Zeta tengah berada di area taman bersama dengan twins. Setelah dari rumah Rey, Zeta langsung mengajak twins untuk jalan-jalan, dirinya juga bingung di apartmen ingin ngapain. Saat ini mereka sedang duduk disalah satu bangku sembari menikmati masing-masing 1 cup eskrim.
"Apakah es krimnya enak?" tanya Zeta.
Nathan dan Syika mengangguk semangat. "Yaa, ini sangat enak," ucap mereka dengan mulut penuh dengan noda Es krim.
Zeta mengelap bibir mereka menggunakan tisu, Nathan izin kepadanya untuk pergi kelapangah. Di sana banyak sekali anak-anak seumuran dengan Nathan. Kini yang duduk di bangku hanya Zeta dan Syika. Zeta memantau Nathan dari sini saja karena letak lapangannya hanya beberapa langkah dari tempat duduknya.
"Syika, suka main di sini?" tanya Zeta melihat ke arah Syika yang sedari tadi hanya fokus melihat Nathan yang sedang bermain bola.
"Ya.
Pagi harinya Zeta mendengarkan twins yang sedang bercerita dari pintu depan kamar. Sehabis mandi ia ingin masuk kekamar namun ia mengurungkan niatnya karena mendengar twins yang mengobrol. Suara twins terdengar jelas dari tempatnya berdiri. "Kakak, tadi malam Syi ngelasa dipeluk mama." "Mama udah ngak ada, dek!" "Mama peluk Syi kak. Mama bilang kalau mama ngak akan ninggalin kita." "Kita ngak punya mama, mama udah mati. Adek ngak inget kalau kakak benci mama?" "Syi pengen dipeluk mama kakak. Hiks hiks mama tadi datang, dia gendong Syi." Begitulah kira-kira percakapan twins yang Zeta dengar. Perempuan itu langsung masuk dan menghampiri Syika yang menangis, sedangkan Nathan membuang muka dengan wajah dinginnya. Zeta sama sekali tak pernah melihat wajah Nathan sedingin ini. "Nath, kok adiknya nangis?" ta
Diruangan yang nampak gelap terdapat seorang lelaki berumur sekitar 25 tahun tengah melihat layar iPad yang berada diatas tangannya. Lelaki itu bernama Albiru, lebih tepatnya Albiru Evander.Albi seorang CEO diperusahaan terkenal, ia memiliki banyak sekali perusahaan. Albi menikah diusia 21 tahun karena perjodohan, namun setelah istrinya melahirkan buah hati mereka dia pergi begitu saja. Selama ini Albi lah yang merawat anaknya seorang diri.Nathan dan Syika, mereka adalah anak dari Albi. Lelaki itu sibuk dengan dunia kerjanya sampai-sampai meluapakan sang anak yang butuh perhatin darinya. Albi mendengar segala keluh kesah anaknya kepada wanita yang saat ini tengah bersama sang anak. Albi gagal menjadi papa yang baik buat mereka.Lama merenung pintu terbuka menampilkan seorang lelaki yang umurnya sama dengan dirinya. Lelaki itu duduk disebelah Albi, sebelumnya ia menyalakan lampu. Kini ruangan itu teran
Zeta berada dirumah Manda, tentu saja twins ikut bersamanya. Rey tak ada dirumah, lelaki itu sedang bekerja dirumah sakit. Tadi, Rey meminta untuk dia menemani mamanya dirumah. Dengan senang hati Zeta menerima permintan lelaki itu. Kini Zeta tengah mengobrol dengan Manda diruang keluarga.Twins main dilantai yang beralaskan karpet berbulu. Manda sengaja membeli mainan untuk twins supaya mereka betah berada dirumahnya. Mereka melihat tv ditemani beberapa camilan dan juga teh hangat sebagai pelengkapnya."Dimana soal, Zio?" Tanya Manda."Masih sama." Jawab Zeta lesu, terakhir ia bertemu dengan kembarannya dikantor Zio dan sejak saat itu Zeta tak bertemu lagi dengan sang kembaran.Manda mengengam tangan Zeta, "Dulu mama kamu pengen banget bisa peluk, Zio. Bahkan sewaktu dia lahir mama kamu hanya memeluknya selama beberapa menit saja." Ungkapnya."Aku ak
