Di apartemen Zio sudah ada Bea, Zeta lah yang menyuruhnya untuk datang kesini. Dengan senang hati Bea mau, untung saja pekerjaannya dirumah sakit sudah selesai. Sekarang mereka berada diruang tamu tengah menikmati camilan sembari melihat televisi yang menampilkan acara drama kora.
Zio? Lelaki itu pergi ke kamar mandi sejak beberapa menit yang lalu. Bea dan Zeta bercerita, lebih tepatnya mengibah. Bagaimana bisa jika perempuan bertemu tanpa melakukan acara gibah?. Tenang saja, mereka gibah yang baik-baik kok.
"Tadi ada pasien nyebelin banget! Dia baru anak SMA, tapi suka banget ngerokok. Tadi aja dia bilang aku suka nuduh orang sembarangan, padahal dia pecandu rokok beneran." Bea bercerita tentang pasiennya dirumah sakit.
"Nanti cinta loh," goda Zeta.
Bea memutar bola matanya malas, "Ngak akan," jawabnya cuek.
Tiba-tiba saja Zio datang dan langsung du
Hilda terdiam selama beberapa saat, tanpa disuruh air matanya mengalir begitu saja. Zeta termenung, apa yang sebenarnya terjadi dengan Hilda?. Dirinya menggengam tangan Hilda menguatkan."Ceritakan biar bebanmu sedikit hilang," ujar Zeta sekali lagi."Aku depresi Zeta," jawab Hilda lirih."Bicara perlahan-lahan saja," suruh Zeta dan mendapatkan anggukan pelan dari Hilda."Aku disiksa oleh suamiku sendiri. Aku udah ngak tahan dengan ini semua, dia memperlakukan aku selayaknya budak. Bahkan dia sama sekali tak menghormati aku sebagai istrinya," ungkap Hilda lirih.Zeta langsung memeluk Hilda, mengapa ada orang sejahat itu?. Dirinya merasa kasihan dengan Hilda, ia pikir hidup Hilda akan senang sebab dia sudah menjadi model terkenal. Kenyataannya Hilda menderita, ia mengusap lembut bahu Hilda yang bergetar. Sedangkan Hilda menangis dengan suara lirih, be
Zeta tengah bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, namun saat ini dirinya tengah menyiapkan bekal untuk twins. Zeta menggoreng nasi goreng dengan lihai, bau harum langsung menyebar di dapurnya. Setelah matang, Zeta mencetaknya menjadi bentuk seperti boneka teddy bear.Dengan 2 mata dan juga mulut, kini nasi goreng itu nampak lucu. Zeta menaruhnya dikotak bekal berwarna biru dan pink, tak lupa ia menambahkan beberapa butir telur di dalamnya. Setelah selesai ia masukkan kedalam tas kecil dan menaruhnya diatas meja."Mau berangkat sekarang?" tanya Zeta saat berpapasan dengan Vio yang tengah membawa beberapa buku."Iya. Aku duluannya," pamit Vio. Setelah mendapatkan anggukan dari Zeta, Vio pergi dari sana.Zeta mengambil tasnya dan membuka hpnya, ia mendapatkan pesan bahwa Albi telah berada dibawah menunggu dirinya. Langsung saja Zeta segera keluar dari dalam apartemen, kini ia s
Albi sudah berada di ruangan milik papanya Ardi, mereka tengah duduk berhadapan dimeja kerja. Beberapa menit yang lalu Albi baru saja sampai disini. Entah apa yang ingin Ardi bicarakan kepada dirinya."Kau tau jika perusahaan di Singapura ada masalah?" tanya Ardi menatap kearah sang putra."Hm," Albi hanya berdehem sebagai jawaban."Kau akan berangkat kesana besok!" ucap Ardi mutlak."Aku tak mau," ujar Albi menatap Ardi tajam. Mengapa dengan mudahnya Ardi menyuruhnya untuk berangkat ke Singapura?."Kau harus mau Albi!" ujar Ardi tak ingin dibantah.Albi terdiam, dirinya tak ingin pergi ke luar negeri. Twins bagaimana jika dirinya tinggal, ia mengusap wajahnya kasar dan melihat kearah Ardi. Papanya itu juga melihat kearahnya seolah-olah tak ingin menerima penolakan darinya."Apa tak bisa diwakilka
