Home / Horor / Tabir Kematian Sahabatku / Bab 24: Hukuman Gantung?

Share

Bab 24: Hukuman Gantung?

Author: Ngolo_Lol
last update Last Updated: 2023-11-14 20:30:37

"Bisakah kau membatalkan syaratmu tadi?" Sembari menahan dadanya yang terus maju mendekat, aku memberanikan diri mengucapkan hal itu.

Polisi Joshi berhenti mendekat, dia menatapku dalam beberapa saat, lalu menarik tubuhnya menjauh.

"Tidak." Dia berucap tegas. Lantas, kembali melajukan mobilnya.

Aku hanya mengembuskan napas kasar serta menahan tangis. Mengenggam tangan erat, dengan pikiran yang menerawang jauh. Tidak pernah menyangka, kematian sahabat karib yang sangat kusayangi akan membuat hidupku sengsara seperti ini.

Entah dosa apa yang pernah kulakukan kepada Alina semasa dia hidup, sampai pada saat dia mati tega menghantui hidupku setiap waktu. Menerorku, menyerang, bahkan dia juga menargetkan Mamah sebagai korbannya.

Sekarang, karena kematiannya aku harus siap-siap dipenjara. Menerima tuduhan yang sama sekali tidak pernah kulakukan, demi keberlangsungan nyawa seseorang yang kusayang di rumah sakit sana.

"Bagaimana bisa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mom's Reyva
jadi parno ya tania
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 25: Kerasukan

    Suara azan subuh berkumandang, membangunkan tidurku yang rasanya baru saja terlelap. Sepanjang malam aku tidak henti-hentinya melafalkan ayat kursi. Menenangkan hati juga pikiran. Aku bahkan lupa terlelap di jam berapa. Rasanya tubuhku sangat malas sekali untuk bangkit melaksanakan salat subuh. Lelah dan mengantuk menjadi satu. Membuatku berlama-lama hanya memutar badan ke kiri, lalu ke kanan lagi. Suara azan kini telah usai, dikarenakan tidak bisa memejakan mata lagi, aku memutuskan untuk bangkit dari tidur. Menuju ke kamar mandi dan membasuh muka. Air dingin yang sejuk langsung menyegarkan mata. Namun, lama-kelamaan air sebening embun itu perlahan mengeruh dan berwarna kemerah-merahan. Aroma anyir pun meyeruak. "Huek! Huek!"Aku segera mundur dan mengusap wajah kasar. Aromanya yang anyir dan bercampur bangkai seketika membuat perutku bergejolak dan meminta di keluarkan isinya. Pandanganku mengedar ke sekeliling dengan tatapan waspad

    Last Updated : 2023-11-15
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 26: Kerasukan ll

    Sekuat tenaga aku terus berusaha melawan makhluk yang menguasai tubuh. Namun, makin aku berusaha melawan, makin terasa lemah tubuh ini. Kekuatan yang mengungkung tubuhku ini benar-benar kuat. Aku tidak mampu untuk melawannya. Aku tetap tidak bisa mengendalikan tubuh sendiri. Di saat sedang berusaha melawan kekuatan mistis yang menguasai tubuh, tiba-tiba kurasakan ada seseorang yang menekan ubun-ubun ini. Sontak saja aku merasakan kesakitan yang teramat dalam. Panas dan menusuk dari ubun-ubun, lalu menjalar ke seluruh tubuh. "Arrrggghhh, sakiitt!" jeritku melengking. "Alisa!" Fadli datang dan menarik Alisa dari dekapanku. Tanganku hendak merebutnya kembali. Namun, seseorang yang masih menekan ubun-ubunku itu membuat aku kembali menjerit kesakitan, merasakan sensasi panas yang luar biasa dari sana. Entah bagaimana caranya, kurasakan kepalaku ini berputar seratus delapan puluh derajat, hendak melihat seseorang yang sedang menekan kepala

    Last Updated : 2023-11-16
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 27: Informasi Mbah Aji

