Setelah membunuh dan menumbalkan Ayana dengan cara kejinya, Alana bergegas meninggalkan tempat tersebut dan membiarkan daging mayat itu dimakan belatung yang kini mulai hinggap di tubuh Ayana secara ghaib.Alana sekilas menatap tubuh Ayana sudah dimakan makhluk-makhluk melata itu, membuat dirinya tak tahan dan memuntahkan isi perutnya.Ia kemudian berlari meninggalkan gubug itu dengan membawa toples besar berisi janin Ayana di sana. Alana lalu berjalan menuju ke arah mobilnya dan kini membuka bagasi mobilnya dan diletakkan toples itu di sana. Untuk menghilangkan kecurigaan suaminya, dia pun kini menuju ke arah panti asuhan untuk memberikan beberapa kotak makanan untuk para anak yatim di sana tanpa merasa bersalah sedikitpun setelah apa yang dilakukan olehnya.Sementara itu, pak Karto yang sudah selesai membetulkan mesin mobilnya, segera menutup kap mobilnya. Karena kelamaan membetulkan kap mobilnya, membuat dirinya tidak sadar jika Ayana telah keluar dari dalam mobilnya.Pak Karto l
Tubuh Arkan mulai merasakan gemetar, saat mendengar kalimat petugas itu kepadanya.Seketika tubuh Arkan merosot ke bawah dengan wajah mulai pucat pasi.Abraham yang saat itu melihat putranya sedang meraung saat dia menangis, seketika pak Abraham langsung datang menghampiri dirinya."Ada apa? Apa yang terjadi Arkan?" tanya pak Abraham dengan wajah bingungnya."Pak Karto dan Ayana telah mengalami kecelakaan Pa. Pak Karto dikabarkan telah tewas seketika di tempat kejadian," cerita Arkan dengan menangis tersedu di sana.Bagaikan disambar petir, tubuh Abraham langsung merosot ke bawah dan mulai memegangi jantungnya yang terasa sangat sakit ketika ia mendengar hal buruk yang saat itu tengah menimpa menantunya.Arkan yang saat itu melihat ayahnya yang tampak sedang merasakan jantungnya mulai kambuh, segera melakukan pertolongan pertama lalu menelpon ambulance untuk segera membawa ayahnya pergi menuju ke rumah sakit.Sementara itu, Arkan menitipkan ibunya kepada ustadz dan meminta bi Ina data
Malam pun telah tiba, suasana hening kian terasa di sana. Alana tampaknya sedang menunggu waktu yang tepat untuk memasak janin yang akan diberikan kepada seluruh penghuni rumah ini.Saat dia mengambil toples besar berisi sebuah janin, tiba-tiba ia mendengar suara jeritan tangisan bayi dalam ruang tidurnya.Alana tampak terkejut dan ketakutan pada awalnyaKeringat dingin tampak sudah membasahi tubuhnya kala itu, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang ada di sana, tak ada siapapun di sana, hingga membuat dirinya semakin yakin, jika suara itu adalah janin yang berada di dalam toples tersebut.OekOekOekKian lama kian terdengar suara tangisan bayi tersebut hingga membuat Alana merasakan bulu kuduknya mulai merinding.Alana melihat isi toples yang dibawanya, ia terkejut ketika toples tersebut mulai bergerak sendiri dan seperti ada yang menarik ke atas ingin segera membuka toples tersebut.Alana sekuat tenaga menutup toples yang saat itu sempat berputar bergerak sendiri hen
Alana meneguk ludahnya susah payah, ketika mendengar apa yang ditanyakan oleh suaminya.Apakaha yang harus dikatakan oleh Alana kepada suaminya saat ini?"Kenapa kamu terdiam? Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Arkan menatap istrinya yang termangu dalam lamunannya.Alana seketika terkesiap menatap wajah Arkan yang saat ini sedang menatap dirinya."Tidak, aku tidak sedang memikirkan apapun saat ini," jawab Alana dengan menggelengkan kepalanya dengan cepat.Ia kemudian melihat soup yang dimakan oleh suaminya sudah tinggal sedikit, ia pun berniat untuk mengambilkan soup itu untuk suaminya lagi.Arkan menangkap sesuatu yang aneh pada gelagat istrinya saat ini. Namun, ia tidak mengatakan apapun, ia pun mencoba untuk memperhatikan sikapnya terlebih dahulu."Mas, ini soupnya lagi." Alana memberikan mangkok berisi soup itu kepada suaminya.Arkan tampak memperhatikan Alana ya g sejak tadi tidak sedikitpun menyentuh soup yang dia buat sendiri."Duduklah!" titah Arkan kepada istrinya.Alana lalu
