Zeta mengerjapkan matanya perlahan-lahan, mengapa dia bisa tiduran disini? Seingatnya ia tidur dikursi menunggu Zio. Lantas kemana lelaki itu pergi, ia duduk dan keluar dari kamar. Tak ada siapa-siapa, ia beralih pergi kekamar yang twins tidurin. Mereka masih tertidur nyenyak.
Zeta menghela nafas, kembarannya sudah pulang tanpa pamitan dengannya. Perempuan itu melirik kearah jam dinding yang sudah menujukkan pukul 6 pagi. Berarti Zio pulang dini hari tadi, padahal dirinya masih ingin berlama-lama dengan lelaki itu namun apa boleh buat Zio sudah pulang.
Zeta membangunkan twins, tak lama twins terbangun. Dengan segera Zeta menyuruh mereka untuk mandi. Mereka akan mandi sendiri, ia pegi mengambil baju twins yang sudah ia tata didalam almari.
Zeta mengambil 2 baju lengan pendek berwarna hitam putih dan celana kain pendek berwarna hitam putih. Beberapa menit kemudian twins keluar dari dalam toilet dengan han
Kini Zeta duduk bersama Albi, orang yang dirinya marahi tadi. Lelaki itu nampak menatapnya dengan pandangan datar membuat dirinya hanya bisa menundukkan kepalanya karena merasa malu. Tak jauh dari tempat mereka duduk terdapat twins bersama Cakra, mereka tengah menonton film di laptop Albi."Jangan melihatku seperti itu." Akhirnya Zeta buka suara setelah berdiam diri 10 menit lamanya setelah ia duduk disini."Kau mau apa kesini?" Tanya Albi tetap dengan pandangan datar mengarah ke Zeta.Zeta mendongak, "Cari lowongan pekerjaan." Balasnya."Mana surat lamaranmu?" Tanya Albi.Zeta menggaruk kepalanya yang tak gatal dirinya kesini tak membawa apa-apa. Ijazah SMAnya tak ia bawa, lantas apa yang harus dirinya serahkan? Kuliah pun dirinya belum usai dan sekarang berhenti."Kau akan menjadi sekertaris saya." Ujar Albi.
Hari ini adalah hari dimana Zeta mulai bekerja, saat ini perempuan itu berada di halte menunggu taksi yang datang. Twins ikut dengan dirinya, mana mungkin Albi melarangnya membawa twins. Zeta sudah memesan taksi online dan kini hanya tinggal menunggunya.Twins sendiri asik makan es krim yang Zeta belikan di pedagang keliling. Tak terasa taksi yang Zeta pesan sudah datang, dengan segera Zeta menuntun mereka untuk masuk kedalam. Selama diperjalanan, Syika nampak mengoceh tentang apa yang dia lihat. Zeta pun menangapinya dengan senyuman, kadang juga ia menjawab jika Syika bertanya.Syika menarik-narik ujung baju Zeta, "Mau jelly," ujarnya kepada Zeta dengan mata mengerjap polos."Beli dimana?" tanya Zeta, pasalnya mereka berada di tengah jalanan kota.Syika menggeleng tak tau, Zeta menyuruh supir taksi untuk berhenti di Alfamart. Setelah mobil itu berhenti, Zeta segera turun untu
Kini Zeta berada didalam lift menuju ruangan Albi. Di lift itu hanya ada mereka ber 3, Syika dirinya gendong dan tangannya yang satu lagi dirinya gunakan untuk menuntun Nathan. Setelah lift berbunyi, mereka keluar. Disepanjang perjalanan tak jarang mereka disapa oleh orang yang berlalu lalang.Syika memeluk erat lehernya, setelah sampai didepan ruangan Albi Zeta segera masuk kedalam. Sesampainya di dalam mereka disambut dengan Albi yang sudah duduk rapi di kursinya. Zeta menuju kemeja Albi dan menurunkan Syika. Dirinya bingung mengapa Albi menatap dirinya lekat."Mengapa kau menatapku?" Tanya Zeta heran."Hari ini kau akan menjadi sekertarisku. Mengapa pakaianmu seperti ini?" tanya Albi dengan nada tak santai.Zeta tak memakai pakaian formal, perempuan itu memakai baju lengan pendek berwarna coklat dan dimasukkan kedalam celana kain panjang berwarna senada. Hey! Zeta akan beke
Zeta masih diam, ia mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut Albi. Dirinya memeluk perutnya sendiri karena merasa dingin. Zeta berjalan mundur kala perempuan itu maju namun dengan sigap Albi mendorong perempuan itu."DASAR PELAKOR!" Teriak orang itu yang Zeta ketahui bernama Feli."Jangan menuduh saya sembarangan," ujar Zeta menatap Feli dengan pandangan tak terbaca."LIHATLAH ORANG INI, DIA PEREBUT CALON SUAMI SAYA," teriak Feli menunjuk Zeta.PlakKepala Zeta menoleh kesamping saat Feli menampar pipinya. Rasa panas langsung menjalar di pipinya, mengapa dia menuduhnya yang tidak-tidak?. Tak sampai disitu saja, Feli juga mendorong bahu Zeta hingga membentur tembok."Jangan dekati Albi atau kau tau akibatnya?!" ancamnya kepada Zeta"Badan manusia perilaku kayak hewan," ujar Zeta tersenyum sinis. 
