83. Penjelasan Bagian Dua"Vino?" Kalimat itu bukanlah sebuah panggilan, tetapi pertanyaan kepada sang pemilik nama yang baru saja disebutkan. Sang pemilik nama menatap intens gadis yang menatapnya penuh sesal sekaligus rasa bersalah. Tetapi, dia tahu bahwa gadis itu harus tahu apa yang selama ini terjadi padanya. "Inget waktu Dion telepon kamu, bilang kalau aku habis dikeroyok?"***Flashback Vino tersenyum lega ketika sudah selesai melakukan perintah Kelam untuk mengantarkan Kejora dengan selamat hingga ke rumahnya. Sebenarnya tanpa diminta pun Vino akan melakukannya dengan senang hati, sebab dia sudah menganggap Kejora sebagai adiknya. Mengingatnya yang menyandang status anak tunggal membuatnya kesepian. Sejujurnya, awalnya dia memiliki adik perempuan yang begitu manis. Hingga tragedi di mana adiknya mengalami kecelakaan tabrak lari di bangku kanak-kanak, membuatnya harus seperti sekarang. Karenanya, melihat Kejora membuatnya teringat akan mendiang sang adik. Ditambah lagi kebi
84. Memulai Lembaran BaruTangis Pita pecah saat itu juga ketika mendengar cerita dari putri semata wayangnya. Didekapnya punggung ringkih yang terus terlihat baik-baik saja selama ini. Bahkan gadis itu masih meneruskan ceritanya walau sudah tergugu, sulit mengeluarkan sepatah kata. Begitu terlukanya gadis itu selama ini. Mencoba tetap tegar di tengah hantaman ombak selama ini. Pita merasa tidak becus menjadi seorang ibu untuk Kejora. Selama ini dia pikir putrinya baik-baik saja. Walau dia tahu bahwa putrinya mengalami kesulitan berbaur untuk mencari teman, ia pikir kedatangan Kelam ke hidupan putrinya akan membantu. Tetapi tidak, putrinya masih butuh perlindungan dan penyemangat juga dari sosoknya sebagai ibu kandungnya. Tapi, Pita telah gagal."Kejora pikir semuanya akan baik-baik saja setelah aku menginjak usia remaja. Tetapi sama saja, Ma. Cacian dan gunjingan itu terus saja ada. Bahkan lebih buruk dari sebelumnya." Napas Kejora tersendat membuat rengkuhan Pita semakin menguat."K
85. Calon IstriKedatangan Kelam dengan Kejora di sekolah secara bersama membuat heboh satu sekolahan. Terutama fans Gladia yang selama ini mendukung gadis itu untuk mendekati Kelam. Tentu saja melihat salah satu pangeran sekolah mereka datang bersama dengan gadis umpanan empuk bully mereka menilbulkan tanda tanya besar di kepala mereka.Bisik-bisik dan argumen langsung menguap memperkirakan hubungan keduanya. Termasuk Gladia yang tampak mengerutkan dahi tidak suka melihat kedekatan Kelam dan Kejora. Ketiga sahabatnya yang berdiri di belakangnya tampak mengompor-ngompori gadis itu dan berhasil. Nyatanya kini Gladia turun dengan tergesa-gesa dari lantai dua dan langsung menemui sepasang remaja yang tengah berjalan beriringan dengan kedua tangan yang saling mengait."Apakah kisah mereka akan terulang kembali?""Yang benar saja. Tidak mungkin Kelam jatuh cinta dengan upik abu sepertinya.""Entahlah, tapi lihat tangan Kelam yang memegang tangan Kejora. Tidak ada yang tidak mungkin, lagian
86. Balikan? Kejora dibuat terkejut ketika langkahnya baru saja menginjak keluar kelas tetapi harus mendapati sosok Kelam yang menyandar pada dinding kelasnya. Ditambah lagi dengan tatapan yang mengarah kepadanya membuat Kejora ingin sekali pergi jauh dari sana. Sedangkan sang pelaku malah tersenyum kecil, dengan santainya digenggamnya tangan kiri Kejora dan membawanya menuju ke kantin. Meninggalkan Rai yang melongo, hanya bisa menatap kepergian mereka. Padahal, niat hati dia ingin pergi ke kantin bersama sepupunya tersebut. Jika tahu begini, dia juga meminta dijemput sang kekasih. "Ah resek emang," dengusnya membuat tawa Diana yang memang masih di dalam kelas terdengar. Menertawakan nasib gadis itu. "Diem lo cabe," ketus Rai. Dengan menghentakkan kakinya menahan kesal, dia berlalu menuju ke kantin seorang diri. Kembali kepada Kejora dan Kelam. Kedatangan mereka di kantin langsung menjadi pusat perhatian. Ditambah lagi dengan genggaman tangan Kelam pada tangan Kejora, berhasil men
