Zeta mengerjapkan matanya berkali-kali, ia menyipit dimana dia berada sekarang?. Sebuah kamar? Seingatnya ia berada didalam ruangan Zio. Dengan segera ia turun dari kasur, bisa-bisanya ia lupa jika hari ini dirinya harus bekerja. Perempuan itu membuka pintu, seketika terlihatlah punggung kokoh Zio.
Dengan segera dirinya menghampiri Zio dan berdiri disebelah lelaki itu. Zio yang menyadari keberadaan Zeta langsung menatap kearah adik kembarnya. Zeta sendiri tak tau harus berbuat apa, dirinya takut jika Zio mengusirnya atau berkata pedas tentang kedua orang tuanya.
Soal tadi dirinya memeluk lelaki itu, sebenarnya ia dibatas sadar tak sadar. Makanya ia menangis sejadi-jadinya dan berakhir kelelahan. Zio menatap kearahnya membuat ia menjadi canggung.
"Mengapa kau berdiri saja?" tanya Zio membuyarkan lamunan Zeta.
"Maafkan aku kelamaan tidurnya," ucap Zeta.
<Zeta berada didalam perjalanan menuju kantor polisi, tadi Manda menelfon dirinya dan mengatakan bahwa Rey ditangkap. Tanpa berlama-lama lagi Zeta pergi menghampiri Manda, twins sengaja yak dirinya perbolehkan untuk ikut. Jadi ia hanya pergi dengan Albi saja.Manda memangis membuat dirinya ingin segera sampai dikantor polisi. Sedangkan Albi fokus menyetir, tak jarang ia menyalip kendaraan yang menganggu laju mobilnya. Zeta masih menerka-nerka apa yang telah Rey perbuat hingga berakhir disana?. Setau dirinya Rey bukanlah orang yang ceroboh."Kau jangan panik," ucap Albi yang melihat Zeta bergerak gelisah dalam duduknya."Tak aku hanya kalut saja," balas Zeta membuat Albi memutar bola matanya malas. Memang apa bedanya panik dengan kalut!? Wanita selalu benar jadi lebih baik ia diam, bisa saja nanti ngamuk Eh! canda ngamuk!.Sesampainya dikantor polisi mereka langsung masuk dan me
Zeta tetap diam ketika dipandangi oleh Leni yang mana dia merupakan ibu dari mendiang mamanya. Zeta menampilkan senyuman mencoba bersikap biasa saja terhadap ini. Keteganganya bertambah berkali-kali lipat saat seseorang yang menyambut ia dan Albi kembali dengan membawa Feli."Bukannya dia jalang itu? Mengapa mama biarkan dia masuk kedalam rumah?" tanya Feli dengan nada sombongnya menunjuk kearah Zeta."Albi, mengapa dirimu membawa perempuan ini?" tanya Leni dengan menatap sinis kearah Zeta."Saya hanya ingin bertemu dengan Feli, kalian pergi saja dari sini." Albi berdiri dan menatap mereka datar."Yaudah, Feli kamu baik-baik sama calon suami kamu yah," ucap Ratna dengan menekankan kata calon suami.Kini diruang tamu hanya ada Albi, Zeta dan Feli. Satu fakta yang Zeta tau, Feli adalah anak Ratna yang mana dia telah merenggut kebahagiaan mamanya. Perem
Air mata Bela turun begitu saja tanpa dirinya suruh, Zeta semakin mengeratkan genggaman tangannya kepada Bela guna menguatkan perempuan itu."Sewaktu aku dijalan ada orang yang tiba-tiba sekap aku hingga aku pingsan. Setelahnya aku bangun dikamar hotel dengan keadaan tak memakai pakaian sama sekali. Disana ada Rey yang juga tak memakai pakaian, aku tak tau harus apa hiks hiks aku-" Bela tak mampu melanjutkan ucapannya lagi.Zeta mengelus pundak Bela, jadi mereka sama-sama dijebak? Batin Zeta. Perempuan itu tak henti-hentinya mengumumkan kata-kata penenang supaya Bela berhenti menangis. Dirinya turut merasakan kesedihan yang Bela alami, siapa yang tak shock saat bangun-bangun sudah bersama lelaki lain dikamar hotel?."Aku melaporkan semua ini kepolisi, pikiranku kacau. Aku menjadi wanita kotor sekarang hiks hikss," racau Bela."Semua akan baik-baik saja," ucap Zeta.