    Mbah Aji menatap langit-langit rumahnya yang telah usang, kembali terlihat seperti sedang menerawang sesuatu. Mungkin dia sedang mengingat-ingat siapa seseorang yang dia maksud. "Siapa, Mbah?" Aku mendesak, tidak sabar ingin tahu siapa orangnya. Kemungkinan besar orang yang dilihat Mbah Aji adalah orang yang sudah melenyapkan Alina dengan sadis. Mendengar desakanku, Mbah Aji memijit keningnya yang telah berkerut. Dia mengembuskan napas panjang. "Saya tidak ingat siapa," jawabnya terdengar penuh sesal.Mbah Aji terkenal sebagai tetua yang pandai mengobati orang lain dari gangguan hal-hal mistis. Dia hidup sebatang kara di rumah kecilnya dekat dengan rumah Alina. Jika Mbah Aji kebetulan keluar pada malam itu, pasti dia akan melihat siapa si pelaku yang sudah melenyapkan Alina dengan sadis di malam penuh badai tersebut. Namun, orang tua itu terkadang suka pikun. Maklumlah, dia sudah tua. "Apa seseorang yang Mbah liat itu memakai hoodie hitam?" Tid

    Last Updated : 2023-11-17
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 28: Diserang Emak-Emak

    "Tania! Tania!"Baru saja aku menyelesaikan makan, terdengar suara seseorang yang menyerukan namaku dari luar rumah. Aku yang sedang mencuci piring menghentikan aktivitas dan tergopoh menghampiri dan membukakan pintu untuk orang tersebut. Begitu pintunya terbuka, tangan kurus itu langsung menjambak rambutku yang tertutupi jilbab dengan kasar. "Gara-gara kamu, cucu saya hampir saja meninggal!" ujar Bu Sarti berteriak geram seraya menambah erat jambakannya. "Ahk, sakit, Bu!" Aku mencoba menahan jambakannya. Namun, dia malah mendaratkan tamparan di wajah ini. Sontak saja pipi sebelah kiriku memerih juga memanas saat mendapat tepisan keras itu. "Tidak puas kamu sudah membuat anak saya tiada? Sekarang, kamu mau membunuh cucu saya lagi? Hah!" Lagi-lagi dia mendaratkan tamparan secara berulang-ulang. Bu Sarti seperti kerasukan setan. Aku hanya mampu berusaha menghalau tamparan Bu Sarti tanpa berani melawan. Biar bagaimanapun juga,

    Last Updated : 2023-11-18
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 29: Adakah Rasa Kasihan di Hati Polisi itu?

    Langit jingga mulai terukir dari kejauhan sana. Sebentar lagi matahari akan tenggelam, sedangkan Polisi Joshi masih terus melajukan mobilnya entah ke mana tujuannya. Tangisku kini telah reda, digantikan dengan kebingungan juga sedikit khawatir dengan tujuan sang polisi muda itu hendak membawaku ke mana. Selama perjalanan tidak terdengar sepatah kata pun dari bibir Polisi Joshi. Dia bergeming, dengan pandangan terus fokus ke jalan raya. Entah apa yang sedang dia pikirkan saat ini. "Kau mau membawaku ke mana?" Lagi, aku menanyakan hal itu. Posisiku kini sudah terlalu jauh dari rumah. Jauh juga dari Mamah. Polisi Joshi masih tetap sama, dia tidak ada niat menjawab pertanyaanku. Membuat aku mulai dilanda spekulasi yang bukan-bukan tentang polisi itu. Biar bagaimanapun juga, dia masih orang asing bagiku yang belum kuketahui sifat dan sikapnya. Bagaimana jika dia membawaku ke kota atau ke luar negeri dan .... "Kalau kamu tidak terus jawab,

    Last Updated : 2023-11-19
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 30: Mencoba Negosiasi

    Suasana hening seketika. Pandangan ini terus bertaut dengan tatapan elang Polisi Joshi. Pria itu hanya menatapku tegas setelah melemparkan pilihan sulit tadi kepadaku. Baik memilih yang pertama atau kedua pun, sama saja aku seperti melemparkan kotoran ke wajah Mamah. Bagaimana nantinya jika Mamah siuman dan mendapati putrinya berada di tahanan dengan kasus melenyapkan sahabat sendiri? Ini sama saja jika Mamah mengetahui putrinya berbuat zina. Sama-sama akan mengoyak perasaannya. Dia pasti akan kecewa dan terluka. "Kenapa kau sekejam itu jadi manusia?" Suaraku parau juga lemah. Polisi Joshi membuang muka. "Semua orang pasti punya keinginan di dalam hidupnya. Begitu pun juga dengan saya." Dia berucap sambil memandang langit yang mulai gelap. Aku terus menatapnya lekat dengan mata basah. "Tapi ....""Jika keinginan terbesarmu ingin ibumu selamat, maka keinginan terbesar saya ialah, naik jabatan. Selama ini tidak pernah ada satu pun kasus

    Last Updated : 2023-11-20
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 31: Waktu Satu Minggu

