Sore harinya Zeta masih berada dirumah sakit, twins sendiri sudah dijemput oleh Cakra 1 jam yang lalu. Kini di ruang rawat Manda hanya ada dirinya, Rey sendiri masih ada oprasi mendadak. Zeta menyuapi Manda dengan telaten, wanita paruh baya itu sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri.
Tadi Zeta sempat mandi sebentar, Cakra tadi membawakan dirinya baju jadi ia bisa sekali mandi disini. Twins sendiri awalnya tak mau pulang, namun dengan bujukan Zeta akhrinya twins mau pulang. Lagipula tak baik anak kecil seumuran mereka berlama-lama berada dirumah sakit.
"Tante udah kenyang," tolak Manda saat Zeta ingin menyuapinya lagi.
Zeta mengangguk lalu menaruh mangkuknya keatas nakas, perempuan itu mengambil air minum dan membantu Manda meminum obatnya. Setelah selesai Zeta membantu Manda berbaring dan menyelimuti wanita paruh baya itu sebatas dada.
"Terima kasih Zeta, tante benar-benar sal
Seorang perempuan berjalan dengan langkah pasti menuju halte yang ada disebrang sana. Menyapa orang yang berpapasan adalah ciri khas dari perempuan itu. Bahkan ada yang memuji dia secara langsung. Sesampainya disana, perempuan itu duduk mengapa sepi sekali? Batinya bertanya-tanya.Karena tak mau ambil pusing dia mengambil hpnya, kini jemarinya menari-nari di atas layar HP. Dia bernama Zeta, hari ini Zeta akan benar-benar bekerja menjadi sekretaris Albi. Tadi malam Cakra mengajari dirinya tentang tugas-tugas seorang sekretaris hingga pukul 1 malam. Sekarang Zeta sudah sedikit-sedikit tau tentang tugasnya. Pakaiannya pun sekarang sudah formal, itupun pemberian Cakra karena ia tak punya baju seperti ini.Zeta mengenakan rok selutut bewarna hitam juga dengan atasan berwarna senada, rambutnya ia biarkan tergerai indah dengan jepit berwarna hitam menghiasi pinggir kepalanya. Mengapa bus tak kunjung datang? Seharusnya bus sudah datang d
Kini Zeta berada didalam mobil milik Zio, ya! Setelah kejadian tadi Zio mengajaknya untuk ikut dengan lelaki itu. Tadi sempat ada perdebatan antara Zio dengan Albi, Zio kekeh ingin membawa Zeta begitu juga dengan Albi yang ingin membawa Zeta dikarenakan dia sekretarisnya dan sudah menjadi tanggungjawagnya.Namun Zeta lebih memilih pergi dengan Zio, mungkin ini cara supaya ia lebih dekat dengan sang kembaran. Walapun Albi sempat kecewa namun dia membiarkan dirinya pergi. Sekarang ini Zeta hanya diam dengan pandangan lurus kedepan, perempuan itu memikirkan hal-hal buruk jika saja Zio dan Albi tak datang menolongnya.Entah mengapa hatinya merasa takut dan gelisah, seolah-olah akan terjadi sesuatu apalagi ia kemarin mendengarkan percakapan antara orang tua mamanya dengan seorang lelaki berbadan besar seperti preman."Jangan melamun."Ucapan yang kelar dari mulut Zio membuyarkan lamunann
Zeta mengerjapkan matanya berkali-kali, ia menyipit dimana dia berada sekarang?. Sebuah kamar? Seingatnya ia berada didalam ruangan Zio. Dengan segera ia turun dari kasur, bisa-bisanya ia lupa jika hari ini dirinya harus bekerja. Perempuan itu membuka pintu, seketika terlihatlah punggung kokoh Zio.Dengan segera dirinya menghampiri Zio dan berdiri disebelah lelaki itu. Zio yang menyadari keberadaan Zeta langsung menatap kearah adik kembarnya. Zeta sendiri tak tau harus berbuat apa, dirinya takut jika Zio mengusirnya atau berkata pedas tentang kedua orang tuanya.Soal tadi dirinya memeluk lelaki itu, sebenarnya ia dibatas sadar tak sadar. Makanya ia menangis sejadi-jadinya dan berakhir kelelahan. Zio menatap kearahnya membuat ia menjadi canggung."Mengapa kau berdiri saja?" tanya Zio membuyarkan lamunan Zeta."Maafkan aku kelamaan tidurnya," ucap Zeta.