Hari ini tepat 1 bulan setelah kejadian Rey dan Bela dihotel. Tepat hari ini juga mereka berdua akan menikah, dikarenakan Bela hamil anak Rey. Ya! Mereka sama-sama melakukan hal itu disaat sedang mabuk dan dalam kondisi tak sadar. Walapun mereka sama-sama dijebak. Rey sendiri akan mencoba menerima Bela dan tentunya anak kandungnya.Saat ini Zeta tengah bersiap-siap untuk menghadiri acara pernikahan Rey dan Bela. Dirinya tentu senang, Rey lelaki baik dan mau untuk bertanggungjawab. Zeta sibuk dandan dan memilih-milih baju yang bagus karena ini hari spesial bagi Rey. Di apartemenya bukan cuma ada dirinya, melainkan ada Albi dan twins yang duduk disofa kamarnya tengah memperhatikan dirinya berlari kesana kemari. Bahkan Albi turut menoleh sirama dengan gerakan yang Zeta lakukan."Bisakah kau cepat sedikit?" tanya Albi yang sudah mulai jengah.Zeta datang dengan membawa 2 buah dress yang berada di tangannya,
Zeta berada di ruang rawat salah satu rumah sakit. Dirinya menunggu korban yang supir taksi itu tak sengaja tabrak. Sedangkan supir taksinya ia suruh pulang dan dirinya yang akan bertangungjawab dengan masalah ini. Kasain sekali jika supir taksi itu harus bertanggungjawab, mengingat fisiknya yang sudah tak muda lagi.Kini Zeta duduk disebelah brankar, perempuan didepannya ini masih setia menutup matanya. Kata dokter tadi dia hanya shock dan dia juga mendapatkan beberapa luka ditangan dan pelipisnya. Mata Zeta melihat kearah jemari perempuan itu yang bergerak."Kamu udah sadar?" tanya Zeta setengah panik. Saat dirinya ingin pergi memanggil dokter, tangannya lebih dahulu dicekal alhasil ia kembali duduk."Maafin aku yah udah nabrak kamu," ucap Zeta tulus."Tidak apa, aku juga salah nyebrang ngak lihat-lihat.""Kamu ada yang luka? Atau ada yang sakit?" tanya
Hari ini Zeta dan Vio berencana untuk mengantarkan Bela periksa kandungannya dikarenakan Rey sangat sibuk bahkan jadwal operasinya penuh. Bela yang tak tega lebih baik periksa sendiri. Saat ini Zeta dan Vio sudah berada didepan rumah Manda, Bela tinggal disana ikut dengan Rey.Zeta memencet bel dan keluarlah tante Manda yang langsung menyuruh mereka untuk masuk kedalam. Zeta dan Vio menunggu Bela yang tengah bersiap-siap diruang tamu bersama dengan Manda."Zeta, ini siapa?" tanya Manda menunjuk Vio."Ini Vio, temanku." Zeta memperkenalkan Vio kepada Manda."Hai tante, aku Vio." Sapa Vio ramah.Manda tak kalah ramah membalas senyum Vio, tak lama Bela datang dan menghampiri mereka. Manda berdiri disusul dengan Zeta dan Vio. Manda memberi wejangan supaya Bela menjaga kesehatannya. Walapun Rey dan Bela menikah hanya karena kecelakaan pasti mereka akan sa
Kini mereka berada dikediaman Albi, Syika lah yang mengajaknya kerumah ini. Rumahnya lebih besar dari rumah orang tua Albi, namun sama-sama mewah. Zeta beserta Syika berkutat didapur sedangkan Nathan menonton TV. Dapurnya lengkap, yah karena banyak pembantu disini namun Zeta ingin membuat kue tanpa bantuan siapapun.Untung saja bahan-bahanya tersedia, Syika sendiri ia suruh untuk mengaduk adonannya. Sedangkan Zeta tengah mengolesi loyang dengan margarin. Dengan celemek yang terpasang apik tubuhnya, Zeta berjalan kesana kemari mengambil sesuatu."Udah?" tanya Zeta kepada Syika."Sudah mama," balas Syika lalu menyerahkan wadah yang berisi adonan kue kepada Zeta.Zeta menerimanya dan memasukkannya kedalam loyang, ia hanya membuat kue berukuran sedang saja takutnya gagal. Sesuai request twins, ia membuat kue rasa Coklat dan semoga saja Albi menyukainya. Zeta menggendong Syika menu
Setelah mengobati luka Albi, kini Zeta diajak jalan-jalan oleh lelaki itu. Mereka berjalan dipinggir danau yang sangat indah, twins? Tak ikut bersama mereka dikarenakan ada cakra. Suasana sore ini sangat cocok jika melakukan jalan-jalan, ini sebagai bentuk permintaan maaf Albi karena telah membuat Zeta menangis.Mereka berjalan beriringan, sesekali mereka melihat ke pinggir danau yang kini terdapat matahari yang mulai tenggelam. Langitnya berwarna oranye, tak terlalu panas dan itu membuat rambut Zeta ikut berwarna oranye."Kau belum makan?" tanya Albi, mengapa ia menjadi perhatian seperti ini?.Sedangkan Zeta menggeleng, "Apakah kau mau mengajakku makan?" tanyanya antusias."Aku hanya tanya saja," jawab Albi tak acuh.Zeta menundukkan kepalanya lesu, dirinya pikir Albi akan mengajaknya makan pasti seru. Aish, mengapa ia menjadi berharap makan dengan