Zeta dalam perjalanan menuju kediaman Albi, hari sudah menjelang sore namun dirinya masih bersama twins. Tadi ia keasikan berada dikediaman Mahendra, twins sendiri juga senang berada disana. Aira benar-benar suka dengan anak kecil, sampai-sampai tak mau jika twins pulang.
Twins sendiri sudah tak lagi memakai baju sekolah, untung saja Zeta menemukan baju twins dimobilnya. Tadi ia juga sempat menghubungi Albi jika twins bersama dengan dirinya. Sekarang Zeta sudah sampai dikediaman Albi, langsung saja ia turun. Tak lupa dirinya juga menurunkan twins.
"Mama masuk dulu," ujar Syika seraya menarik tangan Zeta supaya ikut masuk kedalam.
"Mama mau pulang sayang," ujar Zeta.
Syika menggeleng, "Mama ikut Syi masuk," ujarnya lalu menarik tangan Zeta masuk kedalam. Zeta mengangguk saja, ia mengikuti langkah mereka masuk kedalam rumah besar ini.
Sesampainya didal
Zeta mengerjapkan matanya berkali-kali, ia baru ingat jika semalam tidur dikediaman Albi. Dirinya tidur dikasur Syika, dikamar ini terdapat dua kasur dengan ukuran sedang. Ia melihat kearah Syika yang masih asik tertidur, untung saja tadi malam Syika tak rewel."Syi, bangun yuk." Zeta mengelus alis Syika."Syi masih ngantuk," gumam Syika."Syi ngak mau jalan-jalan sama mama?" tanya Zeta pura-pura ngambek. Langsung saja Syika duduk dan mengucek matanya, ia masih mengumpulkan nyawanya.Zeta bangkit dari tempatnya, ia membangunkan Nathan. Syukurlah Nathan cepat bangun, ia langsung merapikan tempat tidur mereka dan melipat selimutnya. Hari ini hari minggu jadi mereka bangun agak siang. Setelah selesai Zeta langsung mandi, kebetulan kemarin Vio datang kesini mengantarkan dirinya baju.20 menit kemudian.Zeta dan twins sudah rapi
Seorang lelaki tengah menatap layar laptopnya dengan pandangan datar. Dia adalah Zio, saat ini lelaki itu tengah berada di apartemen bersama dengan Hans. Laptop yang berada di meja depannya menampilkan sebuah CCTV dimana ada seorang penyusup datang ke kantornya dan mengambil berkas-berkas penting miliknya."Kau sudah tau siapa dalang dibalik penyusupan ini?" tanya Zio tanpa ekspresi."Masih diselidiki. Apa kau tak curiga dengan seseorang?" tanya Hans seraya mengetuk-ngetukkan pulpen keatas meja. Mereka memang duduk berhadapan dikursi kerja Zio."Abraham," jawab Zio. Entah mengapa dirinya sangat mencurigai kakeknya, mengingat hubungannya dengan dia tak baik- baik saja."Aku juga berfikir seperti itu," balas Hans. Jika benar jika Abraham yang melakukan itu, dirinya takut jika Zio melakukan hal nekat."Akan ku beri pelajaran pria tua itu!" ujar Zio lalu
Zeta dan Hilda sudah sampai didepan gedung tempat twins bersekolah, mereka kini duduk di salah satu bangku yang letaknya dibawah pohon. Masing-masing dari mereka membawa Pop Ice dan juga cilok. Karena twins lama keluarnya, mereka memutuskan untuk jajan dipedagang keliling."Biasanya twins pulang jam berapa?" tanya Hilda, jujur saja dirinya merasa malu bertanya seperti ini. Seharusnya ia sebagai ibu kandung mereka tau tentang ini.Zeta melihat kearah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, "15 menit lagi keluar," jawabnya. Zeta cukup hapal dengan jam pulang twins. Karena hari ini hari senin, jadi twins agak lama pulangnya."Apa aku pulang saja ya? Nanti Albi marah," ujar Hilda."Disini aja. Itu twins pulang, samperin gih," suruh Zeta seraya melihat kedepan dimana twins mulai keluar."Kamu aja," ujar Hilda. Dirinya takut jika twins tak mau
Zeta, twins dan Hilda sudah berada di dalam restauran, mereka duduk di meja bundar yang diatasnya terdapat beberapa makanan. Twins makan sendiri, sesekali Zeta mengelap noda yang ada bibir mereka. Hilda makan dengan tenang, bahkan makan siang kali ini terasa nikmat sebab adanya twins."Makanya enak?" tanya Zeta.Syika mengangguk, "Sangat enak," jawabnya seraya menyuapkan makanannya yang berada di atas sendok kedalam mulut"Habisin biar cepat tinggi," ujar Zeta seraya mencubit pelan pipi Syika yang seperti bakpao.15 menit kemudian mereka selesai makan. Setelah membayarnya Zeta keluar bersama dengan twins dan Hilda. Namun saat mereka sampai diparkiran tangan Hilda ditarik seseorang. Langsung saja Zeta melihat kebelakang, dan benar saja Hilda tengah diseret oleh seorang laki-laki."Jangan kasar dong!" ujar Zeta marah seraya menarik tangan Hilda.