    Pandanganku kosong menatap langit-langit kamar. Pikiran ini tak henti-hentinya berusaha mencari bagaimana caranya menemukan si pelaku itu. "Tolong beri aku waktu untuk mencari pelaku tersebut.""Saya beri kamu waktu selama satu minggu." Ucapan Polisi Joshi terngiang-ngiang di telinga. Setelah mengucapkan hal itu tadi, dia memutuskan membawaku pulang ke rumah. Ya, dia membebaskanku. Namun, hanya dalam waktu satu minggu. Setelah itu aku akan benar-benar menerima tuduhan yang ia berikan. Menjadi pelenyap sadis Alina dengan motif cemburu buta pada suaminya. Sangat omong kosong. Dari mana Polisi Joshi berspekulasi bahwa aku bisa membunuh Alina hanya karena motif cemburu buta pada Fadli? Apa tampangku seperti kriminal? Polisi Joshi orang baru di daerah sini, dia warga pindahan dari Jakarta. Yang jadi pertanyaan, dari mana dia dapat informasi semua hal tentang aku, Alina, juga Fadli? Dia bahkan tahu tentang aku yang sempat dekat dengan Fadli

    Last Updated : 2023-11-21
  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 32: Amarah Bu Sarti

    "Mau apa kamu kemari? Hah!" Mata wanita itu memelotot marah. Pintu gerbang yang berbentuk kerangkeng itu lekas didorongnya ke arah kanan dengan kasar. Lantas, dia membanting ember yang digunakannya untuk menampung air keruh yang sekarang isinya sudah berpindah ke tubuhku. Aku memindai tampilan diri yang tidak ubahnya bagai anak bebek bermandikan lumpur. Tega sekali wanita tua itu, begitu besar kebenciannya kepadaku sampai-sampai tanpa segan menyiramkan air comberan ke tubuh ini. Sontak saja bau tidak sedap menguar dari badanku. "Pergi kamu!" Bu Sarti mengacungkan jari telunjuknya. "Tidak sudi saya lihat pemandangan depan rumahku ada seorang pembunuh seperti kamu!" tukas Bu Sarti geram. Matanya berkilat penuh kemarahan. "Bu, apa yang kamu lakukan. Liat, kasihan Tania." Pak Arto datang dan tampak menyesali apa yang diperbuat istrinya. "Buat apa Bapak prihatin sama pembunuh seperti dia? Ingat Pak, anak kita Alina meninggal itu gara-gara

    Last Updated : 2023-11-21

Latest chapter

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 120: Menjemput Istri di Alam Gaib

    Joshi melajukan mobilnya dengan kencang. Di kirinya, terdapat Pak Arto yang sedang mendiamkan Alisa. Sementara di belakang, terdapat Tania yang terbaring dengan mata terbuka, tetapi tidak terlihat adanya sorot kehidupan di mata indah itu. Tania seperti mayat hidup. Sesekali Joshi menoleh ke belakang, memeriksa keadaan istrinya. Memanggil-manggil 'Tania', agar istrinya itu sadar. Namun, Tania masih terdiam membisu. "Gelang yang dikenakan oleh Tania harus dihancurkan. Gelang itu diisi kekuatan hitam oleh Sarti agar mengikat Tania.""Saya akan minta tolong pada Mbah Aji." Jawaban Joshi membuat Pak Arto mengangguk. Tak butuh waktu lama, mobil jeep Joshi sudah sampai di depan rumah Mbah Aji. Sementara Bu Rania yang mendengar mobil menantunya, langsung membuat dia beranjak dari tempat tidurnya. Dia memang tidak bisa tidur sejak tadi. "Apa yang terjadi pada Tania?" Bu Rania panik melihat Joshi yang menggendong Tania masuk ke rumah Mbah Aji.

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 119: Aksi Penyelamatan

    Terdengar suara seseorang memasuki pekarangan rumah. Joshi dan Pak Arto yang sedang berada di samping rumah menjadi terpatung mendengar suara Bu Sarti yang terbatuk-batuk di depan sana. Joshi segera berlari ke arah belakang rumah, sedangkan Pak Arto mengejar. Namun, kedua orang itu tidak mengeluarkan suara apa pun. Entahlah, mungkin takut didengar oleh wanita iblis itu. Sesampainya di depan pondok yang menguarkan bau kemenyan yang begitu tajam, Pak Arto menahan lengan Joshi. "Pak Joshi, tolong selamatkan cucu saya juga. Istri saya itu sudah dibutakan oleh dendam, dia sudah tidak punya belas kasih walau pada cucunya sendiri." Sorot penuh harap terpancar di mata tua Pak Arto. Joshi hanya mengangguk samar, dia juga tidak yakin kemampuannya sejauh apa. Dia hanya akan berusaha melakukan yang terbaik demi Tania dan calon bayi mereka. Kemungkinan juga sekarang, dia harus berusaha menyelamatkan balita yang begitu dicintai Tania itu. Ya, Joshi juga harus berusah

