Tampak motor dan mobil berlalu lalang, suara klakson saling bersahutan menyapu indra pendengaran seorang perempuan dan 2 anak kecil. Disamping mereka berada ada beberapa orang yang sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Perempuan itu, Zeta ia dan twins tengah menunggu bis dihalte.
Mereka sibuk bercerita tak peduli raut wajah aneh dari orang-orang yang lewat didepannya. Banyak dari mereka yang secara langsung bilang jika Zeta gila karena tersenyum terus. Zeta hanya menganggapnya angin lalu, baginya senyum itu ibadah.
"Mama, mana bisnya?" Tanya Syika kesal, hampir 15 menit mereka menunggu bus namun tak kunjung datang.
Zeta menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Sebentar lagi." Jawabnya, ia sendiri bingung mengapa bisnya datang nya lama sekali.
"Nathan ingin naik, mama." Ucap Nathan.
"Emang kalian tak pernah naik bus?" Tanya Zeta, mereka menggeleng polos.
Kini Zeta, twins dan Cakra berada disalah satu restaurant Jepang yang cukup terkenal. Mereka akan makan siang, Zeta heran siapa sebenarnya orang tua kandung twins mengapa batang hidungnya tak nampak. Malah asistennya yang nampak, tapi Zeta juga bersyukur karena waktunya dengan twins akan semakin banyak."Mau pesan apa?" Tanya Cakra."Ramen aja." Jawab Zeta, mereka berbicara sudah tak canggung lagi. Menurut Zeta, Cakra orangnya humoris dan bisa bikin orang tertawa karena tingkahnya. Tadi, Cakra yang selalu membuka topik pembicaraan dimobil. Satu hal yang Zeta tau, jika Cakra tak suka suasa sepi. Didalam mobil dia bernyanyi solah-olah Zeta adalah teman lamanya. Tak ada rasa malu sedikitpun.Beberapa saat kemudian makanan mereka datang, twins makan sendiri mereka tak mau merepotkan Zeta. Biarlah perempuan itu menikmati makanan yang dia pesan terlebih dahulu."Om, Syi ingin minum.
Ternyata yang ada didalam mobil Zio, saudara kembarnya. Selepas itu Zeta langsung membawa lelaki itu menuju apartemen dibantu oleh asisten Zio yang kebetulan juga tengah mencari Zio. Sekarang Zeta membersihkan luka Zio, lelaki itu bergerak gelisah didalam tidurnya."Zio, tenang." Zeta mengelus lengan lelaki itu yang berbalut dengan kkemeha.Zio berdiri dengan langkah gontai ia menuju wastafel, Zeta mengikuti langkah lelaki itu. Zio memutahkan isi perutnya, dengan sigap Zeta memijit tengkuk kepalanya. Namun yang dimuntahkan Zio hanya air bening saja membuat Zeta takut.Setelah dirasa kembarannya tak memutahkan sesuatu lagi, Zeta kembali menuntunnya menuju ke kasur dengan langkah lunglai. Apa yang terjadi dengan dia? Mengapa seperti ini?.Perempuan itu membaringkan Zio dikasur kamarnya, tak lama hans selaku asisten Zio datang membawa obat yang telah dia beli di apotek.&n
Zeta mengerjapkan matanya perlahan-lahan, mengapa dia bisa tiduran disini? Seingatnya ia tidur dikursi menunggu Zio. Lantas kemana lelaki itu pergi, ia duduk dan keluar dari kamar. Tak ada siapa-siapa, ia beralih pergi kekamar yang twins tidurin. Mereka masih tertidur nyenyak.Zeta menghela nafas, kembarannya sudah pulang tanpa pamitan dengannya. Perempuan itu melirik kearah jam dinding yang sudah menujukkan pukul 6 pagi. Berarti Zio pulang dini hari tadi, padahal dirinya masih ingin berlama-lama dengan lelaki itu namun apa boleh buat Zio sudah pulang.Zeta membangunkan twins, tak lama twins terbangun. Dengan segera Zeta menyuruh mereka untuk mandi. Mereka akan mandi sendiri, ia pegi mengambil baju twins yang sudah ia tata didalam almari.Zeta mengambil 2 baju lengan pendek berwarna hitam putih dan celana kain pendek berwarna hitam putih. Beberapa menit kemudian twins keluar dari dalam toilet dengan han
