Arkan terlihat gugup saat itu, perasaan cemburunya kepada Alina membuat dirinya tidak bisa menyembah kembali perasannya.Arkan yang terus didesak oleh Alina membuat dirinya kini mulai mengakui bahwa dirinya saat ini telah cemburu kepada dirinya."Kenapa kau begitu ingin tau aku cemburu kepadamu atau tidak?" tanya Arkan menatap wajah Alina."Karena saat ini aku ingin tau apakah suamiku cemburu kepadaku apa tidak. Jika cemburu kepadaku, artinya dia saat ini sangat mencintai diriku," jawab Alina tersenyum menatap Arkan."Apa kau juga merasa cemburu kepadaku saat aku bersama dengan Alana?" tanya Arkan sebelum dia menjawab pertanyaan Alina."Bisakah aku cemburu keladamu, Mas? Aku hanya Seorang wanita dengan segala keterbatasan hati, wajar jika aku cemburu melihatmu bersama dengan Mbak Alana," jawabnya dengan tersenyum menatap wajah Arkan."Jadi saat ini kau cemburu kepadaku?" tanya Arkan menatap wajah Alina.Alina menganggukkan kepalanya tanpa ketahuan, hal yang sudah lama disembunyikan k
Arkan sedikit gugup saat AKP Miko menunjukkan sebuah barang bukti yang membuat kasus ini akan semakin terang benderang terbuka.Sebuah anting yang telah ditemukan oleh Arkan di kamar istrinya, tidak mungkin itu adalah sebuah kebetulan saja. Ia meyakini jika saat itu memang istrinya berada di lokasi kejadian bersama dengan Suster Mirna di ruangan tersebut.Namun, Arkan tidak mau mengatakan ini kepada AKP Miko terlebih dahulu. Dia harus mencari bukti keterlibatan istrinya dalam kasus ini, dan ingin tau apa alasan Alana melakukan itu kepada Suster Mirna.Miko menatap wajah Arkan yang saat ini terlihat sedang melamun dan memikirkan sesuatu saat ini."Bapak baik-baik saja?" tanya AKP Miko menatap wajah Arkan dengan tatapan penuh menelisik.Seketika Arkan menggelengkan kepalanya dan terlihat sedang menyembunyikan sesuatu dari AKP Miko yang kini menatap dirinya mulai curiga.AKP Miko terlihat sedang mengamati gesture tubuh Arkan yang saat ini terlihat gelisah dan wajahnya mulai menatap cemas
Arkan terkejut saat melihat cincin itu bertuliskan nama Alana."Apakah cincin ini milik Alana?" Arkan melihat lebih dekat cincin tersebut.Arkan benar-benar sangat bingung, kali ini pikirannya dipenuhi banyak pertanyaan tentang Alana.Hari ini sepertinya menjadi hari yang sangat mencengangkan yang dialami oleh Arkan. Dia mendadak mengalami hal-hal mistis sepanjang perjalanannya menuju ke arah kampus untuk menjemput Alina.Terlihat jelas jika pikirannya kini mulai teralih pada Alana. Entah mengapa saat jnul dirinya seperti dituntun untuk menyelidiki Alana.Suster Mirna yang tiba-tiba melakukan penampakan membuat dirinya benar-benar sedikit ketakutan.Yang tak kala mengejutkannya, tiba-tiba ditemukan sebuah cincin di dalam mobilnya.Cincin itu terlihat bukan milik Alana. Namun, dia melihat cincin itu bertuliskan Alana.Arkan lalu memasukkan cincin dan anting sebelaha menjad satu plastik dan di simpan di saku jas miliknya.Beberapa menit kemudian, Arkan akhirnya sampai di kampus Alina.T
Arkan terdiam sejenak saat mendengar pertanyaan dari Alina. Seandainya itu terjadi, sanggupkah dia menolak Alana?Namun untuk membuat Alana percaya dan tidak kecewa dengan dirinya, Keenan pun akhirnya memutuskan untuk sedikit berkata berbohong kepada dirinya."Aku akan menyuruh Alana tinggal di rumah. Kita hanya pergi bertiga saja," balas Arkan dengan tersenyum menatap wajahnya."Benarkah Mas? Kamu bakalan nolak Mbak Alana kalau dia masih bersih keras untuk ikut? Aku tidak mau jika berbulan madu dengan Mbak Alana," balas Alina dengan menatap tegas wajahnya saat ini."Iya Sayang, Mas gak akan ajak siapa pun saat kita bulan madu, kita nikmati semua itu berdua." Arkan berusaha untuk meyakinkan dirinya."Ya sudah Mas, Aku percaya sama Mas Arkan, semoga dokter bisa mengijinkan Alina berbulan madu sama mas Arkan." Keenan tampak tersenyum melihat Alina yang tak sabar ingin menikmati bulan madu bersama dengan dirinya saat ini."Aamiin, aku do'akan agar kita bisa menikmati bulan madu kita. Aku
