Perlahan gelap malam menelan terang siang. Kegelapan yang sepi, hembusan angin menampar dalam kesendirian. Aku masih memikirkan tentang perbincanganku dengan profesor tadi. Bagaimana caranya untuk aku dapat kembali ke hutan Epping, dipikiranku saat ini berharap kepada Allura. Andai saja pesan dalam pikiran ini bisa ia baca mungkin aku dapat kembali kesana.
Pada hakikatnya aku mengetahui dengan pasti seluk-beluk suatu peristiwa yang tengah melibatkan banyak orang ini, menganalisa suatu keadaan tertentu dan merenunginya, dan akhirnya aku memahaminya. Di tempat itu aku hanya mengamati suatu keadaan dan situasi yang bisa aku lakukan, memperbincangkan suatu hal yang menurutku menarik untuk diobrolkan, hingga waktu berubah menjadi sebuah bidang semu.
Malam ini profesor Javier menyuruhku untuk pergi kesuatu tempat, dia bilang ada musuh yang menyerang ditempat itu maka aku melewati ruang waktu untuk menuju kesana. Untuk menjalankan tugas ini aku harus berpisah lagi deng
"Aku menginginkan darah segar.” serunya, hidungnya terus mengendus-endus mencari aroma darah manusia yang segar. Matanya berubah menjadi merah, taringnya mulai muncul di giginya. "Siapa kau ini!?" bentak aku. "HAHAHA.. akulah sang raja malam." seru dia dengan tawanya yang mengerikan. "Kau seorang dracula!" lirih aku. "Ya, kau benar. Aku kira kau bukan manusia biasa, kau mengetahui profesor Azura, buka!?" katanya. "Aku seorang agen waktu, lalu kenapa kau bisa mengenali profesor Azura!?" tanyaku. "Dulu aku pernah bekerja sama dengannya untuk mencari kekuatan murni, tapi sejak aku tau manusia itu sangat licik. Aku tidak lagi bekerja sama dengannya." jelasnya. "Maksudmu kristal biru!?" "Ya benar, kau tau juga tentang kristal itu!" dia melangkahkan kakinya dengan perlahan, sambil mengendus kearahku. "Kalau begitu kau pernah pergi ke hutan Epping!?" tanyaku. "Bahkan kau sudah tau tempat itu, ternyata kau
Di kamar yang berisi pembaringan sunyi, cermin suram masa lalu, lemari tempat tumpukan kenangan, dan sebuah pijar lampu keremangan, di tengah malam aku terbangun karena mimpi. Dracula yang pernah aku temui mendatangi mimpiku dan juga ada wajah Allura dipikiran ini. Akan tetapi, desahan napas di sebelahku berembus dengan sangat tenang. Wajahnya penuh kedamaian.“Andai malam ini aku bisa tidur selelap wajah Belinda,” gumamku dalam hati.Kurapikan tepian rambutnya yang liar di antara keningnya. Suara rintik hujan masih terdengar dari balik jendela kamar. Aku masih tetap terbaring di atas kasur yang terletak di pojokan kamarku, aku merasa sangat ngantuk. Namun, tak bisa tidur karena merasa sangat kedinginan. Sedangkan malam telah mencapai puncak, hujan mengguyur semakin deras dan angin pun bertiup semakin kencang. Aku tetap memaksakan diri untuk terlelap ke dalam tidur, meski aku tahu tidurku tak akan nyenyak. Sebab, selain suara hujan dan hembusan angin, jarum
Seketika aku terkejut dan terbangun dari tidurku. Aku masih terdiam di atas kasur memikirkan mimpi yang kualami semalam, hingga akhirnya aku melirik kearah tanganku ternyata gelang pemberian Allura tiba-tiba sudah bersemat di lengaku, ini mimpi tapi seakan seperi sebuah kenyataan. Jarum jam telah menunjuk pada angka 7, menandakan hari sudah pagi.Aku melirik Belinda yang masih tertidur, lalu aku mecium keningnya dan bergegas keluar kamar untuk memberitahu profesor Javier bahwa aku sudah mengetahui cara kembali untuk kembali ke hutan Epping.Aku masuk kedalam laboratorium ternyata dia masih tertidur di meja kerjanya, "Hey, prof bangun!" seru aku membangunkannya dari tidur.Profesor pun terkejut karena tiba-tiba aku membangunkannya. " I.. iya.. ada apa?" seru dia."Aku harus kembali ke hutan Epping prof!? aku sudah tahu cara untuk kembali kesana!" kataku."Apa kau yakin tentang itu!?" tanyanya."Tentu! beritahu Belinda kalau aku akan kem
Pemandangan langit ternyata sangat menyeramkan pada malam hari. Mataku hanya menangkap gelap dan sesekali kilauan cahaya diikuti suara gemuruh yang sangat keras. Aku bisa merasakan getaran benda di sekitarku.Aku melihat Allura sedang duduk sendirian disebuah batu besar, apa yang sedang dia lakukan malam ini aku pun tidak tahu, "Boleh aku duduk disebelahmu?" tanyaku."Silahkan!" Sekarang pandangannya sedikit menunduk. Suasana sempat kembali hening.“Apakah kau marah padaku?” Ucapku Allura memberikan seringai anehnya.Pandanganku masih terus menatapnya yang mulai termakan gelap. Tapi bukan hanya dirinya, semua terang di sekitarku juga ikut termakan dan digantikan oleh gelap.“Kenapa kau ke sini?”Allura malah balik bertanya."Tempat ini terasa asing untukku, walaupun sebenarnya aku sudah terbiasa dengan keasingan ini!?""Maksudmu apa, aku tidak mengerti apa yang kau katakan!?" tanya Allura yang sekara