Kini Zeta sudah sampai didepan apartmentnya, ia turun dari mobil dengan menggandeng tangan Nathan sedangkan Syika berada digendongannya. Zeta berterima kasih kepada orang yang sudah membukakan pintu mobil."Jika nona butuh sesuatu hubungi saya." Ucap orang yang menyupir mobil tadi.Zeta mengangguk dan menerima kartu nama itu. Ia masuk kedalam, hari ini cukup melelahkan baginya. Nathan sendiri membawa iPad yang ia bawa dari mobil tadi. Kini Zeta sudah berada didalam apartmentnya, Syika sudah ia tidurkan dikamar. Perempuan itu menghampiri Nathan yang tengah menonton tv."Laper?" Tanyanya."Heum." Nathan mengangguk, matanya tak lepas dari tv yang menampilkan kartun Spongebob. Zeta beranjak dari duduknya menuju dapur.10 menit kemudianZeta datang dengan membawa nampan berisi 2 mangkuk makanan dan air putih yang berada didalam gelas.
Tampak motor dan mobil berlalu lalang, suara klakson saling bersahutan menyapu indra pendengaran seorang perempuan dan 2 anak kecil. Disamping mereka berada ada beberapa orang yang sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Perempuan itu, Zeta ia dan twins tengah menunggu bis dihalte.Mereka sibuk bercerita tak peduli raut wajah aneh dari orang-orang yang lewat didepannya. Banyak dari mereka yang secara langsung bilang jika Zeta gila karena tersenyum terus. Zeta hanya menganggapnya angin lalu, baginya senyum itu ibadah."Mama, mana bisnya?" Tanya Syika kesal, hampir 15 menit mereka menunggu bus namun tak kunjung datang.Zeta menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Sebentar lagi." Jawabnya, ia sendiri bingung mengapa bisnya datang nya lama sekali."Nathan ingin naik, mama." Ucap Nathan."Emang kalian tak pernah naik bus?" Tanya Zeta, mereka menggeleng polos.
Kini Zeta, twins dan Cakra berada disalah satu restaurant Jepang yang cukup terkenal. Mereka akan makan siang, Zeta heran siapa sebenarnya orang tua kandung twins mengapa batang hidungnya tak nampak. Malah asistennya yang nampak, tapi Zeta juga bersyukur karena waktunya dengan twins akan semakin banyak."Mau pesan apa?" Tanya Cakra."Ramen aja." Jawab Zeta, mereka berbicara sudah tak canggung lagi. Menurut Zeta, Cakra orangnya humoris dan bisa bikin orang tertawa karena tingkahnya. Tadi, Cakra yang selalu membuka topik pembicaraan dimobil. Satu hal yang Zeta tau, jika Cakra tak suka suasa sepi. Didalam mobil dia bernyanyi solah-olah Zeta adalah teman lamanya. Tak ada rasa malu sedikitpun.Beberapa saat kemudian makanan mereka datang, twins makan sendiri mereka tak mau merepotkan Zeta. Biarlah perempuan itu menikmati makanan yang dia pesan terlebih dahulu."Om, Syi ingin minum.
