Alfian sudah membuat hidup mereka menderita oleh perbuatan mereka sendiri.Sebenarnya keputusanku hanya alasan untuk Karma Tuhan yang kini berlaku atas mereka. Lewat kami dan klien yang membatalkan kontrak di situ Alfian mendapatkan hukumannya Kini dia sedang berada di titik terendah di mana tidak ada satupun jalan keluar dan tempat untuk dia melarikan diri dari masalah. Pun tidak ada tempat baginya untuk mengadu, hendak memusingkan orang tua pun, orang tuanya sudah tidak berdaya karena sudah senja. Seharusnya seorang anak tidak menyakiti orang tua mereka dengan menambahkan beban meski mereka orang tua y
Dia hari berikutnya. "Apa yang kau katakan kepada Miranda?!" lelaki itu datang ke rumahku saat aku hendak berangkat ke kantor dan masuk ke dalam mobil. Iya mencekel lenganku dan menatapku dengan pandangan membeliak yang seram.Aku tidak menyangka pagi-pagi sekali ia sudah menyambangi rumahku dan menyerang diri ini di garasi mobil. Sungguh mengejutkan prilakunya."Ada apa denganmu Alfian, pagi-pagi kau sudah datang membuat keributan, memangnya apa yang sudah kulakukan dan apa kesalahanku?" tanyaku sambil melepaskan cekalan tangannya dari pergelangan tanganku."Apa yang kau katakan hingga Miranda memutuskan untuk pergi dari rumahku dan meninggalkan diri ini sendirian.""Apa, jadi Wanita itu pergi?" tanyaku sambil tertawa dan menepuk tangan. "Jadi akhirnya wanita itu mengambil keputusan yang benar.""Yang bener apanya aku tahu dia menjumpaimu kemarin dan pasti kau sudah mempengaruhinya untuk meninggalkanku!""Kenapa kau menyalahkanku Kalau kau merasa layak dipertahankan maka yakinkan wa
"Katakan Aku tidak ingin berjumpa dengannya.""Dia bilang ini penting.""Aku tidak peduli karena yang akan dia bicarakan hanya masalah pribadi bukan tentang bisnis dan keuntungan jadi aku tidak ingin bertemu dengannya."Selang 30 menit kemudian asisten pribadiku kembali datang ia mengetuk pintu dan terlihat sedikit cemas."Maaf bu saya mengganggu pekerjaan ibu...""Iya, ada apa?""Nyonya Miranda bilang kalau dia akan menunggu di lobby sampai anda pulang.""Tegaskan padanya bahwa aku tidak ingin berjumpa.""Dia bilang dia tidak akan mengganggu atau berusaha menyakiti anda, jadi dia mohon agar anda mau menemuinya.""Ah..." Kuhela nafas sambil meletakkan map laporan dengan kesal."Baiklah, suruh ia masuk.""Baik Bu."Lima menit kemudian Miranda mengetuk pintu dan kemudian masuk, melihat ku menatap wajahnya wanita itu menyapa kemudian menundukkan kepala dengan hormat. Aku hanya mendesah perlahan."Ada apa?" tanyaku."Aku datang menjumpaimu untuk berterima kasih atas apa yang telah kau l
Itulah kenyataannya, aku semakin bersinar di puncak kejayaan mengelola perusahaan sementara Alfian semakin terpuruk.Sudah hampir sebulan tapi bisnis yang Alfian kelola belum menunjukkan tanda-tanda kemajuan di mana ia akan segera mendapatkan omset untuk mengembalikan hutangnya pada perusahaan kakekku. Sepertinya, harapan sangat jauh dengan kenyataan.Aku tahu persis mantan Suamiku itu sangat percaya diri jika ia sudah mengambil keputusan. Segala sesuatu yang ia putuskan selalu sudah atas pertimbangan dan sudah pasti punya langkah-langkah untuk kemajuannya, sayangnya, sekarang semua itu terhambat. Jika ia tidak mampu mengembalikan hutangnya dalam waktu dekat maka ia kembali harus mendekam di penjara.Tahukah siapa orang yang telah menghambat bisnis itu sehingga beberapa kliennya membatalkan kontrak? Ya, aku orangnya. Dengan bantuan koneksi aku menghubungi semua orang yang sudah berjanji untuk menjalin kontrak dengannya. Kutawarkan proyek yang lebih mudah dengan nilai borongan yang le