Zeta sudah sampai di Jakarta, dirinya menyewa apartemen untuk tempat tingal nya selama beberapa bulan kedepan. Apartemen yang ia sewa tidak terlalu luas karena hanya ia sendirian yang akan menempatinya, didalamnya hanya ada 1 kamar tidur dan dapur ada juga ruangan yang tak terlalu Luas untuk menonton TV.
Perempuan berlesung pipi itu juga membawa beberapa foto yang ia temukan dikamar orangtuanya tempo hari lalu. Sekarang Zeta tengah duduk ditengah kasurnya sembari mengamati beberapa foto yang berisikan alamat, ia mengetuk-ngetukkan jarinya didagu seolah sedang berfikir.
Apakah ia akan datang ke alamat itu? atau datang ke alamat yang tertera dibawah foto sang mama?. Hanya petunjuk itu yang Zeta punya, apalagi ia disini baru beberapa Hari jadi jika ingin kemana-mana ia hanya mengandalkan maps dan naik angkutan umum ataupun taksi.
"Apa aku datang ke alamat Manda ini yah?" monolog Zeta.
"Oke aku akan kesana, semoga ada petunjuk," Zeta berujar yakin.
Zeta pun membawa tas slempang dan keluar dari apartemen, ia akan naik taksi saja semoga sang supir tau alamat yang ia tuju.
***
Zeta sudah sampai didepan rumah besar nan mewah bahkan pagar pun menjulang tinggi di hadapannya. Perempuan berlesung pipi itu tak salah tempat ini memang alamat sahabat mamanya, ia pun masuk dan memencet bel dan gerbang digeser dan keluarlah orang yang bisa ia tebak sebagai pembantu rumah tangga.
"Ada apa yah neng?" tanyanya.
"Apa benar ini rumah Ibu Manda?" tanya Zeta sopan.
"Ibu Manda udah pindah rumah sama suaminya dan anaknya, kalau disini alamatnya orang tua ibu Manda," jawabnya.
"Boleh saya minta alamat rumah Ibu Manda?" tanya Zeta hati-hati.
"Maaf, anda siapa yah?" tanyanya penuh selidik.
"Saya ada urusan penting dengan beliau," jawab Zeta yang berusaha untuk tetap tenang.
"Datang aja ke alamat ****," ujarnya.
"Terimakasih informasinya, saya permisi," pamit Zeta, setelah mendapatkan anggukan dari lawan bicaranya ia pun pergi masuk kedalam taksi, kebetulan tadi supir taksi sudah ia suruh menunggu terlebih dahulu.
Zeta sampai dirumah yang cukup besar, setelah membayar taksinya ia pun memencet bel rumah dan tak lama pintu dibuka oleh wanita paruh baya yang sepertinya seumuran dengan mamanya. Zeta pun disuruh masuk, dan wanita tadi pamit untuk membuatkan dirinya minum perempuan berlesung pipi itu menunggu sambil melihat-lihat isi rumah.
Rumahnya memang tak terlalu besar, jika dibandingkan dengan rumah yang ia datangi tadi bisa dibilang rumah ini masih tergolong kecil. Tak lama wanita itu duduk setelah meletakkan teh hangat yang dirinya buat tadi, sepertinya rumah ini tak ada pembantu rumah tangga.
"Maaf kedatangan saya kesini menganggu anda." Zeta memulai pembicaraan.
"Tidak apa," jawabnya tersenyum.
"Apakah nama anda Manda?" tanya Zeta hati-hati.
"Ba-bagaimana Kamu tau?" tanyanya terkejut.
Zeta pun mengambil sesuatu dari tas nya dan menunjukkan kepada wanita dihadapannya itu. Seketika wanita itu menangis setelah melihat foto yang ia kasih, ya... Zeta memperlihatkan foto mamanya ketika masih muda dengan orang yang bernama Manda itu.
"Kamu siapanya Airin?" tanyanya lirih.
"Saya anaknya," jawab Zeta, memang mamanya bernama Airin.
"Kamu anaknya Airin? Hiks hiks mana mama kamu tante kangen." Zeta terkejut kala tante Manda memeluknya secara mendadak.
"Mama papa sudah meninggal tante," Zeta menjawab lirih, langsung saja tante Manda memperat pelukannya. Dirinya tak menyangka sahabat satu-satunya pergi selama-lamanya, terkejut? Tentu saja.
