Arkan terdiam sejenak saat mendengar pertanyaan dari Alina. Seandainya itu terjadi, sanggupkah dia menolak Alana?Namun untuk membuat Alana percaya dan tidak kecewa dengan dirinya, Keenan pun akhirnya memutuskan untuk sedikit berkata berbohong kepada dirinya."Aku akan menyuruh Alana tinggal di rumah. Kita hanya pergi bertiga saja," balas Arkan dengan tersenyum menatap wajahnya."Benarkah Mas? Kamu bakalan nolak Mbak Alana kalau dia masih bersih keras untuk ikut? Aku tidak mau jika berbulan madu dengan Mbak Alana," balas Alina dengan menatap tegas wajahnya saat ini."Iya Sayang, Mas gak akan ajak siapa pun saat kita bulan madu, kita nikmati semua itu berdua." Arkan berusaha untuk meyakinkan dirinya."Ya sudah Mas, Aku percaya sama Mas Arkan, semoga dokter bisa mengijinkan Alina berbulan madu sama mas Arkan." Keenan tampak tersenyum melihat Alina yang tak sabar ingin menikmati bulan madu bersama dengan dirinya saat ini."Aamiin, aku do'akan agar kita bisa menikmati bulan madu kita. Aku
Alana terlihat sangat marah, dia cemburu saat suaminya kini lebih banyak membela Alina dari pada dirinya, ditambah lagi saat ini janin Alina tumbuh sehat dan juga sudah berkembang cukup baik.Beberapa kali dia gagal untuk menumbalkan madunya, tapi kalo ini dia akan benar-benar melakukan penumbalan itu kepada Alina dan bayinya.Cukup sudah dirinya harus merasa dinomor duakan oleh suaminya demi madunya."Tutup mulutmu, Alana!" Arkan seketika langsung membentak dirinya.Alana menatap wajah suaminya yang terlihat menatap geram ke arahnya."Kenapa? Apa saat ini Mas Arkan lebih membela dirinya dari pada aku? Apa Mas Arkan lebih memilih dia dari pada aku? Katakan Mas!" seru Alana yang saat ini merasa jika Arkan lebih memilih dirinya dari pada Alina.Mendengar Alana mengatakan itu, membuat Arkan kini tak bisa mengendalikan emosinya dan memberikan sebuah jawaban yang tak pernah di bayangkan sebelumnya oleh Alana."Iya, aku sekarang lebih membela dirinya dari pada kamu dan aku lebih memilih Alin
Alana benar-benar merasakan cemburu yang luar biasa saat dia mendengar apa yang dikatakan boleh Alana.Wajahnya terlihat mulai suram ketika dia melihat wajah keduanya tampak sangat bahagia."Kau ...!" Alana menunjuk wajah Alina dengan tatapan marah.Alina tersenyum miring ketika dia melihat perubahan wajah Alana yang saat ini terlihat sedang cemburu dan marah kepadanya.Alina sengaja membuat Alana cemburu saat dia bertingkah manja dengan suaminya. Ia berharap Alana bisa terpancing dan menunjukkan watak aslinya.Alina bergelayut manja di depan suaminya dan mencari perhatian Arkan. Melihat Alina yang sedikit manja dengannya, tentu membuat Arkan menyambut dirinya dengan mesra, setelah Alina sudah memberikan service untuk dirinya."Mas, perutku sedikit kram, bisakan Mas Arkan mengelus-elus perutku?" ucap Alina dengan nada manjanya."Kamu gak apa-apa?" Arkan terlihat sangat panik saat mendengar ucapan Alina."Gak apa-apa kok Mas, ini minta dielus-elus sama bapaknya saja," jawabnya dengan me
Arkan tampak sangat terkejut saat mendengar suara ghaib yang meminta tolong kepada dirinya.Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah itu adalah suara ghaib dari istrinya yang sudah meninggal beberapa bulan yang lalu? Apakah saat ini arwah Ayana sedang menuntut balas?Arkan langsung tersadar seketika, ia terlihat sedang membuyarkan pikirannya sendiri dan bergerak lebih cepat untuk mencari sesuatu dibalik lukisan yang ada di dalam sana.Saat dirinya sedang membuka lukisan tersebut, tiba-tiba dia dikejutkan dengan penemuan saat ini. Ia menemukan secarik kain yang tersimpan di sana dan juga sebuah cincin yang ada di sana.Arkan terkejut saat melihat secerca kain yang disimpan Alana di kamar tersebut. Sebuah sobekan kain yang tak asing baginya."Kain ini sepertinya aku kenal, tapi milik siapa?" tanya Keenan dengan menatap heran ke arah kain tersebut.Tak ingin mengingat terlalu lama, Arkan pun akhirnya memasukkan kain tersebut ke dalam saku celananya.Tak lama setelah itu, ia melihat sebuah cin
