Masih ditempat yang sama, Zeta berdiri berhadapan dengan Albi. Sedangkan lelaki itu terdiam setelah mendengarkan kata yang terlontar dari mulut Zeta, dihina? Jadi itu sebabnya Zeta menghindari dirinya. Namun siapa yang melakukan hal itu, tak ada dibenak Albi jika selama ini Zeta tertekan berada di dekatnya.
"Mereka bilang aku pelakor dan wanita menjijikkan. Apakah kau tau seberapa sakitnya hatiku? Sakit sekali. Kita dekat seperti seorang yang mempunyai hubungan, namun nyatanya hubungan kita hanya sebatas karyawan dan bos saja."
"Kita kenal karena ketidak sengajaan, dulu aku pikir mengenal dirimu akan membuat hidupku lebih baik. Namun kenyataannya tidak, aku tertekan dan banyak sekali yang menerorku. Bukan hanya keluarga Lixston yang membenciku, namun masih banyak orang yang termakan akan gosip itu."
"Kau dan Feli bukan orang sembarangan, sedangkan aku hanya seorang anak desa yang berada disini. Kakek dan nenekku sa
Hari ini Zeta memutuskan untuk tak berangkat kerja dengan alasan sakti. Dirinya memang kecapean namun tak sampai sakit. Sekarang ia duduk bersender diatas kasur dengan membawa sebuah kotak pemberian tante Manda. Sebelum keluar kota, Rey sempat memberikan ini kepadanya.Zeta membuka kotak itu, didalamnya terdapat beberapa barang mulai dari boneka, foto-foto kecil, dan juga kertas yang digulung-gulung memanjang. Sampai akhirnya, ia mengambil suratnya dan membuka pita yang menghiasi kertas itu."Hai Zeta, gimana kabar kamu? Maaf tante ngak bisa tanya kabar kamu secara langsung. Tante merasa akan pergi jauh, sangat jauh makannya tante buat surat ini untuk kamu, Rey dan Bela. Tante hanya ingin memberitahu kamu satu hal, sebenarnya Ratna menantu di keluarga tante.""Nasib tante sama kayak mama kamu yang diusir dari rumah. Namun tak apa, tante udah ikhlas dengan semuanya termasuk warisan yang seharusnya buat tante m
Mobil yang Darel dan Zeta kendarai berhenti tepat di depan rumah besar nan mewah. Zeta turun dan melihat sekeliling, sampai-sampai dirinya tak sadar jika Darel menarik tangannya untuk masuk kedalam. Zeta mengikuti langkah Darel, lelaki itu bilang kepadanya untuk tidak usah takut."MAMA PAPA, DAREL PULANG!" teriakan Darel mengema di ruang tamu."Jangan keras-keras!" Zeta mencubit pelan lengan Darel, sedangkan yang dicubit hanya cengengesan tak jelas.Lalu beberapa orang jenis kelamin perempuan menghampiri mereka, Zeta yakin jika itu keluarga Mahendra. Zeta hanya bisa tersenyum hangat saja, kegugupannya bertambah berkali-kali lipat."Ini siapa?" tanya Rani selaku ibu dari Darel."Ini Zeta, dan Zeta kenalin ini mana aku namanya Rani dan ini nenek aku namanya Sari dan ini adik aku namanya Aira." Darel menujuk anggota keluarganya satu persatu.