Kini Zeta duduk bersama Albi, orang yang dirinya marahi tadi. Lelaki itu nampak menatapnya dengan pandangan datar membuat dirinya hanya bisa menundukkan kepalanya karena merasa malu. Tak jauh dari tempat mereka duduk terdapat twins bersama Cakra, mereka tengah menonton film di laptop Albi."Jangan melihatku seperti itu." Akhirnya Zeta buka suara setelah berdiam diri 10 menit lamanya setelah ia duduk disini."Kau mau apa kesini?" Tanya Albi tetap dengan pandangan datar mengarah ke Zeta.Zeta mendongak, "Cari lowongan pekerjaan." Balasnya."Mana surat lamaranmu?" Tanya Albi.Zeta menggaruk kepalanya yang tak gatal dirinya kesini tak membawa apa-apa. Ijazah SMAnya tak ia bawa, lantas apa yang harus dirinya serahkan? Kuliah pun dirinya belum usai dan sekarang berhenti."Kau akan menjadi sekertaris saya." Ujar Albi.
Hari ini adalah hari dimana Zeta mulai bekerja, saat ini perempuan itu berada di halte menunggu taksi yang datang. Twins ikut dengan dirinya, mana mungkin Albi melarangnya membawa twins. Zeta sudah memesan taksi online dan kini hanya tinggal menunggunya.Twins sendiri asik makan es krim yang Zeta belikan di pedagang keliling. Tak terasa taksi yang Zeta pesan sudah datang, dengan segera Zeta menuntun mereka untuk masuk kedalam. Selama diperjalanan, Syika nampak mengoceh tentang apa yang dia lihat. Zeta pun menangapinya dengan senyuman, kadang juga ia menjawab jika Syika bertanya.Syika menarik-narik ujung baju Zeta, "Mau jelly," ujarnya kepada Zeta dengan mata mengerjap polos."Beli dimana?" tanya Zeta, pasalnya mereka berada di tengah jalanan kota.Syika menggeleng tak tau, Zeta menyuruh supir taksi untuk berhenti di Alfamart. Setelah mobil itu berhenti, Zeta segera turun untu
Kini Zeta berada didalam lift menuju ruangan Albi. Di lift itu hanya ada mereka ber 3, Syika dirinya gendong dan tangannya yang satu lagi dirinya gunakan untuk menuntun Nathan. Setelah lift berbunyi, mereka keluar. Disepanjang perjalanan tak jarang mereka disapa oleh orang yang berlalu lalang.Syika memeluk erat lehernya, setelah sampai didepan ruangan Albi Zeta segera masuk kedalam. Sesampainya di dalam mereka disambut dengan Albi yang sudah duduk rapi di kursinya. Zeta menuju kemeja Albi dan menurunkan Syika. Dirinya bingung mengapa Albi menatap dirinya lekat."Mengapa kau menatapku?" Tanya Zeta heran."Hari ini kau akan menjadi sekertarisku. Mengapa pakaianmu seperti ini?" tanya Albi dengan nada tak santai.Zeta tak memakai pakaian formal, perempuan itu memakai baju lengan pendek berwarna coklat dan dimasukkan kedalam celana kain panjang berwarna senada. Hey! Zeta akan beke
Zeta masih diam, ia mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut Albi. Dirinya memeluk perutnya sendiri karena merasa dingin. Zeta berjalan mundur kala perempuan itu maju namun dengan sigap Albi mendorong perempuan itu."DASAR PELAKOR!" Teriak orang itu yang Zeta ketahui bernama Feli."Jangan menuduh saya sembarangan," ujar Zeta menatap Feli dengan pandangan tak terbaca."LIHATLAH ORANG INI, DIA PEREBUT CALON SUAMI SAYA," teriak Feli menunjuk Zeta.PlakKepala Zeta menoleh kesamping saat Feli menampar pipinya. Rasa panas langsung menjalar di pipinya, mengapa dia menuduhnya yang tidak-tidak?. Tak sampai disitu saja, Feli juga mendorong bahu Zeta hingga membentur tembok."Jangan dekati Albi atau kau tau akibatnya?!" ancamnya kepada Zeta"Badan manusia perilaku kayak hewan," ujar Zeta tersenyum sinis. 