Seketika ia Zeta ikut menangis, entah mengapa berada di dekapan tante Manda ia merasa seperti dipeluk oleh mamanya.
Zeta menangis tersedu-sedu, kala mengingat pelukan terakhir mamanya sebelum kecelakaan itu terjadi.
"Kamu kuat, tante yakin." Tante Manda menenangkan dirinya.
"Apa boleh aku tanya tante tentang kehidupan mama dulu?" Kini Zeta sudah tak menangis lagi.
"Apa yang ingin kamu tanyakan nak?" Mereka duduk bersebelahan.
"Apa aku punya saudara kandung?" tanya Zeta, diwajahnya kini hanya nampak mimik keseriusan.
"Kamu kan anak tunggal," jawab Tante Manda gugup.
"Jangan bohong tante," lirih Zeta, ia bisa melihat jika ada kebohongan dimata lawan bicaranya itu.
"Apa kamu mau tau semuanya?" Zeta langsung mengangguk mendengar ucapan yang keluar dari mulut Tante Manda.
"Sebelum tante menjelaskan semuanya, apakah ada yang kamu curigai dari Mama papa mu?" tanyanya.
Zeta yang mendengarnya termenung sebenarnya banyak sekali yang ia curigai namun kali ini ia akan bertanya pertanyaan yang selalu ia pertanyakan kepada mamanya namun tak ada jawaban yang keluar dari mulut beliau.
Zeta tertawa hambar. "Apakah mama punya orang tua? , aku bahkan ngak pernah ketemu hahaha jangankan ketemu mengenal namanya saja tidak."
"Airin memang masih punya orang tua dan masih hidup sampai sekarang," jawabnya membuat mulut Zeta membulat seketika.
"Dimana mereka? Kenapa mama ngak pernah cerita?!" lirihnya.
"Biar tante ceritakan semuanya. Airin dan tante adalah sahabat dari kecil, kita kemana-mana selalu bersama bahkan dulu banyak yang ngira kalau kita penyuka sesama jenis," ujarnya terkekeh pelan kala mengingat masa-masa dulu.
"Kita dulu sama-sama hidup bahagia, keluarga kita juga amat sangat menyayangi kita karena kita anak perempuan satu-satunya. Semuanya berubah ketika kita masuk SMA, Airin tak pernah disayang oleh keluarganya dikarenakan-" imbuhnya namun ia malah kembali menangis.
"Karena apa tan?!" desak Zeta tak sabar.
"Airin hamil diluar nikah." pernyataan apa lagi ini?, bagaikan disambar petir disiang bolong perempuan berlesung pipi itu sangat terkejut. Jadi dirinya anak haram?! Pertanyaan itu terngiang-ngiang di otaknya.
"Lanjutkan cerita tante." mata Zeta kian memerah menahan tangis, Manda pun menghela nafas panjang.
"Sejak keluarganya tau jika Airin hamil, mereka membencinya bahkan mengatakan dirinya aib dan pembawa Sial, disitu mereka menyuruh Airin untuk menggugurkan kandunganya namun dengan tegas Airin menolaknya dia tetap melindungi anak yang ia kandung disaat seluruh anggota keluarganya menyiksa bahkan menendang perutnya."
"Puncaknya sekitar kandungan Airin 7 bulan, dia didorong dari tangga dan mengalami pendapatan dan harus melahirkan detik itu juga. Setelah kamu lahir selang beberapa bulan Dani menikahi Airin sah secara agama dan keluarga dari mama dan papamu tak ada yang datang satupun."
"Dani dan Airin tak mempermasalahkan itu mereka sadar jika kesalahan mereka sudah tak bisa dimanfaatkan lagi. Setelah itu kalian dipisahkan karena keadaan dan setelah itu Airin dan Dani pergi seolah ditelan bumi, bahkan tante sendiri tak tau keberadaan mereka."
"Kalian siapa tan?" tanya Hara.
"Kamu dan saudara kembar kamu." fakta apa lagi ini? Hari ini adalah hari penuh kejutan bagi Zeta.
Jamtung Zeta seolah ingin berhenti berdetak. "Aku punya kembaran?" tanyanya kaku.