Ternyata yang ada didalam mobil Zio, saudara kembarnya. Selepas itu Zeta langsung membawa lelaki itu menuju apartemen dibantu oleh asisten Zio yang kebetulan juga tengah mencari Zio. Sekarang Zeta membersihkan luka Zio, lelaki itu bergerak gelisah didalam tidurnya."Zio, tenang." Zeta mengelus lengan lelaki itu yang berbalut dengan kkemeha.Zio berdiri dengan langkah gontai ia menuju wastafel, Zeta mengikuti langkah lelaki itu. Zio memutahkan isi perutnya, dengan sigap Zeta memijit tengkuk kepalanya. Namun yang dimuntahkan Zio hanya air bening saja membuat Zeta takut.Setelah dirasa kembarannya tak memutahkan sesuatu lagi, Zeta kembali menuntunnya menuju ke kasur dengan langkah lunglai. Apa yang terjadi dengan dia? Mengapa seperti ini?.Perempuan itu membaringkan Zio dikasur kamarnya, tak lama hans selaku asisten Zio datang membawa obat yang telah dia beli di apotek.&n
Zeta mengerjapkan matanya perlahan-lahan, mengapa dia bisa tiduran disini? Seingatnya ia tidur dikursi menunggu Zio. Lantas kemana lelaki itu pergi, ia duduk dan keluar dari kamar. Tak ada siapa-siapa, ia beralih pergi kekamar yang twins tidurin. Mereka masih tertidur nyenyak.Zeta menghela nafas, kembarannya sudah pulang tanpa pamitan dengannya. Perempuan itu melirik kearah jam dinding yang sudah menujukkan pukul 6 pagi. Berarti Zio pulang dini hari tadi, padahal dirinya masih ingin berlama-lama dengan lelaki itu namun apa boleh buat Zio sudah pulang.Zeta membangunkan twins, tak lama twins terbangun. Dengan segera Zeta menyuruh mereka untuk mandi. Mereka akan mandi sendiri, ia pegi mengambil baju twins yang sudah ia tata didalam almari.Zeta mengambil 2 baju lengan pendek berwarna hitam putih dan celana kain pendek berwarna hitam putih. Beberapa menit kemudian twins keluar dari dalam toilet dengan han
"Mama mana sepatu kakak?""Mama? Mana koas kaki Syika? Syika mau berangkat sekolah mama, nanti telat.""Sayang kamu ke mana? Ke sini dong, jangan di kamar twins terus, bantuin aku pakai dasi dong."1 minggu berlalu setelah pernikahan Zeta dan Albi, beginilah kegiatan Zeta setiap paginya. Suara twins dan Albi yang saling bersahutan, kamarnya dengan twins bersebelahan. Jadi jika satu teriak semuanya terdengar, Zeta harus bolak-balik ke kamar Albi dan twins karena mereka terus saja memanggilnya.Saat ini Zeta berada di kamar twins, hari ini mereka kembali bersekolah setelah 1 minggu ambil cuti. Ia memakaikan mereka sepatu dan merapikan rambut mereka. Bahkan ia tak peduli dengan teriakan Albi yang terus memanggilnya, twins lebih penting dari apapun. Biarlah Albi marah-marah karena dirinya tak kunjung ke kamar."Kalian udah selesai, udah wangi, udah pakai sepatu. Ada lagi
3 bulan berlalu, hari ini adalah hari di mana Zeta dan Albi menikah. Mereka berdiri di atas panggung menyaksikan para tamu undangan, Zeta cukup cantik dengan dress berwarna putih yang memperlihatkan lengan putihnya. Di tangan Zeta sudah ada bunga Lily, yang mana itu merupakan bunga kesukaannya. Bisa dibilang dekorasi di sini sangat indah dan mewah.Dipenuhi dengan bunga Lily yang harganya tak main-main, Zeta sudah resmi menjadi istri Albi. Sementara Albi sendiri terpesona melihat kecantikan Zeta. Istrinya itu menjadi pusat perhatian semua orang, teman-teman Zeta pun semuanya hadir di sini dan mereka telah menikmati hidangan yang telah disediakan."Twins di mana?" tanya Zeta sembari melihat ke arah Albi."Dia bersama dengan Cakra, di sini banyak sekali kue, coklat, dan es krim. Itu semua kesukaan twins, mana mungkin mereka tak pergi makan ke sana," sahut Albi malas. Zeta tertawa kecil, karena dirinya lah