Zeta dalam perjalanan menuju kediaman Albi, hari sudah menjelang sore namun dirinya masih bersama twins. Tadi ia keasikan berada dikediaman Mahendra, twins sendiri juga senang berada disana. Aira benar-benar suka dengan anak kecil, sampai-sampai tak mau jika twins pulang.Twins sendiri sudah tak lagi memakai baju sekolah, untung saja Zeta menemukan baju twins dimobilnya. Tadi ia juga sempat menghubungi Albi jika twins bersama dengan dirinya. Sekarang Zeta sudah sampai dikediaman Albi, langsung saja ia turun. Tak lupa dirinya juga menurunkan twins."Mama masuk dulu," ujar Syika seraya menarik tangan Zeta supaya ikut masuk kedalam."Mama mau pulang sayang," ujar Zeta.Syika menggeleng, "Mama ikut Syi masuk," ujarnya lalu menarik tangan Zeta masuk kedalam. Zeta mengangguk saja, ia mengikuti langkah mereka masuk kedalam rumah besar ini.Sesampainya didal
Zeta mengerjapkan matanya berkali-kali, ia baru ingat jika semalam tidur dikediaman Albi. Dirinya tidur dikasur Syika, dikamar ini terdapat dua kasur dengan ukuran sedang. Ia melihat kearah Syika yang masih asik tertidur, untung saja tadi malam Syika tak rewel."Syi, bangun yuk." Zeta mengelus alis Syika."Syi masih ngantuk," gumam Syika."Syi ngak mau jalan-jalan sama mama?" tanya Zeta pura-pura ngambek. Langsung saja Syika duduk dan mengucek matanya, ia masih mengumpulkan nyawanya.Zeta bangkit dari tempatnya, ia membangunkan Nathan. Syukurlah Nathan cepat bangun, ia langsung merapikan tempat tidur mereka dan melipat selimutnya. Hari ini hari minggu jadi mereka bangun agak siang. Setelah selesai Zeta langsung mandi, kebetulan kemarin Vio datang kesini mengantarkan dirinya baju.20 menit kemudian.Zeta dan twins sudah rapi
Seorang lelaki tengah menatap layar laptopnya dengan pandangan datar. Dia adalah Zio, saat ini lelaki itu tengah berada di apartemen bersama dengan Hans. Laptop yang berada di meja depannya menampilkan sebuah CCTV dimana ada seorang penyusup datang ke kantornya dan mengambil berkas-berkas penting miliknya."Kau sudah tau siapa dalang dibalik penyusupan ini?" tanya Zio tanpa ekspresi."Masih diselidiki. Apa kau tak curiga dengan seseorang?" tanya Hans seraya mengetuk-ngetukkan pulpen keatas meja. Mereka memang duduk berhadapan dikursi kerja Zio."Abraham," jawab Zio. Entah mengapa dirinya sangat mencurigai kakeknya, mengingat hubungannya dengan dia tak baik- baik saja."Aku juga berfikir seperti itu," balas Hans. Jika benar jika Abraham yang melakukan itu, dirinya takut jika Zio melakukan hal nekat."Akan ku beri pelajaran pria tua itu!" ujar Zio lalu
Zeta dan Hilda sudah sampai didepan gedung tempat twins bersekolah, mereka kini duduk di salah satu bangku yang letaknya dibawah pohon. Masing-masing dari mereka membawa Pop Ice dan juga cilok. Karena twins lama keluarnya, mereka memutuskan untuk jajan dipedagang keliling."Biasanya twins pulang jam berapa?" tanya Hilda, jujur saja dirinya merasa malu bertanya seperti ini. Seharusnya ia sebagai ibu kandung mereka tau tentang ini.Zeta melihat kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, "15 menit lagi keluar," jawabnya. Zeta cukup hapal dengan jam pulang twins. Karena hari ini hari senin, jadi twins agak lama pulangnya."Apa aku pulang saja ya? Nanti Albi marah," ujar Hilda."Disini aja. Itu twins pulang, samperin gih," suruh Zeta seraya melihat kedepan dimana twins mulai keluar."Kamu aja," ujar Hilda. Dirinya takut jika twins tak mau
Zeta, twins dan Hilda sudah berada di dalam restauran, mereka duduk di meja bundar yang diatasnya terdapat beberapa makanan. Twins makan sendiri, sesekali Zeta mengelap noda yang ada bibir mereka. Hilda makan dengan tenang, bahkan makan siang kali ini terasa nikmat sebab adanya twins."Makanya enak?" tanya Zeta.Syika mengangguk, "Sangat enak," jawabnya seraya menyuapkan makanannya yang berada di atas sendok kedalam mulut"Habisin biar cepat tinggi," ujar Zeta seraya mencubit pelan pipi Syika yang seperti bakpao.15 menit kemudian mereka selesai makan. Setelah membayarnya Zeta keluar bersama dengan twins dan Hilda. Namun saat mereka sampai diparkiran tangan Hilda ditarik seseorang. Langsung saja Zeta melihat kebelakang, dan benar saja Hilda tengah diseret oleh seorang laki-laki."Jangan kasar dong!" ujar Zeta marah seraya menarik tangan Hilda.