Alina benar-benar sangat ketakutan saat itu, dia merasakan ada hawa yang aneh di dalam gudang tersebut.Sementara itu, Azriel yang saat itu sudah mulai tersadar, membuat dirinya sedikit linglung saat dia tersadar dan melihat dirinya ada di dalam gudang.Arthan yang melihat tatapan adiknya saat ini mulai kosong, membuat dirinya segera membangunkan dirinya dari ketidak sadarannya."Azriel, bangunalah! Kau jangan biarkan pikiranmu saat ini kosong," ucap Arkan dengan menepuk kedua pipinya.Azriel lalu mendongak dan menatap wajah kakaknya yang saat ini terlihat mengatakan sesuatu tapi dia tidak mendengar apa yang dia katakan.Sementara Alina kini mulai mengamati semua satu persatu ruangan yang ada di sana, entah mengapa saat itu attensinya mengarah kepada sebuah tembok yang saat itu bagian tengahnya ada sebuah celah yang ditutup dengan batu bata.Alina dengan hati-hati melangkahkan kakinya menuju ke arah tembok tersebut. Namun, tiba-tiba dia merasakan ada yang janggal, buku kuduknya seketi
Arkan benar-benar sangat terkejut saat mendengar apa yang dikatakan oleh Alina saat ini."Kenapa kau tidak memperbolehkan aku untuk membuka pintu lemari ini?" tanya Arkan dengan menatap wajah Alina yang saat itu letakutan."Aku merasakan ada hawa yang aneh di sana, Pak," jawabnya dengan nada ketakutan.Arkan yang saat itu semakin penasaran denger lemari tersebut, segera membuka pintu lemari tersebut dan tidak lama kemudian, dia dikejutkan dengan isi yang ada di dalam lemari tersebut."Ya Tuhan, kenapa pakaian Ayana dan Rizka ada di sini?" Arkan terekejut saat melihat ada beberapa pakaian milik kedua istrinya berada di sana.Alina benar-benar sangat shock saat mendapati pakaian milik kakaknya ada di sana. Saat Arkan mau mengambil pakaian tersebut, dia dikejutkan kembali dengan hadirnya ular yang saat itu berada diantara pakaian milik kedua istrinya."Awas Pak, ada ular!" Alina mencoba untuk memberitahukan kepada Arkan saat itu.Arkan dengan cepat menghindar, setelah Alina mengatakan ad
Terlihat polisi itu mulai mencatat semua data yang diberikan oleh Arkan, sepertinya mereka saat ini sedang menaruh curiga kepada istri pertama Arkan, setelah mendengar keterangan dari Arkan.Namun, sebelum dia menemukan hasil dan bukti-bukti itu, akhirnya mereka pun memutuskan untuk tidak memberikan spekulasi tentang terduga dalam perencanaan pembunuhan yang dilakukan oleh Alana."Baiklah Pak, sepertinya keterangan Bapak sudah kami catat dan akan kami selidiki lagi." Polisi itu mulai mengakhiri percakapannya."Terima kasih Pak, jika ada yang mungkin kurang dari keterangan yang saya berikan kepada Bapak, Bapak bisa menanyakan lagi kepada saya," balas Arkan dengan tersenyum ke arah petugas tersebut."Baik Pak, untuk sementara ini dulu, kami akan bertanya jika kami memerlukan keterangan dari Bapak kembali," balas petugas tersebut dengan tersenyum.Arkan menganggukkan kepalanya dan tak lama kemudian, petugas itu pun berpamitan pergi."Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu," pamit petuga
Alina tersentak saat mendengar apa yang dikatakan oleh mama Elly saat ini.Sejenak dia pun terdiam dan tak mengatakan apapu untuk beberapa saat. Apa yang dikatakan oleh mama Elly memang itu benar, dirinya pada awalnya mengira bahwa mereka adalah pembunuh kakaknya dan ia ingin balas dendam kepada dirinya. Namun, apa yang terjadi? Ia salah sangka dengan mereka semua.Mama Elly yang melihat wajah Alina yang saat itu tampak terdiam, membuatnya berpikir jika apa yang dikatakan olehnya adalah benar dan dia mulai merasakan kekecewaannya."Apa yang aku katakan adalah benar, Alina? Aku kecewa kepadamu, jika kau masih berpikir jika aku dan Arkan adalah pembunuh kakakmu, kami tidak pernah berpikir untuk mencelakai apalagi membunuh kakakmu. Kamu sangat menyayangi dirinya," ungkap mama Elly menatap wajah Alina.Alina menatap wajah mama Elly yang saat ini terlihat sangat sedih, dia pun akhirnya mulai meminta maaf kepada dirinya."Maafkan aku Ma, awalnya aku memang mengira kalian adalah pembunuh kak