"Iya, kalian dipisahkan oleh orang tua dari Airin atau bisa dibilang kakek dan nenekmu dari pihak ibumu." Otak Zeta tak bisa bekerja sekarang, apakah ini jawaban dari semua pertanyaannya selama ini?.
3 hari berlalu, Zeta sama sekali tak pernah keluar dari apartemen. ia memenangkan pikirannya yang amat sangat kacau, HP nya pun sengaja ia matikan dan untung saja ia sudah belanja kebutuhan makanan tempo hari lalu jadinya ia masih bisa makan didalam apartment tanpa harus keluar.Setelah mengetahui fakta jika ia punya saudara kembar Zeta tak melakukan apapun, otaknya seakan tak bisa ia gunakan untuk berfikir jernih. Supaya Zeta tak salah langkah jadi lebih baik ia memenangkan diri dulu.Selama di apartemen kegiatan Zeta hanya makan tidur dan menangis, menangis? Ya Zeta menangis membayangkan nasib kembaran berada di antara keluarga yang tak mempunyai Hati.Pantas saja dulu ia sering melihat mamanya menangis sendiri di kamar dan ketika ditanya kenapa pasti beliau menjawab tidak apa-apa, dan sejak saat itu setiap mamanya menangis Zeta tak menanyakan apa-apa lagi.Dimana saudara ke
Zeta akan menemui kembarannya hari ini, entah bagaimana caranya yang penting ia harus menemui dia. Perempuan berlesung pipi itu sudah membawa alamat apartemennya yang ia taruh didalam tas, dan sekarang dirinya tengah menunggu bis di halte.Cuaca hari ini cukup panas, Zeta mengusap peluh di dahinya dan untung saja ia memakai baju lengan pendek, jadinya tak terlalu panas.Menurut notif HPnya 15 menit lagi bus nya datang, mata Zeta melihat sekelilingnya dan tatapanya terkunci pada salah satu pedagang minuman yang sudah tua sedang berjalan sembari mendorong gerobaknya. Karena dirinya haus Zeta pun menghampiri penjual itu kebetulan juga bus nya belum datang.TinCkitKarena tak melihat kanan kiri Zeta pun hampir ditabrak oleh salah satu mobil, perempuan berlesung pipi itu jongkok karena ketakutan dirinya menutup telinganya kala suara ban bergesekan dengan aspal terng
Siapa yang tak mengenal dirinya? Keturunan keluarga Lixston yang kaya raya, mempunyai perusahaan diberbagai bidang yang sukses hingga kini. Zio, itulah nama panggilannya, wajahnya tampan dengan sorot mata tajam bak elang.Di umurnya yang masih muda Zio sudah mempunyai perusahaan sendiri yang terkenal hingga mancanegara.Kata orang hidupnya enak, dikelilingi harta berlimpah apapaun dia bisa lakukan namun nyatanya kehidupannya tak seindah itu.Faktanya Zio kesepian, sunyi, gelap, sepi itu semua adalah temannya dari dulu. Zio memang susah bergaul, dia hanya memiliki 2 orang teman baik saja. Mereka ada disaat ia susah maupun senang.Sekarang Zio tengah duduk diruang kerjanya yang berada di apartemen, dihapannya terdapat laptop dan beberapa berkas-berkas ditemani kegelapan hanya ada cahaya yang berasal dari laptop miliknya. Zio tak fokus dengan pekerjaan, dia mematikan laptopnya dan bersender di
Kini Zeta tengah duduk berhadapan dengan sang kembaran, tepatnya dikantor milik Zio. Butuh perjuangan untuk bisa sampai kesini, lantaran banyak bodyguard yang melarang Zeta untuk masuk. Dengan tangisan dan mohon-mohon akhirnya Zio mau bertemu dengan Zeta.Sejak 10 menit suasana hening, Zeta sendiri tak tau ingin memulai obrolan dari mana. Zio sendiri hanya sibuk berkutat dengan laptopnya, seolah tak menghiraukan keberadaan Zeta. Diruangan ini terasa sepi, bahkan terlihat menyeramkan, lantaran temboknya berwarna gelap bahkan hiasanya pun warna gelap."Bisa kita berbicara?" Akhirnya Zeta lah yang lebih dulu membuka obrolan."Hm," dehemnya.Zeta menghela nafas, dirinya ingin menangis sekarang namun dia sadar ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakan semuanya bukan malah menangis."Kamu ngak mau kemakam mama papa?" tanya Zeta takut-takut.
