Share

Bab 33

Penulis: Silla Defaline
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Fika

Aku menjemur 2 keranjang pakaian sendirian. Aku harus cepat-cepat menyelesaikannya, sebab di kompor sana sepanci lauk harus segera di aduk agar tidak gosong. Aku memang harus cepat-cepat mengerjakan semua pekerjaan yang membosankan ini. Sebab aku juga ingin membersihkan diriku.

Aku sudah tidak tahan rasanya. Tubuh ini terasa lengket dan kotor.

Sudah seminggu yang lalu body washku sudah habis. Lulur andalan juga sudah lama tinggal kotaknya saja.

Aku tidak boleh membiarkan ini terjadi berlarut-larut. Tubuhku juga butuh nutrisi internal maupun eksternal.

Aku berdecak kesal ketika mendapati kulit tangan dan kakiku kering bersisik akibat kekurangan nutrisi perawatan. Rambut juga terasa kusam, karena sejak hampir sebulan ini aku terpaksa harus memakai shampo biasa tanpa conditioner tambahan. Padahal sebelumnya aku tidak pernah memakai shampo untuk kalangan rakyat jelata seperti ini. Tapi apa daya, isi kantong tidak lagi mendukung. Mas Ahmad mulai pelit dan ibunya juga cerewet Masya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 34

    Fika"Fikaaaaa!"Baru saja aku duduk di sofa dan bermaksud untuk menonton televisi, eh si Mak Erot sudah main berteriak aja dari belakang sana."Ya, Buu," jawabku jengkel."Sini, dulu!" Huuuh... Mau tidak mau aku harus menghentikan menonton film favoritku. "Ada apa, Bu?" Aku menghampirinya."Nih ya, ibu ajarin kamu! Piring yang warna putih ini jangan di taruh di sini! Ntar kepake malah cepet kotor!"Ya ampun, kalau nggak mau kepake kenapa di taruh di rak piring, Lampir? Untuk pajangan doang apa?"Terus yang ini nih, nih ayamnya kurang lembut! Kamu masakin lagi sana! Nggak tahu apa kalo gigi ibu suka sakit kalo makan makanan bertekstur keras?"Yaaaaa, harus dimasak lagi? Melelahkan, cukup melelahkan. Disini serasa aku ini dibikin babu. Ingin rasanya aku pulang ke rumah orang tuaku saja. Tapi, apa aku akan menjilat ludahku sendiri setelah apa yang sering kuceritakan pada mereka?Sebenarnya tubuhku lemas, sepertinya kesehatanku sedang menurun. Tetapi perintah Mak Lampir ini tidak b

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 35

    "Apa kamu betah kerja di sini, Rin? tanyaku pada Rina."Iya alhamdulillah," Sebenarnya aku tak suka ketika dia mengatakan suka."Tapi kayaknya pekerjaan sebagai sekretaris bukan pekerjaan yang mudah buat kamu, Rin. Kamu tentu repot dan sibuk banget mengurus berbagai macam urusan," ucapku."Yang namanya kerja ya nggak ada yang enak-enakan. Namanya aja cari uang. Kalau cuma mau seneng-seneng bukan kerja namanya. Hidup ini butuh uang, dan uang nggak bakalan datang sendiri tanpa kerja keras!" ucapnya lagi.Tanggapannya cuek sekali. Ia sama sekali tak terlihat peduli, padahal aku sudah berusaha perhatian padanya."Maksud aku bukan kayak gitu, Rin! Aku hanya takut Kamu kecapean terus bisa sakit. Aku cuma khawatir sama kesehatan kamu," terangku kemudian.Dia nampak melengos seakan tidak suka sama apa yang aku katakan. Aduh bagaimana sih cara menarik hati perempuan ini? Apa aku ini terlalu najis buat dia? Padahal aku ini suaminya."Ahmad, kamu nggak perlu mengkhawatirkan keadaan aku sekaran

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 36

    "Aku sungguh minta maaf, Pak Bastian!""A... Aku sungguh ... Maaf, maksudku... Aku tidaklah serius dengan ucapanku tadi. Aku hanya salah dalam penyampaian aja," dengan terbata-bata aku berusaha menjelaskan pada sosok yang ada di depanku saat ini.Tapi sedikitpun aku tidak mendengar tanggapan dari Pak Bastian. Sesungguhnya aku takut dia marah dan melakukan sesuatu yang sangat tidak aku inginkan. Aku tak mau dipecat tentunya."Sebenarnya tadi aku hanya ingin membahas masalah rumah tanggaku sama Rina, Pak sungguh!" Kembali aku meyakinkannya.Pak Bastian tetap diam, tapi matanya menyorotiku tajam. Sikapnya membuatku enggan jika harus menatapnya secara langsung. "Tak perlu mengelak lagi, Ahmad! Sesuatu yang sudah terlihat jelas, tidak usah disembunyikan lagi! Fitnahmu sungguh keterlaluan. Kalaupun seandainya niat kamu hanya ingin membahas masalah pribadi seputar rumah tangga kalian, kamu bisa membahasnya dalam ranah pribadi juga. Karena di sini bukan tempat sepantasnya!" Aku tak tahu har