Kini Zeta berada dikediaman Sarah yang mana beliau ibu dari Albi. Dunia sempit sekali, dan sekarang Zsta berada disini atas paksaan Sarah. Sebagai anak baik hati dan tidak sombong dirinya mau saja. Sekarang ini mereka semua berkumpul diruang tamu, Cakra tak ikut dikarenakan dia harus bertemu dengan seseorang.Zeta canggung berada disini, tak hanya ada Sarah namun suami Sarah juga ikut berada disini. Sedangkan Albi? Lelaki itu sibuk dengan hpnya membuat Zeta geram. Sedari tadi dirinya ditanya tentang apapun, mulai dari mengapa bisa kenal Albi sampai dari mana bertemu dengan twins.Zeta pun menjawab apa adanya, namun Ardi selaku papa Albi mempunyai sifat yang sama dengan Albi. Memang yah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Twins sendiri duduk di karpet berbulu tengah bermain.Zeta cukup kaget dengan rumah ini, rumah keluarga Evander sangat besar dengan disain mewahnya. Sampai-sampai dirinya tersesat waktu
"Mama mana sepatu kakak?""Mama? Mana koas kaki Syika? Syika mau berangkat sekolah mama, nanti telat.""Sayang kamu ke mana? Ke sini dong, jangan di kamar twins terus, bantuin aku pakai dasi dong."1 minggu berlalu setelah pernikahan Zeta dan Albi, beginilah kegiatan Zeta setiap paginya. Suara twins dan Albi yang saling bersahutan, kamarnya dengan twins bersebelahan. Jadi jika satu teriak semuanya terdengar, Zeta harus bolak-balik ke kamar Albi dan twins karena mereka terus saja memanggilnya.Saat ini Zeta berada di kamar twins, hari ini mereka kembali bersekolah setelah 1 minggu ambil cuti. Ia memakaikan mereka sepatu dan merapikan rambut mereka. Bahkan ia tak peduli dengan teriakan Albi yang terus memanggilnya, twins lebih penting dari apapun. Biarlah Albi marah-marah karena dirinya tak kunjung ke kamar."Kalian udah selesai, udah wangi, udah pakai sepatu. Ada lagi
3 bulan berlalu, hari ini adalah hari di mana Zeta dan Albi menikah. Mereka berdiri di atas panggung menyaksikan para tamu undangan, Zeta cukup cantik dengan dress berwarna putih yang memperlihatkan lengan putihnya. Di tangan Zeta sudah ada bunga Lily, yang mana itu merupakan bunga kesukaannya. Bisa dibilang dekorasi di sini sangat indah dan mewah.Dipenuhi dengan bunga Lily yang harganya tak main-main, Zeta sudah resmi menjadi istri Albi. Sementara Albi sendiri terpesona melihat kecantikan Zeta. Istrinya itu menjadi pusat perhatian semua orang, teman-teman Zeta pun semuanya hadir di sini dan mereka telah menikmati hidangan yang telah disediakan."Twins di mana?" tanya Zeta sembari melihat ke arah Albi."Dia bersama dengan Cakra, di sini banyak sekali kue, coklat, dan es krim. Itu semua kesukaan twins, mana mungkin mereka tak pergi makan ke sana," sahut Albi malas. Zeta tertawa kecil, karena dirinya lah