Zeta berada didalam perjalanan menuju kantor polisi, tadi Manda menelfon dirinya dan mengatakan bahwa Rey ditangkap. Tanpa berlama-lama lagi Zeta pergi menghampiri Manda, twins sengaja yak dirinya perbolehkan untuk ikut. Jadi ia hanya pergi dengan Albi saja.Manda memangis membuat dirinya ingin segera sampai dikantor polisi. Sedangkan Albi fokus menyetir, tak jarang ia menyalip kendaraan yang menganggu laju mobilnya. Zeta masih menerka-nerka apa yang telah Rey perbuat hingga berakhir disana?. Setau dirinya Rey bukanlah orang yang ceroboh."Kau jangan panik," ucap Albi yang melihat Zeta bergerak gelisah dalam duduknya."Tak aku hanya kalut saja," balas Zeta membuat Albi memutar bola matanya malas. Memang apa bedanya panik dengan kalut!? Wanita selalu benar jadi lebih baik ia diam, bisa saja nanti ngamuk Eh! canda ngamuk!.Sesampainya dikantor polisi mereka langsung masuk dan me
Zeta tetap diam ketika dipandangi oleh Leni yang mana dia merupakan ibu dari mendiang mamanya. Zeta menampilkan senyuman mencoba bersikap biasa saja terhadap ini. Keteganganya bertambah berkali-kali lipat saat seseorang yang menyambut ia dan Albi kembali dengan membawa Feli."Bukannya dia jalang itu? Mengapa mama biarkan dia masuk kedalam rumah?" tanya Feli dengan nada sombongnya menunjuk kearah Zeta."Albi, mengapa dirimu membawa perempuan ini?" tanya Leni dengan menatap sinis kearah Zeta."Saya hanya ingin bertemu dengan Feli, kalian pergi saja dari sini." Albi berdiri dan menatap mereka datar."Yaudah, Feli kamu baik-baik sama calon suami kamu yah," ucap Ratna dengan menekankan kata calon suami.Kini diruang tamu hanya ada Albi, Zeta dan Feli. Satu fakta yang Zeta tau, Feli adalah anak Ratna yang mana dia telah merenggut kebahagiaan mamanya. Perem
Air mata Bela turun begitu saja tanpa dirinya suruh, Zeta semakin mengeratkan genggaman tangannya kepada Bela guna menguatkan perempuan itu."Sewaktu aku dijalan ada orang yang tiba-tiba sekap aku hingga aku pingsan. Setelahnya aku bangun dikamar hotel dengan keadaan tak memakai pakaian sama sekali. Disana ada Rey yang juga tak memakai pakaian, aku tak tau harus apa hiks hiks aku-" Bela tak mampu melanjutkan ucapannya lagi.Zeta mengelus pundak Bela, jadi mereka sama-sama dijebak? Batin Zeta. Perempuan itu tak henti-hentinya mengumumkan kata-kata penenang supaya Bela berhenti menangis. Dirinya turut merasakan kesedihan yang Bela alami, siapa yang tak shock saat bangun-bangun sudah bersama lelaki lain dikamar hotel?."Aku melaporkan semua ini kepolisi, pikiranku kacau. Aku menjadi wanita kotor sekarang hiks hikss," racau Bela."Semua akan baik-baik saja," ucap Zeta.
Hari ini tepat 1 bulan setelah kejadian Rey dan Bela dihotel. Tepat hari ini juga mereka berdua akan menikah, dikarenakan Bela hamil anak Rey. Ya! Mereka sama-sama melakukan hal itu disaat sedang mabuk dan dalam kondisi tak sadar. Walapun mereka sama-sama dijebak. Rey sendiri akan mencoba menerima Bela dan tentunya anak kandungnya.Saat ini Zeta tengah bersiap-siap untuk menghadiri acara pernikahan Rey dan Bela. Dirinya tentu senang, Rey lelaki baik dan mau untuk bertanggungjawab. Zeta sibuk dandan dan memilih-milih baju yang bagus karena ini hari spesial bagi Rey. Di apartemenya bukan cuma ada dirinya, melainkan ada Albi dan twins yang duduk disofa kamarnya tengah memperhatikan dirinya berlari kesana kemari. Bahkan Albi turut menoleh sirama dengan gerakan yang Zeta lakukan."Bisakah kau cepat sedikit?" tanya Albi yang sudah mulai jengah.Zeta datang dengan membawa 2 buah dress yang berada di tangannya,
Zeta berada di ruang rawat salah satu rumah sakit. Dirinya menunggu korban yang supir taksi itu tak sengaja tabrak. Sedangkan supir taksinya ia suruh pulang dan dirinya yang akan bertangungjawab dengan masalah ini. Kasain sekali jika supir taksi itu harus bertanggungjawab, mengingat fisiknya yang sudah tak muda lagi.Kini Zeta duduk disebelah brankar, perempuan didepannya ini masih setia menutup matanya. Kata dokter tadi dia hanya shock dan dia juga mendapatkan beberapa luka ditangan dan pelipisnya. Mata Zeta melihat kearah jemari perempuan itu yang bergerak."Kamu udah sadar?" tanya Zeta setengah panik. Saat dirinya ingin pergi memanggil dokter, tangannya lebih dahulu dicekal alhasil ia kembali duduk."Maafin aku yah udah nabrak kamu," ucap Zeta tulus."Tidak apa, aku juga salah nyebrang ngak lihat-lihat.""Kamu ada yang luka? Atau ada yang sakit?" tanya