Alina menatap wajah Arkan yang saat ini terlihat sedang bingung dan mulai sedikit penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Alina saat ini.Saat Arkan meminta Alina untuk beristirahat dan dirinya sudah mulai tidak percaya dengan apa yang dikatakannya, ia pun merasa kecewa.Arkan tetap memaksa dirinya beristirahat dan menemani Alina hingga dia pun perlahan-lahan mulai terlelap dalam tidurnya.Saat Arkan mulai mendengar suara dengkuran halus dari hidung Alina, pelan-pelan dia pun bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas pergi meninggalkan kamar tidurnya.Arkan mulai melangkahkan kakinya menuju ke kamar tidurnya.Arkan yang sejak tadi kepikiran dengan ala yang dikatakan oleh Alina, membuat dirinya ingin segera mencari sesuatu di dalam kamarnya.Ketika Arkan mulai masuk ke dalam kamarnya, dia pun mulai mencari sesuatu di sudut-sudut kamarnya, tapi dia tidak menemukan apapun di sana.Ia pun mulai membuka lemari pakaian Alana. Namun, dia tidak bisa membuka lemarinya yang saat itu di kunci
Pertanyaan Azriel saat ini cukup mengejutkan Alina yang saat ini terlihat sangat gugup dan cemas.Alina terdiam dan terlihat sangat gugup ketika Azriel mulai mendesak dirinya."Kenapa kamu terdiam? Katakan sesuatu kepadaku, Alina!" Azariel menatap wajah Alina yang sudah terlihat gelisah."Aku ..., Aku ...," Alina terlihat tidak bisa mengatkan sesuatu lagi."Katakan saja, kenapa kau terlihat sangat gugup? Aku yakin jika saat ini kau pasti memiliki perasaan untuk kakakku, bukan?"Aliana menatap wajah Azriel yang saat ini terlihat sedang menunggu jawabannya."Tidak, Aku hanya menjalankan semua ini secara profesional.""Maksudmu?" Azriel menatap wajah Alina yang saat ini terlihat sangat gugup dan salah tingkah."Bukankah dia menikah denganku hanya karena menginginkan keturan saja? Aku mendapatkan bayaran yang cukup sebagai pengganti rahimku untuk melahirkan anaknya," jawab Alina yang saat ini terlihat sedang mengalihkan pandangannya ke arah lain."Kau kenapa berpikir seperti itu? Apakah a
Arkan benar-benar sangat terkejut saat menyadari jika dirinya ditelpon oleh sesuatu ghaib. Entah itu siapa yang saat ini sedang menelpon dirinya saat itu.Suster Mirna pun benar-benar heran dengan apa yang dikatakan oleh Arkan saat ini kepada dirinya."Maaf Pak, mungkin tadi ada orang yang iseng, sengaja menelpon Bapak dengan modus penipuan," ucap suster Mirna yang saat ini sedang menenangkan hati Arkan yang sedang kacau."Tidak Sus, itu adalah suara suster dan itu juga nomer telepon rumah sakit dan nomer telpon Suster Mirna yang saat itu sedang menghubungi saya. Aku ingat betul itu, Sus." Arkan mencoba untuk meyakinkan Suster Mirna yang saat ini tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh dirinya."Tapi Pak, tidak ada yang menghubungi Bapak, jika Bapak merasa yakin, Bapak bisa menanyakan kepada resepsionis di sini." suster Mirna berusaha untuk membuka pikiran Arkan saat ini, bahwa apa yang dikatakan oleh dirinya tidak benar.Arkan terdiam dan tidak mengatakan apapun saat ini.Sejuru
Arkan terkejut saat melihat istrinya yang saat ini terlihat sedang berdiri dan sudah siap untuk pulang ke rumahnya."Suster Mirna ada di mana? Aku perlu bicara," ucap Arkan dengan menatap wajah Alana yang saat ini terlihat sedikit menunjukkan sikap keanehan."Dia ada pasien, sebaiknya kita pulang saja, Mas," balasnya dengan tersenyum menatap wajahnya.Arkan yang saat itu tidak menaruh curiga, lantas percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Alana saat ini kepadanya."Ya sudah, kita balik saja sekarang!" Arkan lalu mengambil koper milik Alana dan bergegas menarik koper tersebut. Alana terlihat sedang tersenyum menyeringai, saat melihat semua rencananya mulai berhasil tanpa sedikit pun ada yang curiga.Dengan bantuan makhluk ghaib itu, akhirnya Alana berhasil pulang ke rumahnya lebih cepat.Arkan yang saat itu berjalan ke arah mobilnya, tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang saat itu mengikuti dirinya.WuzAngin tiba-tiba berhembus cukup kencang saat mobil miliknya dibuka. T