“Kejar! Kejar gadis itu!” sentak Darius.Mahendra hanya terdiam.“Kamu tuli?” ucap Darius lagi. “Kamu harus bertanggung jawab. Kita langsung ke KUA,” ucap Darius dengan serius.Mahendra hanya bergeming. Tiga kata yang dia tangkap. Hanya bisa pasrah.Mendengar nama Dirgantara, Darius sontak kaget. Apakah Darius mengenali orang tua Alana. Benak Saraswati diliputi tanda tanya.Sebelumnya Darius begitu marah menyalahkan Alana yang malang kini sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat, tak terlihat kilatan amarah di matanya. Yang ada hanyalah rasa bersalah.Mahendra pun mengikuti perintah Darius, mau tak mau. Dia berlari keluar mencari gadis itu.“Papa, apakah Papa mengenal ayahnya gadis itu?” tanya Saraswati memandang wajah sang suami dengan lekat.Darius diam lalu sedetik kemudian bersuara, “Ti-dak,” jawabnya. ‘Mungkin Dirga orang yang berbeda,’ batinnya.Darius duduk dan memijit kepalanya. Tak habis pikir apa yang dia lihat saat ini. Kedatangannya jauh-jauh dari Purwakarta ke Jakar
Berbohong itu keliru meskipun berbohong untuk sebuah kebenaran. Prinsip yang dipegang teguh oleh Ustaz Bashor ialah hidup harus jujur meskipun pahit. Dia selalu mengajarkan keluarganya untuk selalu bersikap jujur meneladani sikap teladan kekasih Allah, baginda nabi Muhammad saw.Namun tentu tidak sepenuhnya benar apa yang diamalkan Ustaz Bashor karena dia telah melakukan sebuah kebohongan besar, yaitu menyembunyikan identitas Selina terlepas dari tujuannya baik untuk menyelamatkannya dari fitnah. Bagaimana bisa seorang yang alim bisa menerima bayi dari seorang wanita tuna susila untuk mengasuhnya. Masyarakat umum yang masih berpikiran dangkal senantiasa menjudge negatif pada orang-orang seperti itu. Padahal mereka jelas belum tentu baik dan benar. Dan anak hanyalah korban.Orang sering salah kaprah dengan menamai bayi yang lahir sebelum terjadi pernikahan dengan anak haram. Yang haram ialah perbuatan ke dua orang tua bayi itu. Bayi terlahir suci.Ustaz Bashor memutar otak, mencari ja
“Saya belum selesai bicara. Dengarkan terlebih dulu! Disebut sepersusuan itu ada syaratnya, tidak sembarangan,” tukas Ustaz Bashor agak sedikit meninggi. Semua orang kini diam menyimak, termasuk Fadel yang ikut bergabung dengan mertuanya.Semua jamaah terdiam.“Dikatakan sepersusuan itu harus memenuhi syarat, diantaranya seorang bayi telah menyusu minimal lima kali pada ibu susu (pendonor ASI), itu pun sampai kenyang. Jika memenuhi syarat tersebut maka otomatis hubungan antara bayi itu dengan anak ibu susunya menjadi mahram dan tidak boleh menikah jika mereka lawan jenis.Telah diriwayatkan oleh Aisyah ra.:Bahwa Aflah, saudara Abul Qu`ais, yakni paman sepersusuannya, datang minta izin menemui Aisyah setelah turun ayat hijab. Aisyah ra. berkata: Tetapi aku tidak memberinya izin. Dan ketika Rasulullah saw. datang, aku ceritakan apa yang telah aku lakukan itu. Ternyata beliau menyuruhku untuk memberinya izin menemuiku. (Shahih Muslim No.2617)Contoh pada kasus Aflah yang ternyata sepers
Sepulang dinner Shiza merasa gelisah. Dia bangun tidur langsung teringat dengan Selina. Dia menatap foto Selina bersama dirinya yang dipajang di kamarnya. Foto itu diambil saat mereka main ke Gramedia berburu buku untuk tugas mata kuliah.Shiza merasa bersalah karena telah bersikap kekanak-kanakan dengan memblokir nomor sahabatnya. Bahkan dia telah berani menulikan pendengarannya tak ingin mendengarkan cerita sahabatnya.Amarah seringkali menyeret seseorang pada keputusan yang keliru.Dia meraih ponselnya yang diletakan di atas nakas. Lalu dia membuka blokir nomor Selina dan berusaha menghubunginya. Cemas, apa yang dirasakan Shiza saat ini karena nomor ponsel Selina tidak aktif. Dia sudah mencoba menghubunginya saat pagi hari hingga sepuluh kali lalu berlanjut siang harinya hingga lebih dari lima puluh kali. Namun tetap tak aktif. Kini giliran Selina yang memblokir nomornya, pikirnya.Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. “Mbak, makan siang dulu!” ucap ART. “Belum lapar,” sahut