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 37

    Aku sudah berulang kali menyarankan padanya untuk lebih memperhatikan tubuh dan merawat. Tapi jangankan untuk merawat, dia malah bilang uang yang aku berikan tak cukup untuk membeli produk pencerah kulit. Dia memang pembangkang betul.Dengan demikian bukankah dialah yang menyebabkan ku mudah sekali kecantol sama Fika? Seperti yang sering orang bilang, ini adalah hukum sebab akibat. Kenapa aku bisa berpaling? Ya karena istri di rumah yang tak bisa memberikan yang terbaik.Benar begitu kan?Di saat saat istri melalaikan kewajibannya, ih ada seorang wanita yang selalu terlihat cantik dipandang mata yang selalu siap siaga melayani kita dalam bentuk apapun, dan dalam kondisi apapun, mana suami mana yang akan sanggup menolak?***RinaAku sebenarnya kerap terganggu dengan Ahmad yang selalu mendekatiku. Padahal dulu mana pernah dia mau dekat-dekat begini. Justru dulu dia bilang malu jika harus mengakuiku sebagai istri di depan teman-temannya. Dan sekarang kenyataan itu jauh berbeda, dia sel

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 38

    [Rin, sesuai janji kamu. Kita akan ketemu ketemu hari ini, kan?] Pesanku pada Rina.[Iya, datang aja ke lokasi yang udah aku share ke kamu!]Alhamdulillah... Akhirnya apa yang aku harapkan akhirnya datang juga, akhirnya Rina mau sedikit berbagi dengan tanahnya.Bagaimanapun, aku juga mempunyai hak yang sama dalam memiliki tanah yang ia beli tersebut. Sebab harta yang dibeli dalam suatu pernikahan adalah hak suami istri secara bersama-sama atau sering dibilang dengan harta bersama, tak peduli dari mana uang berasal. Oleh karena itu meskipun ia membeli murni dengan uangnya sendiri, Rina sama sekali tidak bisa mengklaim hanya miliknya seorang diri. Karena selama yang aku tahu, sedikit banyak seorang suami juga mempunyai peran penting atas kenapa seorang Istri bisa membeli sesuatu semisal tanah atau rumah. Pikirkan saja baik-baik, dia bisa mengumpulkan uang yang banyak untuk membeli tanah tersebut, karena aku yang memberi dia uang untuk membeli kebutuhan. Kalau tidak belum tentu jug

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 39

    "Rina, aku sungguh nggak bisa kalau tujuan kamu ngajak aku ke sini untuk bercerai!" Aku menegaskan padanya."Kenapa? Apa alasannya?""Masih aja kau tanya apa alasan aku? Ya jelas lah karena aku masih cinta sama kamu!" Entah mau bagaimana lagi aku harus menjelaskan pada Rina. "Kamu bilang masih cinta sama aku? Lalu apa artinya cinta itu sendiri?"Pertanyaan yang diajukan bagiku cukup b*doh."Apa Kamu nggak lihat kalau aku nggak bisa kehilangan kamu? Inilah yang dinamakan cinta!""Iya, itu menurutmu. Sekarang rumah tangga nggak bisa akan berjalan dengan hanya modal kata-kata cinta aja! Apalagi yang cuma nongol dari mulut doang!" ucapnya."Nggak Rin! Tujuan aku kemari bukan untuk membahas ini. Tapi janji kita adalah untuk membahas masalah pembagian tanah kita!" Aku mengingatkannya kembali akan Apa tujuan yang sebenarnya."Ya memang itu termasuk salah satu yang akan kita lakuin dalam pertemuan kali ini, tentu karena kamu terus-menerus menuntut ""Ya, karena aku berhak atas bagianku!"Ri