Kini Zeta berada dikediaman Sarah yang mana beliau ibu dari Albi. Dunia sempit sekali, dan sekarang Zsta berada disini atas paksaan Sarah. Sebagai anak baik hati dan tidak sombong dirinya mau saja. Sekarang ini mereka semua berkumpul diruang tamu, Cakra tak ikut dikarenakan dia harus bertemu dengan seseorang.Zeta canggung berada disini, tak hanya ada Sarah namun suami Sarah juga ikut berada disini. Sedangkan Albi? Lelaki itu sibuk dengan hpnya membuat Zeta geram. Sedari tadi dirinya ditanya tentang apapun, mulai dari mengapa bisa kenal Albi sampai dari mana bertemu dengan twins.Zeta pun menjawab apa adanya, namun Ardi selaku papa Albi mempunyai sifat yang sama dengan Albi. Memang yah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Twins sendiri duduk di karpet berbulu tengah bermain.Zeta cukup kaget dengan rumah ini, rumah keluarga Evander sangat besar dengan disain mewahnya. Sampai-sampai dirinya tersesat waktu
Hari ini Zeta berada di sebuah mall terkenal bersama Albi dan twins tentunya. Saat ini mereka tengah berjalan, di tengah-tengah mereka terdapat twins. Yaps! Sekarang mereka seperti sebuah keluarga, apalagi Albi yang hanya memakai kemeja dengan celana panjang kain. Sedangkan Zeta memakai pakaian rok pendek dengan baju lengan pendek. Bisa dibilang bajunya couple dengan Syika."Kita mau kemana?" tanya Zeta di sela-sela jalannya."Diam! Saya malu berjalan denganmu, sekarang saya seperti tengah mengajak 3 anak sekaligus," ujar Albi yang merasa risih kala semua orang yang ia lewatai melihat kearahnya."Enak saja aku kau samakan dengan anak kecil," gerutu Zeta. Jika diliat-liat memang benar apa kata Albi, tingginya hanya sebatas dada lelaki itu pantas saja orang-orang melihat kearahnya dengan tatapan sini. Bahkan ada yang secara terang-terangan menuju Albi dan lelaki itu tak memperdulikannya sama sekali.
Sore harinya Zeta masih berada dirumah sakit, twins sendiri sudah dijemput oleh Cakra 1 jam yang lalu. Kini di ruang rawat Manda hanya ada dirinya, Rey sendiri masih ada oprasi mendadak. Zeta menyuapi Manda dengan telaten, wanita paruh baya itu sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri.Tadi Zeta sempat mandi sebentar, Cakra tadi membawakan dirinya baju jadi ia bisa sekali mandi disini. Twins sendiri awalnya tak mau pulang, namun dengan bujukan Zeta akhrinya twins mau pulang. Lagipula tak baik anak kecil seumuran mereka berlama-lama berada dirumah sakit."Tante udah kenyang," tolak Manda saat Zeta ingin menyuapinya lagi.Zeta mengangguk lalu menaruh mangkuknya keatas nakas, perempuan itu mengambil air minum dan membantu Manda meminum obatnya. Setelah selesai Zeta membantu Manda berbaring dan menyelimuti wanita paruh baya itu sebatas dada."Terima kasih Zeta, tante benar-benar sal
Seorang perempuan berjalan dengan langkah pasti menuju halte yang ada disebrang sana. Menyapa orang yang berpapasan adalah ciri khas dari perempuan itu. Bahkan ada yang memuji dia secara langsung. Sesampainya disana, perempuan itu duduk mengapa sepi sekali? Batinya bertanya-tanya.Karena tak mau ambil pusing dia mengambil hpnya, kini jemarinya menari-nari di atas layar HP. Dia bernama Zeta, hari ini Zeta akan benar-benar bekerja menjadi sekretaris Albi. Tadi malam Cakra mengajari dirinya tentang tugas-tugas seorang sekretaris hingga pukul 1 malam. Sekarang Zeta sudah sedikit-sedikit tau tentang tugasnya. Pakaiannya pun sekarang sudah formal, itupun pemberian Cakra karena ia tak punya baju seperti ini.Zeta mengenakan rok selutut bewarna hitam juga dengan atasan berwarna senada, rambutnya ia biarkan tergerai indah dengan jepit berwarna hitam menghiasi pinggir kepalanya. Mengapa bus tak kunjung datang? Seharusnya bus sudah datang d