Hilda berada di depan pintu sebuah ruangan, dirinya ragu. Disisi lain ia ingin membuka pintunya namun ragu, takut jika twins benci kepadanya. Setelah berfikir cukup lama akhirnya ia memutuskan untuk masuk kedalam. Sementara Albi tak ikut dengannya.Hilda masuk kedalam dan mendapati twins yang tengah beramin. Nathan yang merasakan kehadiran seseorang langsung melihat kearah pintu, dirinya terkejut mendapati seorang perempuan yang ia temui di supermarket dan mengaku sebagai ibu kandungnya."Tante siapa?" pertanyaan itu keluar dari mulut Syika.Hilda tersnyum dan duduk disebelah Syika, "Nama tante Hilda," jawabnya."Apakah boleh tante ikut kalian main?" tanya Hilda, langsung saja Syika mengangguk pertanda setuju.Nathan berdiri dan memeluk Hilda, rasa hangat langsung menjalar dihati anak kecil itu. Bukankah pelukan seorang ibu akan terasa hangat?. Semen
Di apartemen Zio sudah ada Bea, Zeta lah yang menyuruhnya untuk datang kesini. Dengan senang hati Bea mau, untung saja pekerjaannya dirumah sakit sudah selesai. Sekarang mereka berada diruang tamu tengah menikmati camilan sembari melihat televisi yang menampilkan acara drama kora.Zio? Lelaki itu pergi ke kamar mandi sejak beberapa menit yang lalu. Bea dan Zeta bercerita, lebih tepatnya mengibah. Bagaimana bisa jika perempuan bertemu tanpa melakukan acara gibah?. Tenang saja, mereka gibah yang baik-baik kok."Tadi ada pasien nyebelin banget! Dia baru anak SMA, tapi suka banget ngerokok. Tadi aja dia bilang aku suka nuduh orang sembarangan, padahal dia pecandu rokok beneran." Bea bercerita tentang pasiennya dirumah sakit."Nanti cinta loh," goda Zeta.Bea memutar bola matanya malas, "Ngak akan," jawabnya cuek.Tiba-tiba saja Zio datang dan langsung du
Hilda terdiam selama beberapa saat, tanpa disuruh air matanya mengalir begitu saja. Zeta termenung, apa yang sebenarnya terjadi dengan Hilda?. Dirinya menggengam tangan Hilda menguatkan."Ceritakan biar bebanmu sedikit hilang," ujar Zeta sekali lagi."Aku depresi Zeta," jawab Hilda lirih."Bicara perlahan-lahan saja," suruh Zeta dan mendapatkan anggukan pelan dari Hilda."Aku disiksa oleh suamiku sendiri. Aku udah ngak tahan dengan ini semua, dia memperlakukan aku selayaknya budak. Bahkan dia sama sekali tak menghormati aku sebagai istrinya," ungkap Hilda lirih.Zeta langsung memeluk Hilda, mengapa ada orang sejahat itu?. Dirinya merasa kasihan dengan Hilda, ia pikir hidup Hilda akan senang sebab dia sudah menjadi model terkenal. Kenyataannya Hilda menderita, ia mengusap lembut bahu Hilda yang bergetar. Sedangkan Hilda menangis dengan suara lirih, be
Zeta tengah bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, namun saat ini dirinya tengah menyiapkan bekal untuk twins. Zeta menggoreng nasi goreng dengan lihai, bau harum langsung menyebar di dapurnya. Setelah matang, Zeta mencetaknya menjadi bentuk seperti boneka teddy bear.Dengan 2 mata dan juga mulut, kini nasi goreng itu nampak lucu. Zeta menaruhnya dikotak bekal berwarna biru dan pink, tak lupa ia menambahkan beberapa butir telur di dalamnya. Setelah selesai ia masukkan kedalam tas kecil dan menaruhnya diatas meja."Mau berangkat sekarang?" tanya Zeta saat berpapasan dengan Vio yang tengah membawa beberapa buku."Iya. Aku duluannya," pamit Vio. Setelah mendapatkan anggukan dari Zeta, Vio pergi dari sana.Zeta mengambil tasnya dan membuka hpnya, ia mendapatkan pesan bahwa Albi telah berada dibawah menunggu dirinya. Langsung saja Zeta segera keluar dari dalam apartemen, kini ia s