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 40

    "Maaas! Kenapa nggak pulang-pulang? Kamu pergi ke mana aja emangnya? Aku ini sedang hamil mas! Hamil l! apa Mas nggak ngerti!"Fika meratap ke arahku sembari mengeluarkan air mata. Jika seharusnya aku gembira dengan kehamilanya, taoi entahlah rasanya kali ini aku tidak terlalu antusias lagi dengan perkataannya. Pikiranku masih kalut dan kacau. Rina sungguh membuatku seperti hilang arah. Mengapa dia harus memutuskan untuk bercerai coba? Mengapa tak jalani saja rumah tangga ini sebagaimana biasanya?Atau Rina memang sengaja ingin membuatku gila? Dia memang sengaja membuat kewarasanku hilang? Aaaakh!***"Ahmad, kamu harus menerima keputusan hakim. Karena kamu memang tidak berhak atas apapun yang udah aku dapetin selama ini." ujar Rina.Tentu aku tidak bisa terima keputusan itu."Apa kamu emang bener-bener nggak ngerasa kalau aku punya andil dalam hal apapun, Rin?" Aku kembali mencoba bernegosiasi."Jawabanku tidak! Aku berjuang sendiri dan membelinya sendiri dengan uangku sendiri juga

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 41

    RinaAku tengah menunggu grab yang tadi kupesan ketika seseorang menarik kerah bajuku dari belakang. Aku menoleh.Astaga...!"Bu Rasti? Ibu ngapa-ngapain????" Aku terkejut ketika mendapati Bu Rasti ibunya Ahmad. Wanita paruh baya tersebut memelototiku dengan kasar."Kudengar kamu menggugat cerai anakku, haa? Dosa hukumnya seorang istri menggugat cerai!" Ia semakin menarik kerah bajuku, hingga jilbabku juga ikut tertarik. Aku kesal dibuatnya."Tolong yang sopan dikit, Bu Rasti! Di sini bukan tempat ajang tarik-tarikan rambut! Malu ntar dilihat sama orang!" Aku mencoba mengingatkan."Apa peduliku sama orang! Aku nggak ganggu mereka. Jadi aku gak peduli! So sekali kamu sekarang! Kenapa manggil aku dengan panggilan nama? Aku ini mertua kamu, jadi seharusnya kamu panggil aku dengan kata-kata "ibu!""Lho, bukannya ibu dari dulu nggak nganggep aku menantu? Bukannya dulu ibu bilang najis kalo punya menantu kayak aku?" ujarku. Apa yang aku bilang memang apa adanya. Sebab dari dulu dia memang

Bab terbaru

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 55

    Melihat nama yang tertera pada papan bunga tersebut, membuat duniaku seakan-akan runtuh. Ini seperti mimpi. Aku mencoba mencubit tanganku."Awww!" Ini sakit. Artinya aku tidak sedang bermimpi. Ini benar-benar nyata.Aku tidak pernah membayangkan jika Rina bersanding dengan pria lain. Jelas-jelas aku tidak bisa terima itu. Rina milikku, aku tidak rela melihatnya jatuh ke pelukan laki-laki lain. Lagi pula ini baru beberapa bulan saja, Rina! Kita baru saja berpisah. Tapi meskipun kami sudah berpisah, tahukah kamu kalau sesungguhnya dalam hatiku masih sangat mencintaimu Rina!Tapi aku belum bisa percaya. Aku akan memastikan terlebih dahulu, apakah yang sedang melangsingkan acara pernikahan ini benar-benar dia, atau ada Rina yang lain. Setidaknya aku harus mengecek kebenarannya dengan mata kepalaku sendiri terlebih dahulu.,Dengan serta merta aku berjalan menyusuri jalanan yang sudah disediakan. Aku pedulikan lagi arahan para petugas yang sedang berjaga. Aku berjalan menerobos dengan ce

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 54

    "Assalamualaikum"Aku menenggak ludah ketika laki-laki itu benar-benar datang. Bastian, dia benar-benar laki-laki yang nekat. Semula aku akan menyangka dia hanya akan datang seorang diri. Ternyata tidak.Sebab di belakangnya turut serta pula kedua orang tuanya dan. Laki-laki ini benar-benar nekat menemui kedua orang tua dan keluargaku. Semula Aku tidak menyangka dia akan melakukan ini. Ini benar-benar di luar dugaanku.Dengan sedikit canggung aku mempersilahkan mereka untuk masuk. Sebenarnya aku tak enak dengan keluarganya yang jelas-jelas adalah orang-orang berada. Sedangkan aku adalah seorang perempuan biasa yang kukira tak punya kelebihan yang mencolok. Terlebih dengan statusku, jadi sedikit membuatku malu. Syukurlah kedua orang tuaku cukup baik dalam meladeni pembicaraan mereka. Kedua orang tuaku sama sekali tidak terlihat sanggup, jadi aku tak perlu bicara terlalu banyak. Hanya sesekali saja ketika itu memang diperlukan. Hingga tibalah saatnya mereka berbicara ke topik utama.