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 118: Tania atau Alisa

    Joshi melajukan mobilnya, meninggalkan suara Dinda yang menjerit lemah di belakang sana. Entah apa yang telah diperbuat oleh Bu Sarti pada wanita masa lalunya itu, Joshi berusaha agar tidak peduli, walaupun hatinya merasa sesak akan hal itu. Bukan karena masih mencintainya, tetapi karena kemanusiaan. Namun, biar bagaimanapun juga, Joshi harus berusaha menyelamatkan Tania. Dengan kecepatan kilat, mobil jeep Joshi sampai di depan rumah. Dia langsung turun dan berhadapan dengan Mbah Aji. Terlihat pria tua itu sedang berbincang-bincang dengan mertuanya. Joshi turun dari mobil, hanya ingin memastikan Tania sudah datang atau belum. "Kamu dari mana saja? Tania sudah ketemu?" Wajah Bu Rania makin terlihat cemas. Joshi menggeleng, lalu menceritakan tentang apa yang ditemuinya barusan. Bahwa Bu Sarti masih hidup dan kemungkinan besar wanita itulah yang menjadi penyebab hilangnya Tania. Jelas hal itu membuat Bu Rania syok, tidak percaya dengan yang didengarnya.

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 117: Perasaan Bersalah

    Dalam kondisi pandangan yang sedikit memburam, Joshi terperangah menangkap sesosok wajah yang dia pikir telah meninggal dunia. Bu Sarti. Walau wajah wanita itu ada bekas luka yang lumayan besar, tetapi Joshi tahu betul, dia adalah Bu Sarti. Rasa takut langsung menjalar ke tubuh petugas kepolisian itu. Bukan takut dengan dirinya, tetapi takut dengan keselamatan nyawa istri dan calon bayinya. Joshi hendak bangkit bangun dari sofa yang terasa menyesakkan itu, tetapi tubuhnya seolah-olah terkunci oleh sesuatu. Di saat pria itu tadi menatap ke dalam mata sang mantan, Dinda sengaja memerangkap Joshi dengan sebuah mantra yang diajarkan Bu Sarti untuk menjerat pria tersebut. Alhasil, Joshi mau mengikuti langkah Dinda walau terpaksa, dan melupakan misinya yang sedang mencari Tania. Sekarang, petugas kepolisian itu terjebak. "Jangan apa-apakan dia! Aku sudah nggak menginginkan dia lagi." Sambil memegang tubuhnya yang kesakitan akibat berbenturan dengan dinding, Dinda berse

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 116: Jebakan Mantan

    Lelah mencari Tania dengan berlari ke sana kemari, Joshi berinisiatif mencari Tania menggunakan mobil jeep-nya. "Tania belum ditemukan, Nak Joshi?" Ketika mendengar suara mobil jeep menantunya berderu, Bu Rania keluar rumah. Raut khawatir terlihat jelas di wajah tua itu. "Iya, Mah. Saya cari dulu." Joshi menancap gas. "Pergi ke mana anak itu? Cepat sekali hilangnya." Bu Rania meremas punggung tangan sendiri, cemas. Ketika hendak masuk kembali ke rumah, dari kejauhan, Mbah Aji baru saja datang dengan diantar oleh seseorang. Sepertinya pria tua itu baru saja selesai menolong orang. Segera Bu Rania menghampiri pria tua tersebut. "Ada apa, Nak?" tanya Mbah Aji yang melihat jelas raut kecemasan pada Bu Rania. "Tania, Mbah. Dia tiba-tiba saja hilang. Perasaan dia baru saja keluar rumah, tapi tiba-tiba dia menghilang entah kemana." Pandangan wanita itu celingukan ke sama kemari. Menatap tajam pada kegelapan, berharap ada putrinya