Albi sudah berada di ruangan milik papanya Ardi, mereka tengah duduk berhadapan dimeja kerja. Beberapa menit yang lalu Albi baru saja sampai disini. Entah apa yang ingin Ardi bicarakan kepada dirinya."Kau tau jika perusahaan di Singapura ada masalah?" tanya Ardi menatap kearah sang putra."Hm," Albi hanya berdehem sebagai jawaban."Kau akan berangkat kesana besok!" ucap Ardi mutlak."Aku tak mau," ujar Albi menatap Ardi tajam. Mengapa dengan mudahnya Ardi menyuruhnya untuk berangkat ke Singapura?."Kau harus mau Albi!" ujar Ardi tak ingin dibantah.Albi terdiam, dirinya tak ingin pergi ke luar negeri. Twins bagaimana jika dirinya tinggal, ia mengusap wajahnya kasar dan melihat kearah Ardi. Papanya itu juga melihat kearahnya seolah-olah tak ingin menerima penolakan darinya."Apa tak bisa diwakilka
Zeta dalam perjalanan menuju kediaman Albi, hari sudah menjelang sore namun dirinya masih bersama twins. Tadi ia keasikan berada dikediaman Mahendra, twins sendiri juga senang berada disana. Aira benar-benar suka dengan anak kecil, sampai-sampai tak mau jika twins pulang.Twins sendiri sudah tak lagi memakai baju sekolah, untung saja Zeta menemukan baju twins dimobilnya. Tadi ia juga sempat menghubungi Albi jika twins bersama dengan dirinya. Sekarang Zeta sudah sampai dikediaman Albi, langsung saja ia turun. Tak lupa dirinya juga menurunkan twins."Mama masuk dulu," ujar Syika seraya menarik tangan Zeta supaya ikut masuk kedalam."Mama mau pulang sayang," ujar Zeta.Syika menggeleng, "Mama ikut Syi masuk," ujarnya lalu menarik tangan Zeta masuk kedalam. Zeta mengangguk saja, ia mengikuti langkah mereka masuk kedalam rumah besar ini.Sesampainya didal
"Mama mana sepatu kakak?""Mama? Mana koas kaki Syika? Syika mau berangkat sekolah mama, nanti telat.""Sayang kamu ke mana? Ke sini dong, jangan di kamar twins terus, bantuin aku pakai dasi dong."1 minggu berlalu setelah pernikahan Zeta dan Albi, beginilah kegiatan Zeta setiap paginya. Suara twins dan Albi yang saling bersahutan, kamarnya dengan twins bersebelahan. Jadi jika satu teriak semuanya terdengar, Zeta harus bolak-balik ke kamar Albi dan twins karena mereka terus saja memanggilnya.Saat ini Zeta berada di kamar twins, hari ini mereka kembali bersekolah setelah 1 minggu ambil cuti. Ia memakaikan mereka sepatu dan merapikan rambut mereka. Bahkan ia tak peduli dengan teriakan Albi yang terus memanggilnya, twins lebih penting dari apapun. Biarlah Albi marah-marah karena dirinya tak kunjung ke kamar."Kalian udah selesai, udah wangi, udah pakai sepatu. Ada lagi
3 bulan berlalu, hari ini adalah hari di mana Zeta dan Albi menikah. Mereka berdiri di atas panggung menyaksikan para tamu undangan, Zeta cukup cantik dengan dress berwarna putih yang memperlihatkan lengan putihnya. Di tangan Zeta sudah ada bunga Lily, yang mana itu merupakan bunga kesukaannya. Bisa dibilang dekorasi di sini sangat indah dan mewah.Dipenuhi dengan bunga Lily yang harganya tak main-main, Zeta sudah resmi menjadi istri Albi. Sementara Albi sendiri terpesona melihat kecantikan Zeta. Istrinya itu menjadi pusat perhatian semua orang, teman-teman Zeta pun semuanya hadir di sini dan mereka telah menikmati hidangan yang telah disediakan."Twins di mana?" tanya Zeta sembari melihat ke arah Albi."Dia bersama dengan Cakra, di sini banyak sekali kue, coklat, dan es krim. Itu semua kesukaan twins, mana mungkin mereka tak pergi makan ke sana," sahut Albi malas. Zeta tertawa kecil, karena dirinya lah