87. DinnerMelihat keadaan kamarnya yang tampak lenggang membuat Kejora termangu di depan pintu kamar. Ingatannya menerawang, kembali mengingat kenangannya dengan Kelabu selama ini. Sosok khayalan yang selama ini menemaninya di saat sepi menyapa. Sosok yang berhasil membuatnya terhanyut ke dalam pesonanya. Sosok yang selama ini nyata dengan kesempurnaan yang dia miliki, bahkan sosok yang selama ini berhasil masuk ke dalam relung hatinya sebelum kedatangan Kelam.Menghela napas panjang. Lekas dihapusnya ingatan itu. Bukan karena dia marah atau bahkan menyesal mengenal sosok Kelabu. Tetapi karena dia teringat akan janjinya kepada sang mama untuk melupakan semuanya. Melupakan semua tindakan bodohnya yang bermain-main dengan imaji. Menggelengkan kepalanya, gegas Kejora menutup pintu kamarnya dan segera turun ke lantai dasar. Dicengkeramnya erat tas selempang yang dia kenakan. Bagaimana pun sekarang dia harus mulai bisa melupakan semua kenangan tersebut. Dia harus ingat akan dunianya sendi
88. Dimabuk Cinta"Ra."Kejora menoleh, menunggu ucapan Kelam yang ingin cowok itu ucapkan. Cowok itu mendekat, tanpa aba-aba mendekap tubuh mungil gadis itu. Berhasil membuat sang gadis mati kutu karena gugup. Ditambah lagi debaran keduanya yang semakin keras membuat keduanya sama-sama terhanyut dalam kehangatan. Rona merah menjalar pada kedua pipi Kejora, membuat gadis itu semakin manis di bawah sinar rembulan. "Makasih untuk malam ini," bisik Kelam. Kejora hanya mengangguk kecil, terlalu takut jika dia membuka suara, suaranya tergagap karena gugup. "Besok pagi aku jemput kaya biasa." Lagi-lagi Kejora hanya bisa mengangguk menurut. Kedua mata gadis itu terpejam ketika Kelam memberikan kecupan hangat di dahinya. Sekali lagi getaran itu membuat keduanya semakin terhanyut. Sebelum suara deheman dari seseorang membuat adegan romantis itu seketika hancur. "Bagus ya main nyosor-nyosor anak mama. Sudah siap kamu nikahin putri mama, Kelam?" Kelam menyengir lebar. Kepergok calon mertua
89. BerdamaiDi sinilah Kelam sekarang. Berada di lapangan sekolahnya yang amat luas. Berlari mengelilingi lapangan tersebut ditemani dengan seorang guru laki-laki dengan peluit di bibirnya yang terus bersuara, menyuruh Kelam untuk terus berlari. Kelam berdecak, dia mengusap dahinya dengan kasar. Mentari yang entah bagaimana bisa tiba-tiba bersinar dengan teriknya, padahal tadi pagi jelas-jelas langit kelabu menghiasi. "Sialan, kenapa tiba-tiba jadi panas gini sih," gerutunya seraya mengusap peluhnya yang telah membasahi kaos hitam yang melekat sempurna di tubuhnya. Dia memang sengaja menanggalkan baju seragamnya agar tidak ikut bau keringat nantinya. "Ayo dua putaran lagi!" Kelam semakin kesal ketika seruan dan suara peluit yang terus mengganggu indera pendengarannya. Karena tertangkap basah melamun di jam pelajaran Bu Tuti, dia berakhir dihukum seperti ini. Dan sialnya, ada Pak Joko yang terus mengawasinya sehingga membuatnya tidak bisa kabur dari hukuman. "Bagus. Besok lagi diu
90. Belajar Bersama"Ini soalnya pendek tapi kenapa caranya panjang bener dah."Basecamp kali ini telah diramaikan dengan gerutuan dan protessan dari bibir Dion, Risky, Gelang, dan Rai. Sedangkan Vino, Iqbal dan Kejora sudah beralih profesi menjadi mentor belajar mereka. Sebab nilai dan peringkat mereka jauh lebih unggul daripada yang lainnya. Sedangkan Kelam? Cowok itu tampak diam seraya menatap buku LKS yang jarang dia buka. Oh ayolah bahkan dia sentuh saja jarang. Sebenarnya dia ingin mengeluarkan sumpah serapah dengan materi mapel matematika yang tengah dia pelototi itu. Tetapi hanya untuk menjaga image di depan Kejora, cowok itu memilih diam dan seakan-akan mampu menguasai materi tersebut.Walau begitu ada sepasang mata yang tidak bisa dia bohongi. Vino menggeleng pelan melihat tingkah ketuanya itu. Dapat dia tangkap jelas dahi cowok itu yang tampak menegang sesekali mengerut karena menahan kekesalan. Walau begitu dia tidak mau membuat sang sahabatnya itu merasa malu karena kepur