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 53

    Fika"Mas, mas tahu enggak, tuh si Rina ternyata udah asik-asikan main belakang sama pria lain. Makanya ya, Mas nggak usah terlalu mengingat-ngingetin wanita itu lagi!" Aku memberi laporan. Ya iyalah wajar aku marah, sebab aku ingat betul Mas Ahmad terus saja menyebut nama Rina akhir-akhir ini. Harusnya tuh perhatian Mas Ahmad bukan sama Rina tapi sama aku yang lagi hamil anaknya. Harusnya dia manja-manjain aku. Ini buru-buru manjain, menyentuh aku aja semingguan ini kagak. Jadi aku akan membuat perhitungan padanya. Aku akan memberitahu apa yang sudah kulihat tadi biar dia tahu bagaimana perilaku buruk mantan istrinya.Mendengar perkataanku taKekecewaanku sama Mas Ahmad semakin bertambah saja.di spontan Mas Ahmad menoleh."Apa? Rina jalan sama pria? Yang bener aja?" Dia menatapku tajam."Ya iyalah, masa aku bohong! Aku melihat pakai mata kepala aku sendiri! Makanya aku kasih tahu Mas, wanita itu bener-bener nggak punya harga diri, Mas! Lihat belum lama kok kalian bercerai, dia udah

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 52

    "Mmaksudnya? Kamu mau datang ke orang tuaku? Buat apa, Pak?" Aku terkejut sekali.Bastian tersenyum. Uuuh, aku baru sadar ternyata semanis itu senyum yang ia miliki. Tubuhku yang hanya setinggi 150 cm ini harus menengadah jika ingin melihat wajah lelaki yang lebih tinggi 30 cm dariku tersebut. "Aku berkata begitu untuk menunjukkan kalau aku memang benar-benar serius. Aku tidak ingin kamu menganggapku berbohong.?" Senyumnya kembali terukir. "Dan, aku akan benar-benar akan menenui orang tuamu disaat kau sudah merasa siap." Ucapnya lagi."Apa yang ingin harapkan dari aku, Pak? Sekali lagi aku katakan, aku ini janda. Status yang kadang dipandang negatif di sebagian orang. Kurasa Anda perlu berpikir untuk beberapa bulan ke depan untuk memastikan kalau pikiran Anda tidak benar. Akan terlalu naif jika Bapak menaruh perasaan seperti itu pada seseorang seperti aku," ucapku. Aku mengatakan begitu karena aku merasa jika aku tidak sempurna untuk menemani hidupnya. Di usiaku yang ke 28 tahunan

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 51

    RinaAku terdiam mendengar kata-kata yang baru saja kudengar. Aku sungguh tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Bastian. Sama sekali aku tidak pernah membayangkan ucapan seperti itu akan meluncur dari bibirnya. Karena memang tidak pernah terpikirkan olehku. Tidak. Dia pasti bercanda. Tapi candaan macam apa yang dia katakan? "Rin, bagaimana? Jangan bilang kalau kamu menganggapku main-main!" Aku kembali berdegup, baru saja Aku ingin bertanya, tapi jawaban telah mendarat di telinga mendahului pertanyaan yang akan aku utarakan."Pak, aku... Aku...," Tentu saja aku kebingungan dengan apa yang akan aku katakan.Menanggapi perkataannya sungguh sebuah masalah yang sulit untuk dipecahkan."Apa kamu akan menolakku?" Meskipun aku tidak sedang melihat ke arahnya. Tapi aku tahu tatapannya sedang menatapku lekat. Jujur saja aku takut untuk balik membalas tatapan netranya. Rasanya ini berat. "Rin, aku tahu kamu bingung, karena aku mengungkapkan hal seperti itu ini dalam keadaan mendadak b

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 50

    "Assalamualaikum"Aku menenggak ludah ketika laki-laki itu benar-benar datang. Bastian, dia benar-benar laki-laki yang nekat. Semula aku akan menyangka dia hanya akan datang seorang diri. Ternyata tidak.Sebab di belakangnya turut serta pula kedua orang tuanya dan. Laki-laki ini benar-benar nekat menemui kedua orang tua dan keluargaku. Semula Aku tidak menyangka dia akan melakukan ini. Ini benar-benar di luar dugaanku.Dengan sedikit canggung aku mempersilahkan mereka untuk masuk. Sebenarnya aku tak enak dengan keluarganya yang jelas-jelas adalah orang-orang berada. Sedangkan aku adalah seorang perempuan biasa yang kukira tak punya kelebihan yang mencolok. Terlebih dengan statusku, jadi sedikit membuatku malu. Syukurlah kedua orang tuaku cukup baik dalam meladeni pembicaraan mereka. Kedua orang tuaku sama sekali tidak terlihat sanggup, jadi aku tak perlu bicara terlalu banyak. Hanya sesekali saja ketika itu memang diperlukan. Hingga tibalah saatnya mereka berbicara ke topik utama.