"Apa yang sebenarnya terjadi Rey?" Tanya Zeta khawatir apalagi melihat keadaan Rey yang kacau. Reyasa masih menggunakan jas dokter nya dan matanya sembab kemungkinan besar Rey sehabis menangis.Beberapa jam yang lalu....Reyasa tengah berada dirumah sakit, namun tiba-tiba sang mama menyuruh dirinya untuk cepat-cepat pulang. Untungnya pasien sedikit jadinya tak apa jika dirinya pulang lebih dahulu. Reyasa pulang nenggendarai mobil, dia bergerak gelisah ditempat duduk nya. Tadi ia sempat mendengar nada bicara sang mama yang nampak khawatir.Sampailah Rey dirumahnya, dirinya melihat semua barang-barang diruang tamu berantakan, banyak pecahan gucci dimana-mana. Rey melihat sang ibu yang tengah duduk dimeja makan, dengan tangan yang dilipat dimeja dan menatap kedepan dengan pandangan kosong.Rey menghampirinya dan mengelus pundak Manda pelan, ia takut terjadi sesuatu kepada mama ya
Pagi tlah datang, Zeta mengerjapkan matanya karena sinar matahari mengenai retina matanya. Perempuan itu mengeliat pelan, ia melihat kesamping dan ternyata Nathan dan Syika masih tertidur. Zeta hampir lupa jika dirinya membawa mereka pulang. Kemarin Zeta sempat membelikan mereka baju."Nathan, Syika." Zeta menepuk-nepuk pelan pipi mereka. Tak lama Syika mengeliat karena merasa tidurnya terusik."Kakak?" Syika duduk ditepi ranjang sembari mengucek matanya."Jangan diucek, Syi." Zeta mencegah tangan Syika yang ingin mengucek matanya lagi."Bangunin Natha gih," suruh Zeta dan Syika pun mengangguk. Zeta memanggil mereka dengan sebutan Syi dan Nath supaya manggilnya lebih simpel.Anak perempuan berusia 4 tahun mulai membangunkan sang kembaran dengan menarik-narik tangannya pelan. Tak ada 5 menit mereka sudah terbangun membuat Zeta tersenyum kecil.
Seperti yang dikatakan tadi, Zeta dan Rey sudah berada didalam supermarket. Mereka berada tempat daging dengan Rey yang mendorong troli. Zeta, perempuan itu tengah memilih-milih beberapa jenis daging. "Rey, kamu ambil sayuran sama buah kesukaan tante Manda yah," ucap Zeta, Rey mengangguk dan pergi menuju rak sayuran dan buah. Setelah melihat-lihat jenis daging, akhirnya Zeta menemukan daging yang pas untuk sotonya nanti. Perempuan itu segera menyusul Rey, trolinya lumayan penuh karena Rey sekalian belanja mingguan supaya mamanya tak perlu repot-repot untuk datang ke sini lagi. "Udah semua kan?" tanya Rey, Zeta mengangguk mereka menuju kasir untuk membayar belanjaannya. Zeta dan Rey keluar dari supermarket dengan masing-masing menenteng 2 kresek berukuran sedang. Mereka memasukan belanjaannya ke dalam mobil. Rey pamit untuk membuang sampah di tempat sampah yang letaknya
Zeta tengah berada di area taman bersama dengan twins. Setelah dari rumah Rey, Zeta langsung mengajak twins untuk jalan-jalan, dirinya juga bingung di apartmen ingin ngapain. Saat ini mereka sedang duduk disalah satu bangku sembari menikmati masing-masing 1 cup eskrim. "Apakah es krimnya enak?" tanya Zeta. Nathan dan Syika mengangguk semangat. "Yaa, ini sangat enak," ucap mereka dengan mulut penuh dengan noda Es krim. Zeta mengelap bibir mereka menggunakan tisu, Nathan izin kepadanya untuk pergi kelapangah. Di sana banyak sekali anak-anak seumuran dengan Nathan. Kini yang duduk di bangku hanya Zeta dan Syika. Zeta memantau Nathan dari sini saja karena letak lapangannya hanya beberapa langkah dari tempat duduknya. "Syika, suka main di sini?" tanya Zeta melihat ke arah Syika yang sedari tadi hanya fokus melihat Nathan yang sedang bermain bola. "Ya.