Zeta berjalan di lorong rumah sakit bersama dengan Albi, mereka akan pergi menuju ke ruang rawat Hilda. Di tangan Zeta sudah ada parsel buah, ia tak sabar bertemu dengan Hilda. Karena sudah lama sekali ia tak bertemu dengan Hilda. Sesampainya di depan pintu, mereka pun masuk ke dalam.Namun anehnya pintu dikunci dari luar, di sini juga sepi karena bodyguard Albi sudah tak lagi berjaga di depan sini. Lantas Zeta pun menghubungi perawat yang biasanya menjaga Hilda di sini, ia pun menyuruh perawat itu datang ke sini. Tak butuh waktu lama perawat itu datang dan langsung menghampiri dirinya."Mengapa ruangan ini di kunci dari luar? Di mana keberadaan Hilda? Dia baik-baik saja bukan?" tanya Zeta beruntun."Apakah anda tidak tau kabar tentang pasien yang sebelumnya menempati ruangan ini?"Dengan kompak Zeta dan Albi menggeleng. "Apa yang terjadi? Tidak ada sesuatu buruk 'kan?" tanya Zeta y
Zeta berada di sebuah taman bersama dengan Albi, mereka hanya berdua di sini menghabiskan waktu setelah kejadian yang menguras air mata. Twins sendiri sengaja tidak mereka ajak, karena mereka ingin di sini berdua saja. Di depan mereka sudah ada danau yang sangat indah, mereka berdiri berjejer.Tiba-tiba saja ada bodyguard Albi yang datang menghampiri mereka berdua dengan tergesa-gesa. Tentu saja hal itu membuat Albi dan Zeta terkejut, mereka berbalik badan dan menatap 1 bodyguard yang baru saja datang itu. Dia tampak mengatur nafasnya terengah-engah."Ada apa?" tanya Albi."Ada wanita tua yang memaksa ingin bertemu dengan nona Zeta."Merasa namanya dipanggil membuat alis Zeta berkerut. "Siapa yang mencari saya?" tanyanya."Saya tidak tak pasti siapa namanya, dia mengaku sebagai nenek anda. Apakah anda memiliki seorang nenek di sini?""
Hari ini Zeta sudah diperbolehkan untuk pulang, keadaannya sudah stabil. Zeta sendiri tengah duduk dan menyaksikan Zio memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Ia di rawat 1 minggu, dan 3 hari lalu ia terakhir bertemu dengan Albi. Sebenarnya Albi masih ada di rumah sakit, tapi Zio melarang dirinya untuk bertemu dengan Albi sampai dirinya benar-benar sembuh.Jadi sekarang ia baru bisa melihat keadaan Albi, tentu saja bersama dengan Zio. Tak lama kemudian Zio sudah selesai memasukkan barang-barangnya dan menyerahkan tas itu kepada bodyguard agar di bawah keluar. Zio menghampiri Zeta dan tersenyum ke arah Zeta, Zeta pun balik tersenyum ke arah Zio."Terima kasih, kakak udah jaga aku di sini," ujar Zeta."Itu sudah menjadi tugas kakak. Mau ketemu sama dia sekarang?" tanya Zio di akhir."Dia juga punya nama kak, namanya Albi. Masak dari dulu kakak panggil dia dia terus sih,"