Di tempat yang berbeda Adam mengabaikan ponselnya yang sedari tadi berbunyi. Sejak siang tadi Aqsa meneleponnya. Aqsa pun kembali meneleponnya saat sore hari tepat pengajian syukuran Adam selesai. Seperti halnya tadi dia tak berniat mengangkatnya melainkan langsung mematikan panggilannya dengan kesal. Tak peduli Aqsa akan marah atau tidak.“Kok gak diangkat Aa?” tanya Winda yang berada di sampingnya. Dia tentu penasaran melihatnya mematikan telepon dari seseorang. Apakah Adam tak ingin terusik oleh temannya itu karena sedang berjalan bersamanya. Winda menahan senyum. Pikirannya terlalu jauh, sangat jauh hingga ke kutub utara. Namun dia menikmati pikirannya itu. Berfantasi dengan pria yang berhasil membuatnya berdebar-debar.Adam mengantar Winda ke tempat prasmanan jamaah perempuan. Adam berusaha bersikap santai melihat Winda yang terlihat caper padanya. Dia hanya merasa iba saja, kenapa Winda sampai bisa salah masuk antrian. Apakah dia mengalami gangguan penglihatan? Seperti katarak
Acara syukuran dan pengajian berlangsung lancar hari itu meskipun Ustaz Bashor sedikit terganggu oleh hadirnya jamaah yang melontarkan pertanyaan secara tidak langsung tentang Selina. Dia bersyukur bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan baik. Tidak berdusta tetapi menjelaskan dengan cara yang bijak dan tetap menjaga nama baik keluarga dan pesantren.Acara selesai sampai menjelang magrib. Beberapa jamaah yang merupakan orang tua santri seringkali meluangkan waktu mereka yang cukup singkat itu untuk meluapkan rasa rindu mereka pada putra-putri mereka. Ustaz Bashor pun dengan bijak memberi mereka waktu karena dia sendiri sebagai orang tua bisa merasakan apa yang mereka rasakan.Rindu adalah penyakit dan bertemu adalah obatnya.Dua teman Selina masih berada di sana. Mereka masih betah berada di lingkungan pesantren. Terlepas dari kepentingan masing-masing. Mereka juga tak sungkan membantu Selina, membereskan bekas acara meskipun sebetulnya ada pihak panitia yang tak lain berasal
Saat istirahat makan siang, Selina pergi ke cafetaria sekolah sendirian. Biasanya ia pergi ke ke sana bersama Zahrana. Namun semenjak kepergiannya ke Bandung Zahrana belum menampakan batang hidungnya di sekolah.Mungkin ia masih ijin cuti, pikirnya. Ia berusaha mengabaikan kejadian waktu itu tetapi ternyata sukar. Ia masih mengingat bagaimana Aqsa tersenyum pada Zahrana sewaktu dinner di restoran. Rasa cemburu hinggap di hatinya tanpa harap.Cemburu pada yang semu.Namun saat yang sama ia juga teringat seseorang. Selina hampir jatuh dari tangga jika seorang lelaki bertubuh tinggi tegap dan bermata elang tak menolongnya.Siapakah lelaki itu?Tanpa sadar, beberapa kali ia berpapasan dengan lelaki itu. Beberapa barang miliknya terbawa olehnya.Masih ingatkah goodie bag yang tertukar?Atau syal putih yang jatuh lalu terinjak olehnya?Lelaki yang sama tentunya, yang ternyata tunangan dr Areeta.‘Ah, itu tak penting,’ batinnya menepisnya.Selina memesan teh manis hangat dan mie bakso untuk
Sementara itu Adam disibukan kembali dengan urusan toko lampu hias. Hari itu setelah mengecek toko yang berada di beberapa titik sekitar Cianjur, ia langsung pergi ke Cisarua. Tujuannya tentu untuk menemui Aqsa.Sayang, Aqsa tak ada di rumah, ia masih berada di kantornya. Dengan emosi yang sudah mendidih di ubun-ubun kepalanya, ia menemui Aqsa.Nekad. Adam menyusul Aqsa ke kantor.Entah apa yang tengah berkecamuk di pikirannya. Ia sangat ingin memberinya pelajaran.Adam langsung menerobos pintu lift hendak naik ke lantai dua di mana Aqsa berada. Beberapa karyawan telah mengingatkannya bahwa Aqsa sedang sibuk karena kedatangan tamu. Namun Adam sudah dibutakan oleh emosi, ia abaikan peringatan mereka.“Hei, itu orang gak sopan banget! Udah dibilangin jangan masuk,” ucap salah satu karyawan.“Biarin aja, nanti dia pasti kena marah Pak Aqsa langsung,” sahut yang lainnya.“Gimana sih! Kita yang bakalan kena omel bukan orang itu. Apa kita panggil security?”“Tenang aja aku udah telepon ke as