Zeta berjalan di lorong rumah sakit bersama dengan Albi, mereka akan pergi menuju ke ruang rawat Hilda. Di tangan Zeta sudah ada parsel buah, ia tak sabar bertemu dengan Hilda. Karena sudah lama sekali ia tak bertemu dengan Hilda. Sesampainya di depan pintu, mereka pun masuk ke dalam.Namun anehnya pintu dikunci dari luar, di sini juga sepi karena bodyguard Albi sudah tak lagi berjaga di depan sini. Lantas Zeta pun menghubungi perawat yang biasanya menjaga Hilda di sini, ia pun menyuruh perawat itu datang ke sini. Tak butuh waktu lama perawat itu datang dan langsung menghampiri dirinya."Mengapa ruangan ini di kunci dari luar? Di mana keberadaan Hilda? Dia baik-baik saja bukan?" tanya Zeta beruntun."Apakah anda tidak tau kabar tentang pasien yang sebelumnya menempati ruangan ini?"Dengan kompak Zeta dan Albi menggeleng. "Apa yang terjadi? Tidak ada sesuatu buruk 'kan?" tanya Zeta y
Zeta berada di sebuah taman bersama dengan Albi, mereka hanya berdua di sini menghabiskan waktu setelah kejadian yang menguras air mata. Twins sendiri sengaja tidak mereka ajak, karena mereka ingin di sini berdua saja. Di depan mereka sudah ada danau yang sangat indah, mereka berdiri berjejer.Tiba-tiba saja ada bodyguard Albi yang datang menghampiri mereka berdua dengan tergesa-gesa. Tentu saja hal itu membuat Albi dan Zeta terkejut, mereka berbalik badan dan menatap 1 bodyguard yang baru saja datang itu. Dia tampak mengatur nafasnya terengah-engah."Ada apa?" tanya Albi."Ada wanita tua yang memaksa ingin bertemu dengan nona Zeta."Merasa namanya dipanggil membuat alis Zeta berkerut. "Siapa yang mencari saya?" tanyanya."Saya tidak tak pasti siapa namanya, dia mengaku sebagai nenek anda. Apakah anda memiliki seorang nenek di sini?""
Hari ini Zeta sudah diperbolehkan untuk pulang, keadaannya sudah stabil. Zeta sendiri tengah duduk dan menyaksikan Zio memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Ia di rawat 1 minggu, dan 3 hari lalu ia terakhir bertemu dengan Albi. Sebenarnya Albi masih ada di rumah sakit, tapi Zio melarang dirinya untuk bertemu dengan Albi sampai dirinya benar-benar sembuh.Jadi sekarang ia baru bisa melihat keadaan Albi, tentu saja bersama dengan Zio. Tak lama kemudian Zio sudah selesai memasukkan barang-barangnya dan menyerahkan tas itu kepada bodyguard agar di bawah keluar. Zio menghampiri Zeta dan tersenyum ke arah Zeta, Zeta pun balik tersenyum ke arah Zio."Terima kasih, kakak udah jaga aku di sini," ujar Zeta."Itu sudah menjadi tugas kakak. Mau ketemu sama dia sekarang?" tanya Zio di akhir."Dia juga punya nama kak, namanya Albi. Masak dari dulu kakak panggil dia dia terus sih,"