Setelah hampir dua jam perjalanan aku memutuskan untuk beristirahat sebentar untuk memikirkan kemana arah yang ingin aku pilih, karena tempat yang aku cari belum juga kutemui. Pikiranku bertanya tanya dimana aku berada sekarang? Suasana tempat itu memang terlihat biasa. Langit senja yang berwarna jingga disertai awan dengan warna senada. Matahari senja dengan cahaya jingganya terlihat dari sela-sela pohon. Serta hembusan angin sepoi sepoi seakan rerumputan menari bersamaku. Tetapi, entah kenapa aku merasa aneh dengan suasana ini. Walaupun saat itu yang ada dipandangan ini hanya terlihat pepohonan yang amat rimbun.Di sebuah pohon besar tempat aku melamun, mengkhayal tentang segala hal yang aku inginkan.“konyol!?” ya, memang sangat konyol keinginanku ini.“mustahil!?” itu memang benar, keinginanku ini memang sangat mustahil untuk terjadi. Tapi memang benar-benar aku sangat ingin keinginan yang sering menjadi judul dalam khayalanku itu terjadi
Lolongan binatang malam mulai terdengar sayup suara angin senja pun mulai hilang,sekarang aku menurunkan pundakku hampir tidak percaya sampai saat ini juga aku belum bisa menemukan petunjuk apa pun dari tempat yang aku cari, benar-benar frustasi dengan semua yang kulakukan ini.Apakah semua ini hanya akan menjadi kesia-siaan saja. Sedari tadi yang kutemui hanya keputusasaan, dimana sekarang aku berada sebenarnya pun aku tidak tahu.Aku sempat berpikir kalau batu kristal itu sebenarnya tidak ada, atau bahkan sudah didapatkan oleh komlpotan profesor Azura. Sehingga peejalananku ditempat ini hanyalah sia-sia saja.Tak lama Allura muncul setelah aku terlihat berputus asa di dalam perjalananku, "Kau masih ingin melanjutkan perjalanan ini Akira!?" cetus Allura."Apa maksudmu, tentu saja aku harus mencari kristal itu!" elak aku, sebenarnya aku juga mulai tak yakin dengan apa yang kulakukan ini."Sebaiknya kau menyerah saja Akira! mungkin kau tidak a
Aku terbang ke udara mengendarai papan terbangku, tapi tiba-tiba saja sang naga muncul menerobos pepohonan yang rimbun dan kemudian mengejarku sambil terus menyerang dengan semburan apinya itu, aku semakin panik lalu mencepatkan pelarianku darinya. Beberapa kali aku bisa menghindari semburan api yang keluar dari mulutnya itu. Tapi apa daya tubuhku semakin lelah dengan pelarian ini, saat ia sekali lagi menyerangku dengan semburannya, api itu hampir terkena bagian tubuhku dan aku pun tidak dapat mengendalikan diri lagi, keseimbanganku tergoyahkan sehingga membuatku terjatuh dari atas papan terbangku menyusur melewati pepohonan pada akhirnya tergeletak ditanah. "Arrrgh!!"Cahaya keemas-emasan menembus selaput meniadakan gelap itu, cahayanya mengantar ke dalam ruang dimensi semu. Putih, hampa, luas sejauh mata memandang. Ada pergerakan yang berdesir deras di rongga telinga, ia melaju sangat cepat dan lurus namun tak terlihat apapun. Menghimpit secara perlahan, ada insting yang me
Setelah melewati ruang waktu, aku benar-benar terkejut saat itu. Tidak percaya dengan apa yang telah terjadi, aku seperti tidak mengenali tempatku berpijak sekarang. Begitu asing. "Apa yang sudah terjadi!?" Rumah profesor sudah rata tak nampak lagi bentuknya, seperti habis terkena serangan. Hatiku begitu cemas saat itu, aku memalingkan mata keseliling tempat tersebut hancur semuanya, "Dimana mereka semua, Belinda!" tubuhku seketika lemas hingga bersimpuh ditanah. "Arrrggghh!!!!" teriak aku dengan tangan terkepal memukul ketanah.Malam berselimut asap pekat di kota itu. Suara bising mesin-mesin kendaraan berlalu-lalang, Gemerlap cahaya warna-warni lampu kota telah membutakan penduduk yang berdesakan tinggal di dalamnya. Angin malam menyerbak, membekukan hingga ke rongga-rongga tulang, seakan meneror penduduknya untuk tetap terjaga dalam realita, seakan meneror penduduknya takluk dalam mimpi-mimpi tiada akhir.Terlihat dari atas langit di balik awan. Melesat sebuah