Sudah ku duga, Mbak Alana pasti akan menghentikanku pergi saat ini. Wajar saja dia bersikap seperti itu kepadaku, mengingat apa yang saat ini tengah dilakukan oleh Mas Arkan yang sulit membagi waktunya untuk Mbak Alana."Ada apa Mbak?" tanyaku sambil aku hempaskan bokongku kembali ke atas kursi."Mas Arkan sudah mulai tidak adil denganku, aku juga istrinya, kenapa dia hanya memperhatikan dirimu akhir-akhir ini?" tanya Mbak Alana sambil menatapku sedikit kesal.Aku pun mengernyitkan dahiku, kenapa Mbak Alana berbicara seperti itu kepadaku? Kenapa tidak memprotes saja kepada Mas Arkan? Batin ku dalam hati."Lantas, kenapa Mbak Alana tidak protes saja sama Mas Arkan?" tanyaku sambil menatap wajah Mbak Alana yang terlihat gelisah, entah apa yang dipikirkannya saat ini."Bagaimana aku bisa protes? Mas Arkan seolah menjauhiku. Kau pun tau jika saat ini hubungan ku sama Mas Arkan memburuk sejak terakhir kali kita bertengkar," jawab Mbak Alana yang saat itu tengah menatapku curiga."Lalu?" tan
Arkan semakin yakin jika saat ini pembunuh kedua istri mudanya adalah istri tuanya. Hal ini diperkuat dengan sebuah bukti-bukti yang tak sengaja dia temukan di dalam kamar Alana dan juga keanehan yang terjadi dengan sikap Alana akhir-akhir ini cukup berbeda."Balak yakin, jika yang membunuh kedua istri muda Bapak adalah istri Tua, Bapak?" tanya Miko dengan tatapan penuh menyelidik."Iya, tapi saya belum bisa mengatakan yakin 100 persen, mengingat belum ditemukan bukti-bukti dan saksi yang melihat peristiwa yang menimpa kedua istri muda saya, Pak. Untuk itulah saya meminta Pak Miko mulai menyelidiki istri saya," jawab Arkan menatap wajah Miko yang saat itu tengah menatap dirinya dengan tatapan heay"Baiklah, kalau begitu saya akan segera melakukan penyelidikan kepada istri Bapak. Terima kasih atas kerja samanya," pamit Miko lalu bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.Arkan menganggukkan kepalanya dengan tersenyum, lalu tak lama setelah itu dia pun beranjak dari tempat duduknya da
Alana tampak terdiam, saat sosok ghaib itu meminta tumbl kepadanya. Sudah lama dirinya hanya bisa menunda-nunda menumbalkan Alina yang sudah dijanjikan sebagai tumbal madu untuk makhluk ghaib tersebut."Aku akan menumbalkan maduku secepatnya, sebelum bukan purnama itu terlihat, aku akan membawakan dia untuk dirimu," ucapnya dengan nada tegas."Kali ini jangan pernah membohongiku lagi Alana, aku tidak segan-segan menuntut balas atas apa yang kau lakukan kepadaku," ucap makhluk ghaib itu kini sedang mendekati Alana dengan jari-jari tangannya yang panjang kini sedang menempel d pundaknya.Alana tampak gemetar saat melihat jari-jari panjang itu sudah menempel di pundaknya."A-aku tidak akan berkata bohong lagi kepadamu, percayakah kepadaku," ucap Alana dengan suara terbata-bata."Baiklah, aku akan menunggu tumbal itu datang kepadaku Alana." Setelah mengatakan itu, makhluk ghaib itu pun akhirnya menghilang.Angin kencang yang tadi mulai berhembus akhirnya telah menghilang.Alana tampak Fr
Pengusiran Arkan saat itu, membuat Alana tampak sangat geram, dia pun akhirnya meninggalkan pesta tersebut dengan membawa amarah.Ia tampak marah dengan sikap Arthan dan juga Alina, dalam hatinya mulai memutuskan untuk segera merencanakan untuk menyingkirkan Alana dari rumahnya.Alana yang tampak geram itu, mulai menelpon seseorang dan mengadakan janji temu untuk merencanakan penculikan Alana nantinya.Alana yang saat itu sedang berjalan menuju ke arah sebuah gudang, tanpa dia sadari jika saat itu Alina tak sengaja melihat dirinya berjalan ke arah gudang dan mengikuti dirinya, setelah dia meminta ijin kepada suaminya untuk ke belakang sebentar."Mbak Alana ke gudang itu lagi? Sebenarnya apa yang dia sembunyikan di sana? Kenapa sulit sekali menemukan barang bukti di sana? Di manakah Mbaka Alana menyimpan semua barang bukti itu?" gumam Alina dengan wajah curiga.Dengan hati-hati Alina mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah gudang yang ada di sana, saat itulah dia melihat Alana masuk k