Bi Ratih lari terbirit-birit ketika mengingat apa yang terjadi di kamar Ayana. Nafas tuanya tampak sersengal-sengal saat dia kini terduduk diantara pelayan yang lain yang menolong dirinya setelah berteriak memanggil namanya."Minumlah Bi Ratih," ucap kang Dirman menatap wajah bi Ratih yang saat ini masih ketakutan.Wanita empat puluh lima tahun itu lalu menenggak minuman tersebut hingga tandas, matanya tampak kosong saat menatap semua pelayan yang tengah mengerumuni dirinya setelah ia mengalami peristiwa yang tak pernah dia alami sebelumnya."Katakan kepada kami, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Bi Ratih berteriak seperti itu?" tanya pak Dirman kembali menatap wajah bi Ratih yang saat ini terlihat mulai memucat."Aku melihat nona Ayana di dalam kamar itu menjadi sosok yang menyeramkan. Perutnya terbelak dan aku melihat wajahnya tampak sangat pucat. Dia menjadi hantu sekarang," cerita Bi Ratih yang membuat bulu kuduknya kembali berdiri.Semua pelayan tampak saling melempar pandangan
Setelah menemukan mayat Ayana dalam keadaan tragis, kini Arkan terpaksa harus mengabari keluarganya bahwa Ayana sudah ditemukan dalam keadaan sudah meninggal dunia.Ia meminta bantuan adiknya untuk mengurus prosesi pemakaman setelah otopsi sudah selesai.Sementara menunggu hasil otopsi dari pihak kepolisian, Arkan terpaksa harus menyusul mama dan Bi Ima di rumah Ustadz Azzam setelah mama Elly bersih keras untuk meminta pulang ke rumahnya.Setibanya Arkan di sana, semuanya tampak tak percaya, begitupun dengan mama Elly yang saat itu terlihat menangis histeris mengetahui menantu dan calon cucunya sudab dalam keadaan tak bernyawa lagi.Kematian orang yang sangat dicintai itu, membuat mama Elly enggan untuk makan walau hanya sekedar mengisi perutnya sedikit yang sejak pagi tadi belum terisi sama sekali.Arkan meminta bibi Ina untuk menghangatkan soup daging yang dibawanya dari rumahnya."Makanlah dulu Ma, baru kita akan pulang," bujuk Arkan sembari menyendokkan daging soup dari mangkoknya
Tak akan ada yang percaya jika Ayana saat ini sudah meninggal, dua hari yang lalu dia dalam keadaan baik-baik saja, tapi tiba-tiba kini bibi Mila mendapatkan kabar kematian keponakannya, tentu saja dia marah dan curiga dengan kematian Ayana yang saat ini menjadi misteri."Tenanglah Bi, semua orang juga tidak percaya dengan apa yang saat ini menimpa mbak Ayana. Polisi sudah menyelidiki kematiannya." Azriel berusaha untuk menenangkan bibi Mila yang saat ini terlihat sangat shock."Aku ingin melihat jenazahnya, aku harus menghubungi Alina, dia pasti sangat terpukul mendengar kematian kakaknya," ucap bibi Mila dengan menangis tersedu.Azriel menganggukkan kepalanya dan kini menunggu bibi Mila untuk menghubungi sadara Ayana untuk mengabarkan kabar duka yang baru diterimanya.KringKringKring Sambungan telepon itu langsung tersambung dan segera diangkat oleh Alina."Hallo, Alina," sapa bibi Mila dengan isakan tangisannya."Hallo, ada apa, Bi?" tanya Alina dengan nada bingungnya."Hallo Al
Perkataan mama Elly itu cukup membuat Alana tersentak dan sakit hati. Namun, kali ini dia harus berhati-hati dengan mama Elly yang saat ini tidak mudah lagi untuk ditakut-takuti."Ma, sebaiknya mama jaga bicara Mama. Alana juga menantu Mama, aku yakin suatu saat nanti dia akan memiliki keturunan. Bukan salah Alana jika sampai hari ini dia belum memiliki keturunan, Ma." Arkan mencoba untuk membela istrinya saat itu."Sebaiknya kita tidak usah membahas hal yang tak penting lagi, Arkan. Minggu depan aku akan memperkenalkanmu pada seorang wanita yang akan menggantikan Ayana sebagai istrimu.""Tapi Ma, Arkan belum memikirkan untuk menikah lagi," tolak Arkan dengan nada tegas."Tidak usah membantah, aku yakin kau tidak akan bisa mencari sendiri pengganti istrimu saat ini, jadi biarkan aku yang saat ini mencarikan istri untuk dirimu, Arkan." Mama Elly berkata dengan tatapan penuh intimidasi."Apa yang dikatakan oleh mama kamu benar, jika kamu masih mau menjabat sebagai CEO di perusahaan ini,