Alana terlihat sangat marah, dia cemburu saat suaminya kini lebih banyak membela Alina dari pada dirinya, ditambah lagi saat ini janin Alina tumbuh sehat dan juga sudah berkembang cukup baik.Beberapa kali dia gagal untuk menumbalkan madunya, tapi kalo ini dia akan benar-benar melakukan penumbalan itu kepada Alina dan bayinya.Cukup sudah dirinya harus merasa dinomor duakan oleh suaminya demi madunya."Tutup mulutmu, Alana!" Arkan seketika langsung membentak dirinya.Alana menatap wajah suaminya yang terlihat menatap geram ke arahnya."Kenapa? Apa saat ini Mas Arkan lebih membela dirinya dari pada aku? Apa Mas Arkan lebih memilih dia dari pada aku? Katakan Mas!" seru Alana yang saat ini merasa jika Arkan lebih memilih dirinya dari pada Alina.Mendengar Alana mengatakan itu, membuat Arkan kini tak bisa mengendalikan emosinya dan memberikan sebuah jawaban yang tak pernah di bayangkan sebelumnya oleh Alana."Iya, aku sekarang lebih membela dirinya dari pada kamu dan aku lebih memilih Alin
Alana benar-benar merasakan cemburu yang luar biasa saat dia mendengar apa yang dikatakan boleh Alana.Wajahnya terlihat mulai suram ketika dia melihat wajah keduanya tampak sangat bahagia."Kau ...!" Alana menunjuk wajah Alina dengan tatapan marah.Alina tersenyum miring ketika dia melihat perubahan wajah Alana yang saat ini terlihat sedang cemburu dan marah kepadanya.Alina sengaja membuat Alana cemburu saat dia bertingkah manja dengan suaminya. Ia berharap Alana bisa terpancing dan menunjukkan watak aslinya.Alina bergelayut manja di depan suaminya dan mencari perhatian Arkan. Melihat Alina yang sedikit manja dengannya, tentu membuat Arkan menyambut dirinya dengan mesra, setelah Alina sudah memberikan service untuk dirinya."Mas, perutku sedikit kram, bisakan Mas Arkan mengelus-elus perutku?" ucap Alina dengan nada manjanya."Kamu gak apa-apa?" Arkan terlihat sangat panik saat mendengar ucapan Alina."Gak apa-apa kok Mas, ini minta dielus-elus sama bapaknya saja," jawabnya dengan me
Arkan tampak sangat terkejut saat mendengar suara ghaib yang meminta tolong kepada dirinya.Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah itu adalah suara ghaib dari istrinya yang sudah meninggal beberapa bulan yang lalu? Apakah saat ini arwah Ayana sedang menuntut balas?Arkan langsung tersadar seketika, ia terlihat sedang membuyarkan pikirannya sendiri dan bergerak lebih cepat untuk mencari sesuatu dibalik lukisan yang ada di dalam sana.Saat dirinya sedang membuka lukisan tersebut, tiba-tiba dia dikejutkan dengan penemuan saat ini. Ia menemukan secarik kain yang tersimpan di sana dan juga sebuah cincin yang ada di sana.Arkan terkejut saat melihat secerca kain yang disimpan Alana di kamar tersebut. Sebuah sobekan kain yang tak asing baginya."Kain ini sepertinya aku kenal, tapi milik siapa?" tanya Keenan dengan menatap heran ke arah kain tersebut.Tak ingin mengingat terlalu lama, Arkan pun akhirnya memasukkan kain tersebut ke dalam saku celananya.Tak lama setelah itu, ia melihat sebuah cin
Sudah ku duga, Mbak Alana pasti akan menghentikanku pergi saat ini. Wajar saja dia bersikap seperti itu kepadaku, mengingat apa yang saat ini tengah dilakukan oleh Mas Arkan yang sulit membagi waktunya untuk Mbak Alana."Ada apa Mbak?" tanyaku sambil aku hempaskan bokongku kembali ke atas kursi."Mas Arkan sudah mulai tidak adil denganku, aku juga istrinya, kenapa dia hanya memperhatikan dirimu akhir-akhir ini?" tanya Mbak Alana sambil menatapku sedikit kesal.Aku pun mengernyitkan dahiku, kenapa Mbak Alana berbicara seperti itu kepadaku? Kenapa tidak memprotes saja kepada Mas Arkan? Batin ku dalam hati."Lantas, kenapa Mbak Alana tidak protes saja sama Mas Arkan?" tanyaku sambil menatap wajah Mbak Alana yang terlihat gelisah, entah apa yang dipikirkannya saat ini."Bagaimana aku bisa protes? Mas Arkan seolah menjauhiku. Kau pun tau jika saat ini hubungan ku sama Mas Arkan memburuk sejak terakhir kali kita bertengkar," jawab Mbak Alana yang saat itu tengah menatapku curiga."Lalu?" tan