Di ruang tamu rumah Albi terdapat Zeta, Bea dan Bia. Setelah kejadian tadi Zeta memang menyuruh mereka untuk datang kesini, tak mungkin saja ia datang menemui mereka disaat twins tidur sendirian. Kali ini mereka ngobrol ditemani TV yang menyala dengan suara kecil."Sekarang ceritin bagaimana bisa kamu ketemu sama Alex!" ujar Bea."Tadi aku makan siang sama twins sama Hilda-" belum juga Zeta menyelesaikan ucapannya."Twins?" potong Bea."Kalian belum tau?" tanya Zeta dan di balas gelengan oleh mereka. Seingatnya Bea dan Bia sudah tau, apa memang belum?."Twins anak dari bos aku yang punya rumah ini. Bos ku lagi keluar negeri dan titip anaknya ke aku, sekalian nyuruh aku nginep disini nemani twins. Sekarang twins tidur! Jadi jangan ada pertanyaan lagi ya!?" ujar Zeta dengan sabar.Bea mengangguk. "Lanjutin cerita Alex hehe,"
Albi berada di dalam mobil, beberapa menit yang lalu ia baru saja selesai melakukan meeting. Kali ini Cakra lah yang menyetir sedangkan Albi duduk di bangku depan. Cakra sendiri heran mengapa Albi hanya diam dengan tatapan tajamnya."Kau kenapa?" tanya Cakra, Albi hanya menjawab dengan gelengan saja.Selanjutnya hanya ada keheningan, Cakra tak mau bertanya lebih. Sedangkan Albi fokus melihat ke depan tepatnya ke arah jalanan. Sebenarnya ia rindu dengan twins, namun urusannya di sini belum selesai. Perjalanan kali ini menuju ke tempat proyek yang sedang ia bangun.TingTerdengar bunyi suara HP, Albi mengambil handphonenya dari saku jas. Ada pesan masuk dari nomor asing, ia pun membukanya. Pesannya berupa angka, ia kembali mematikan HPnya dan berpikir itu pasti orang iseng."Hilda?" gumam Albi yang dapat didengar oleh Cakra."Apa?"
Albi berada di dalam pesawat bersama dengan Hilda. Hari ini ia memutuskan untuk pulang, kebetulan pekerjaannya sudah selesai. Ia mengajak Hilda pulang bukan tanpa sebab, Hilda tak membawa uang sepeserpun dan ia masih mempunyai hati untuk tak meninggalkan dia di sini."Setelah sampai di Indonesia kau jangan menemui anakku lagi," ucap Albi dan langsung ditatap oleh Hilda yang duduk disebelahnya."Aku ibu mereka, apa kau tega memisahkan seorang ibu dengan anaknya?" tanya Hilda dengan suara lirih."Sekarang apa maumu?!" Bukannya menjawab, Albi malah balik bertanya."Aku disiksa sama Alex, setiap hari Albi. Apalagi sekarang dia tau kalau aku pulang bersama dengan kamu," ungkap Hilda.Hilda sendiri takut, sangat takut apalagi kemarin sempat terjadi perdebatan antara Albi dengan Alex. Dua orang yang sama-sama berkuasa berdebat, dan ia takut jika mereka melakukan
Di sebuah caffe kekinian terdapat Zeta dan juga Darel, 5 menit lalu Zeta baru saja sampai disini. Darel pun sudah memesankan Zeta minuman,di sini cukup banyak orang. Namun Darel maupun Zeta tak merasa ada orang berisik sama sekali.Sedari tadi Darel terus mengajaknya untuk datang ke kediaman Mahendra. Jelas saja Zeta menolaknya, sebab ia sangat canggung berada di sana. Namun Darel terus memohon agar dirinya mau, ia jadi tak enak untuk menolak."Datang lah, keluarga aku berharap banget kamu datang. Kalau bisa sama kembaran kamu," ujar Darel."Nggak akan mau dia," balas Zeta yang mengerti bagaimana sifat Zio."Yaudah deh kalau nggak mau," ucap Darel pasrah."Eh! Aku mau kok," pungkas Zeta membuat Darel tersenyum senang."Beneran?" tanya Darel memastikan dan langsung mendapatkan anggukkan dari Zeta.