Hari sudah mulai malam, Zeta sendiri tak bisa tenang karena terus memikirkan keadaan Albi. Di ruang rawatnya hanya ada Zio, dia sibuk berkutat dengan laptopnya. Sementara Bea dan Bia sudah kembali pulang sejak sore tadi. Zio sama sekali tak mengizinkan dirinya untuk keluar. Ia bingung sekali, sampai pada akhirnya ia memiliki sebuah rencana.Ia beranjak dari tempat tidur ini, dengan langkah tertatih ia menghampiri Zio. Ia pun berjalan sembari mendorong tiang infusnya, sepertinya Zio tak sadar dengan keberadaannya di sini. Sampai akhirnya ia berdehem dan membuat Zio menyadari keberadaan dirinya di depannya."Kamu jangan jalan-jalan dulu, bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidur?" tanya Zio."Aku mau bertemu dengan Albi, aku enggak bisa tidur sebelum bertemu sama dia," jawab Zeta."Enggak sekarang Zeta, besok abang janji untuk membawa kamu bertemu sama dia," ujar Zio mencoba unt
Sementara di sebuah ruang rawat terdapat Albi yang belum kunjung bangun dari tidur panjangnya setelah kejadian penembakan itu. Untung saja Albi bisa di selamatkan dan itu membuat semuanya bernafas lega. Di sini ada Cakra dan kedua orang tua Albi, mereka menunggu Albi bangun. Syika berada di dalam gendongan Cakra.Sampai akhirnya Cakra memuaskan untuk mengajak Syika keluar dari ruangan ini dan mendapatkan izin dari kedua orang tua Albi. Ia berjalan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit. Ia baru saja mendapatkan informasi bahwa Zeta juga di rawat di sini, dan dirinya juga belum menjenguk Zeta karena tak tau ruangannya di mana."Mama di mana om?" tanya Syika dalam gendongan Cakra."Kamu rindu dengan Zeta?" tanya Cakra balik."Iya, Syi mau ketemu mama. Syi mau aduin ke mama kalau papa enggak mau bangun," jawab Syika polos."Syika turun dulu, om mau te
Hari ini tepat 3 hari setelah kejadian di mana Zeta di culik oleh Feli dan juga Ratna, Zeta sendiri sempat tak sadar selama dua hari karena ada luka serius di beberapa bagian tubuhnya. Saat ini Zio berada di ruang rawat Zeta, selama tiga hari Zio tetap menemani dan menunggu adiknya itu bangun.Zio sendiri tak mengalami luka serius, hanya tinggal menyembuhkan luka luar di wajahnya. Zeta sendiri sudah bangun, dia hanya bersandar di ujung kasur tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Hal itu membuat Zio khawatir, tapi dokter bilang Zeta hanya trauma saja dan dia akan kembali seperti semula."Zeta, bicara sama kakak. Tolong jangan diam saja," ujar Zio yang mulai frustasi."Kenapa aku masih hidup? Aku enggak mau hidup kalau hanya menyusahkan kalian, kenapa papa dan mama melarang ku untuk ikut bersama dengan mereka?" tanya Zeta dengan pandangan kosong."Enggak, kamu enggak pergi. Tolon
Polisi benar-benar datang, mereka berdiri di pinggir dengan posisi melingkar. Albi, Zeta, Ratna dan juga Feli berada di tengah-tengah. Polisi itu membawa pistol semua, tentu saja itu di arahkan kepada Feli dan Ratna. Bahkan bodyguard Zio dan Albi yang masih tersisa turut berada di sini. Zeta masih dalam posisi bersandar, kesadarannya benar-benar menipis.Tiba-tiba saja Ratna berlari ke arah Albi dan dengan gerakan singkat dia mengunci tangan Albi ke belakang. Tentu saja Albi tak siap dengan serangan yang tiba-tiba itu, polisi ingin mendekat tapi Albi menggeleng dan memberikan kode mata agar polisi tetap dalam tempatnya. Satu tangan Ratna memegang tangan Albi, sementara satu tangannya yang lain mencekik leher Albi dengan sikutnya"Kalian semua pergi dari sini atau dia yang mati?" tanya Ratna menatap satu persatu dari polisi itu. Ratna menyuruh Feli untuk berjalan ke arah Zeta dan langsung dituruti oleh Feli.