Zeta berjalan di lorong rumah sakit bersama dengan Albi, mereka akan pergi menuju ke ruang rawat Hilda. Di tangan Zeta sudah ada parsel buah, ia tak sabar bertemu dengan Hilda. Karena sudah lama sekali ia tak bertemu dengan Hilda. Sesampainya di depan pintu, mereka pun masuk ke dalam.Namun anehnya pintu dikunci dari luar, di sini juga sepi karena bodyguard Albi sudah tak lagi berjaga di depan sini. Lantas Zeta pun menghubungi perawat yang biasanya menjaga Hilda di sini, ia pun menyuruh perawat itu datang ke sini. Tak butuh waktu lama perawat itu datang dan langsung menghampiri dirinya."Mengapa ruangan ini di kunci dari luar? Di mana keberadaan Hilda? Dia baik-baik saja bukan?" tanya Zeta beruntun."Apakah anda tidak tau kabar tentang pasien yang sebelumnya menempati ruangan ini?"Dengan kompak Zeta dan Albi menggeleng. "Apa yang terjadi? Tidak ada sesuatu buruk 'kan?" tanya Zeta y
Zeta berada di sebuah taman bersama dengan Albi, mereka hanya berdua di sini menghabiskan waktu setelah kejadian yang menguras air mata. Twins sendiri sengaja tidak mereka ajak, karena mereka ingin di sini berdua saja. Di depan mereka sudah ada danau yang sangat indah, mereka berdiri berjejer.Tiba-tiba saja ada bodyguard Albi yang datang menghampiri mereka berdua dengan tergesa-gesa. Tentu saja hal itu membuat Albi dan Zeta terkejut, mereka berbalik badan dan menatap 1 bodyguard yang baru saja datang itu. Dia tampak mengatur nafasnya terengah-engah."Ada apa?" tanya Albi."Ada wanita tua yang memaksa ingin bertemu dengan nona Zeta."Merasa namanya dipanggil membuat alis Zeta berkerut. "Siapa yang mencari saya?" tanyanya."Saya tidak tak pasti siapa namanya, dia mengaku sebagai nenek anda. Apakah anda memiliki seorang nenek di sini?""
Hari ini Zeta sudah diperbolehkan untuk pulang, keadaannya sudah stabil. Zeta sendiri tengah duduk dan menyaksikan Zio memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Ia di rawat 1 minggu, dan 3 hari lalu ia terakhir bertemu dengan Albi. Sebenarnya Albi masih ada di rumah sakit, tapi Zio melarang dirinya untuk bertemu dengan Albi sampai dirinya benar-benar sembuh.Jadi sekarang ia baru bisa melihat keadaan Albi, tentu saja bersama dengan Zio. Tak lama kemudian Zio sudah selesai memasukkan barang-barangnya dan menyerahkan tas itu kepada bodyguard agar di bawah keluar. Zio menghampiri Zeta dan tersenyum ke arah Zeta, Zeta pun balik tersenyum ke arah Zio."Terima kasih, kakak udah jaga aku di sini," ujar Zeta."Itu sudah menjadi tugas kakak. Mau ketemu sama dia sekarang?" tanya Zio di akhir."Dia juga punya nama kak, namanya Albi. Masak dari dulu kakak panggil dia dia terus sih,"
Hari sudah mulai malam, Zeta sendiri tak bisa tenang karena terus memikirkan keadaan Albi. Di ruang rawatnya hanya ada Zio, dia sibuk berkutat dengan laptopnya. Sementara Bea dan Bia sudah kembali pulang sejak sore tadi. Zio sama sekali tak mengizinkan dirinya untuk keluar. Ia bingung sekali, sampai pada akhirnya ia memiliki sebuah rencana.Ia beranjak dari tempat tidur ini, dengan langkah tertatih ia menghampiri Zio. Ia pun berjalan sembari mendorong tiang infusnya, sepertinya Zio tak sadar dengan keberadaannya di sini. Sampai akhirnya ia berdehem dan membuat Zio menyadari keberadaan dirinya di depannya."Kamu jangan jalan-jalan dulu, bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidur?" tanya Zio."Aku mau bertemu dengan Albi, aku enggak bisa tidur sebelum bertemu sama dia," jawab Zeta."Enggak sekarang Zeta, besok abang janji untuk membawa kamu bertemu sama dia," ujar Zio mencoba unt