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 49

    FikaAku mengambil beberapa baju lalu memasukkannya ke dalam koper. Sengaja aku melakukan itu di depan Mas Ahmad. Semoga saja dengan melihatku begini dia benar-benar berpikir kalau aku memang akan pergi meninggalkannya, bukan hanya sekedar ancaman semata. Tapi melihatku melakukan semua ini dia malah diam saja sambil masih sibuk memainkan ponsel. Tidakkah terpikir olehnya untuk mencegahku pergi? Mengapa dia membiarkan saja? Padahal Aku mengharapkan dia memeluk dan menghiburku. Tapi apa yang kulihat sekarang sungguh tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan. Dia justru semakin cuek dan tak peduli.Bahkan ketika aku membawa koperku keluar, dia masih diam tanpa melakukan apa-apa. Seolah memang benar-benar membiarkanku keluar dari rumah ini begitu saja. Aku terus melangkah meninggalkan Mas Ahmad di kamar, terus melaju hingga pintu depan. Di pintu aku berhenti beberapa saat, tapi apa yang aku tunggu tidak kunjung tiba. Mas Ahmad ternyata tidak mengikutiku. Dia benar-benar membiarkanku per

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 48

    Bab 48 (KBM 44)"Tega kamu, Mas!" Hardikku pada Mas Ahmad."Tega kenapa lagi sih?"Lihat dia! Berlagak seperti tak sadar saja terhadap apa yang udah dia lakuin."Pokoknya aku nggak mau lagi kamu berhubungan sama Rina, Mas! Istri kamu sekarang itu aku! Dia hanya mantan! Jadi seharusnya menghargai aku!" Sambil terisak aku terus memohon padanya. "Dari kemarin-kemarin kamu melarang aku untuk kontak sama Rina, memang masalah kamu apa?""Jelas-jelas aku sakit hati, Mas!" hardikku cepat."Sakit hati mulu yang kamu bicarain! Bisa nggak sedikit aja kamu kesampingkan sakit hati kamu! Oke aku sama Rina emang mantan! Tapi aku juga punya anak sama dia! Apa aku salah jika terus menjalin komunikasi sama anak-anak aku?" Sedikitpun dia tidak menunjukkan empati untukku. Bahkan dalam pandanganku dia tetap lebih condong kepada mantan istrinya tersebut. "Tapi kamu nggak bicara sama anak-anak kamu, Mas! Kamu bicara sama Rina! Nggak usah ngeles lagi kamu! Kamu kayak ngejar-ngejar dia terus! Aku nggak suka

  • Tak Apa Jadi Istri Kedua, yang Penting Soleha    Bab 47

    Bab 47 (KBM 43)(Tolong Rin, balas pesan aku! Aku cuma merindukan anak-anak. Demi anak-anak, ayo kita perbaiki hubungan, atau aku akan ambil hak asuh anak-anak? Bagaimana?)Aku sedikit mengembangkan senyum. Saya rasa kalau menyebut masalah anak, Rina pasti tidak bisa berbuat banyak. Soalnya dari dulu Rina mempunyai kedekatan yang sangat akrab dengan amat anak. Dia pasti tidak ingin dipisahkan.Ting!Apa yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Pesan dari Rina.(Kamu mau ambil hak asuh anak? Kalau kamu mampu ambil saja! Apa kamu yakin bisa mengurusnya dengan baik? Kalau yakin ya udah, nanti aku anterin!)Whatt? Dia tak keberatan jika aku mengambil hak asuh anak-anaknya? Mengapa dia tidak merasa takut dengan ancamanku? Malah membalas dengan seenak jidat saja, seperti tidak terbebani dengan isi pesanku.Tapi nanti dulu, Aku akan mencoba untuk mengikuti alur permainannya. Sebab aku yakin ini hanya sikap kepura-puraannya saja. Aku tak yakin dia semudah itu memberi hak asuh anak-anak pada

DMCA.com Protection Status