Hari sudah mulai malam, Zeta sendiri tak bisa tenang karena terus memikirkan keadaan Albi. Di ruang rawatnya hanya ada Zio, dia sibuk berkutat dengan laptopnya. Sementara Bea dan Bia sudah kembali pulang sejak sore tadi. Zio sama sekali tak mengizinkan dirinya untuk keluar. Ia bingung sekali, sampai pada akhirnya ia memiliki sebuah rencana.Ia beranjak dari tempat tidur ini, dengan langkah tertatih ia menghampiri Zio. Ia pun berjalan sembari mendorong tiang infusnya, sepertinya Zio tak sadar dengan keberadaannya di sini. Sampai akhirnya ia berdehem dan membuat Zio menyadari keberadaan dirinya di depannya."Kamu jangan jalan-jalan dulu, bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidur?" tanya Zio."Aku mau bertemu dengan Albi, aku enggak bisa tidur sebelum bertemu sama dia," jawab Zeta."Enggak sekarang Zeta, besok abang janji untuk membawa kamu bertemu sama dia," ujar Zio mencoba unt
Sementara di sebuah ruang rawat terdapat Albi yang belum kunjung bangun dari tidur panjangnya setelah kejadian penembakan itu. Untung saja Albi bisa di selamatkan dan itu membuat semuanya bernafas lega. Di sini ada Cakra dan kedua orang tua Albi, mereka menunggu Albi bangun. Syika berada di dalam gendongan Cakra.Sampai akhirnya Cakra memuaskan untuk mengajak Syika keluar dari ruangan ini dan mendapatkan izin dari kedua orang tua Albi. Ia berjalan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit. Ia baru saja mendapatkan informasi bahwa Zeta juga di rawat di sini, dan dirinya juga belum menjenguk Zeta karena tak tau ruangannya di mana."Mama di mana om?" tanya Syika dalam gendongan Cakra."Kamu rindu dengan Zeta?" tanya Cakra balik."Iya, Syi mau ketemu mama. Syi mau aduin ke mama kalau papa enggak mau bangun," jawab Syika polos."Syika turun dulu, om mau te
Hari ini tepat 3 hari setelah kejadian di mana Zeta di culik oleh Feli dan juga Ratna, Zeta sendiri sempat tak sadar selama dua hari karena ada luka serius di beberapa bagian tubuhnya. Saat ini Zio berada di ruang rawat Zeta, selama tiga hari Zio tetap menemani dan menunggu adiknya itu bangun.Zio sendiri tak mengalami luka serius, hanya tinggal menyembuhkan luka luar di wajahnya. Zeta sendiri sudah bangun, dia hanya bersandar di ujung kasur tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Hal itu membuat Zio khawatir, tapi dokter bilang Zeta hanya trauma saja dan dia akan kembali seperti semula."Zeta, bicara sama kakak. Tolong jangan diam saja," ujar Zio yang mulai frustasi."Kenapa aku masih hidup? Aku enggak mau hidup kalau hanya menyusahkan kalian, kenapa papa dan mama melarang ku untuk ikut bersama dengan mereka?" tanya Zeta dengan pandangan kosong."Enggak, kamu enggak pergi. Tolon
Polisi benar-benar datang, mereka berdiri di pinggir dengan posisi melingkar. Albi, Zeta, Ratna dan juga Feli berada di tengah-tengah. Polisi itu membawa pistol semua, tentu saja itu di arahkan kepada Feli dan Ratna. Bahkan bodyguard Zio dan Albi yang masih tersisa turut berada di sini. Zeta masih dalam posisi bersandar, kesadarannya benar-benar menipis.Tiba-tiba saja Ratna berlari ke arah Albi dan dengan gerakan singkat dia mengunci tangan Albi ke belakang. Tentu saja Albi tak siap dengan serangan yang tiba-tiba itu, polisi ingin mendekat tapi Albi menggeleng dan memberikan kode mata agar polisi tetap dalam tempatnya. Satu tangan Ratna memegang tangan Albi, sementara satu tangannya yang lain mencekik leher Albi dengan sikutnya"Kalian semua pergi dari sini atau dia yang mati?" tanya Ratna menatap satu persatu dari polisi itu. Ratna menyuruh Feli untuk berjalan ke arah Zeta dan langsung dituruti oleh Feli.