Sementara di sebuah ruang rawat terdapat Albi yang belum kunjung bangun dari tidur panjangnya setelah kejadian penembakan itu. Untung saja Albi bisa di selamatkan dan itu membuat semuanya bernafas lega. Di sini ada Cakra dan kedua orang tua Albi, mereka menunggu Albi bangun. Syika berada di dalam gendongan Cakra.Sampai akhirnya Cakra memuaskan untuk mengajak Syika keluar dari ruangan ini dan mendapatkan izin dari kedua orang tua Albi. Ia berjalan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit. Ia baru saja mendapatkan informasi bahwa Zeta juga di rawat di sini, dan dirinya juga belum menjenguk Zeta karena tak tau ruangannya di mana."Mama di mana om?" tanya Syika dalam gendongan Cakra."Kamu rindu dengan Zeta?" tanya Cakra balik."Iya, Syi mau ketemu mama. Syi mau aduin ke mama kalau papa enggak mau bangun," jawab Syika polos."Syika turun dulu, om mau te
Hari ini tepat 3 hari setelah kejadian di mana Zeta di culik oleh Feli dan juga Ratna, Zeta sendiri sempat tak sadar selama dua hari karena ada luka serius di beberapa bagian tubuhnya. Saat ini Zio berada di ruang rawat Zeta, selama tiga hari Zio tetap menemani dan menunggu adiknya itu bangun.Zio sendiri tak mengalami luka serius, hanya tinggal menyembuhkan luka luar di wajahnya. Zeta sendiri sudah bangun, dia hanya bersandar di ujung kasur tanpa mengucapkan sepatah kata lagi. Hal itu membuat Zio khawatir, tapi dokter bilang Zeta hanya trauma saja dan dia akan kembali seperti semula."Zeta, bicara sama kakak. Tolong jangan diam saja," ujar Zio yang mulai frustasi."Kenapa aku masih hidup? Aku enggak mau hidup kalau hanya menyusahkan kalian, kenapa papa dan mama melarang ku untuk ikut bersama dengan mereka?" tanya Zeta dengan pandangan kosong."Enggak, kamu enggak pergi. Tolon
Polisi benar-benar datang, mereka berdiri di pinggir dengan posisi melingkar. Albi, Zeta, Ratna dan juga Feli berada di tengah-tengah. Polisi itu membawa pistol semua, tentu saja itu di arahkan kepada Feli dan Ratna. Bahkan bodyguard Zio dan Albi yang masih tersisa turut berada di sini. Zeta masih dalam posisi bersandar, kesadarannya benar-benar menipis.Tiba-tiba saja Ratna berlari ke arah Albi dan dengan gerakan singkat dia mengunci tangan Albi ke belakang. Tentu saja Albi tak siap dengan serangan yang tiba-tiba itu, polisi ingin mendekat tapi Albi menggeleng dan memberikan kode mata agar polisi tetap dalam tempatnya. Satu tangan Ratna memegang tangan Albi, sementara satu tangannya yang lain mencekik leher Albi dengan sikutnya"Kalian semua pergi dari sini atau dia yang mati?" tanya Ratna menatap satu persatu dari polisi itu. Ratna menyuruh Feli untuk berjalan ke arah Zeta dan langsung dituruti oleh Feli.