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 115: Mimpi Beruntun

    Segera petugas kepolisian itu bangkit berdiri dari lantai. Pintu kamar mereka yang terbuka setengah, membuat Joshi yakin bahwa istrinya pergi keluar. Indra penglihatan Joshi tidak menangkap siapa pun di luar kamar, baik istri ataupun ibu mertuanya. Mendadak rumah sederhana itu sunyi, bahkan sangat sunyi sampai Joshi bisa mendengar detak jantungnya sendiri. "Tania!" Joshi mencoba memanggil nama istrinya, tetapi hanya disahuti oleh gema ruangan. Joshi mencoba mengetuk pintu kamar ibu mertuanya. "Mah, apa Tania ada di dalam?" Ucapan Joshi tidak juga mendapat sahutan dari dalam kamar tersebut. Dia memberanikan diri untuk membuka pintu, dan ternyata kosong. Ibu mertuanya juga tidak ada di dalam rumah. Joshi makin panik, dia mengayunkan langkah menuju keluar rumah. Sementara langit malam yang penuh gerimis langsung menyambut Joshi di luar rumah. Hati pria itu kalut, memikirkan di mana sang istrinya berada. Ditambah dengan mertuanya yang juga ikut menghilang.

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 114: Memelihara Setan?

    Joshi segera menahan tangan tua Mbah Aji, muncul rasa takut yang menggelayuti hatinya. Jangan sampai calon anak mereka dibunuh oleh sosok yang sedang mengendalikan raga istrinya. Namun, Mbah Aji malah melepaskan cekalan tangan Joshi pada tangannya. "Jangan takut dengan mereka. Harusnya mereka yang takut dengan kita. Manusia lebih tinggi kedudukannya daripada setan." Ucapan lembut Mbah Aji sedikit mengurangi kecemasan Joshi. Dia melepaskan tangannya dari tangan tua Mbah Aji. Mundur menjauh sedikit darinya, lalu kembali melantunkan ayat suci Al-Quran sambil menatap dengan hati nelangsa pada Tania. Istrinya terlihat begitu kepanasan dan kesakitan saat ini. "Sakiiiiitt! Hentikan, Pria Tua!" Suara Tania berat, seperti suara pria. "Allah Akbar!"Tubuh Tania perlahan melemas seiring dengan tepisan tangan Mbah Aji ke arahnya. Melihat Tania yang sudah pingsan, gegas Joshi memangku istrinya itu. Sementara Mbah Aji meminta Bu Rania untuk mengamb

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 113: Kerasukan

    Terpaksa Joshi melayangkan tamparan pada Tania. Namun, sebelum tubuh istrinya itu jatuh membentur lantai, segera Joshi tahan. Memeluknya dengan perasaan bersalah. Pisau masih Tania genggam dengan erat walau sudah kehilangan kesadaran. Joshi membuka kepalan tangan istrinya dengan paksa, lalu mengeluarkan pisau tersebut. Melemparkannya menjauh. "Tania, bangun, Tania!" Pipi tembem istrinya, Joshi tepuk-tepuk pelan. Namun, tidak ada respon. Tania telah kehilangan kesadaran. "Ayo, Nak Joshi, angkat bawa ke kamar." Bu Rania berucap setelah degup ketakutan berhasil dia netralkan. Tidak bisa dipungkiri, rasa takut menyerang wanita tua itu, ketika melihat putri dan menantunya saling adu tarik benda tajam. Segera Joshi mengangkat tubuh istrinya tersebut dengan perasaan cemas. Apa-apaan ini, sebelumnya dia menggendong ibu mertuanya yang pingsan, lalu sekarang istrinya juga. Apa yang sebenarnya terjadi di keluarganya, pikiran itu terngiang-ngiang di kepala Joshi. P

  • Tabir Kematian Sahabatku   Bab 112: Acara yang Kacau

    Joshi langsung menggendong Bu Rania, membawanya ke kamar. Membaringkan tubuh yang tampak pucat itu di ranjang. Sementara Tania panik sambil mencari-cari minyak kayu putih. Segera dia mengoleskan minyak tersebut ke telapak kaki, tangan, juga ceruk leher ibunya. "Mamah kenapa, sih?" ucap Tania resah sambil mendekatkan botol minyak kayu putih itu ke hidung Bu Rania. Sementara Joshi sendiri, memeriksa seluruh rumah. Mencari-cari apakah ada barang yang hilang atau tidak. Dia menduga kemungkinan mertuanya itu pingsan sebab adanya maling, mengingat pintu rumah tadi yang tidak terkunci. Joshi yang sudah memeriksa seluruh rumah dan tidak menemukan apa pun, beralih ke ruang tamu, tempat di mana mertuanya tadi tergeletak. Namun, dia malah melihat sang mantan di teras. Dinda masih belum pergi dari sekitaran rumah mereka. Mendengar Tania yang berteriak tadi, membuat Dinda penasaran apa yang terjadi. Dia menguping di luar rumah, sampai ketahuan oleh Joshi.

DMCA.com Protection Status