Zaki langsung merasa terkejut dan panik mendengar ancaman itu. Dia segera berusaha menenangkan diri dan meminta informasi lebih lanjut kepada penelepon yang tidak dikenal itu. "Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan?" ujarnya dengan suara bergetar, mencoba menahan kepanikannya. Penelepon tersebut tidak menjawab, dan langsung mematikan teleponnya. Ketika di telepon kembali oleh Zaki, sudah tidak aktif. Zaki merasa semakin gelisah dan khawatir. Dia segera memanggil anak buahnya untuk memperkuat keamanan di sekitar markas dan memerintahkan untuk mencari tahu siapa yang telah meneleponnya dengan ancaman tersebut. Tanpa ragu, Zaki bersiap-siap untuk melindungi keluarganya dan menghadapi ancaman tersebut dengan tegas. Lalu saat itu Zaki menyuruh beberapa anak buahnya untuk mencari dua orang anak buahnya dan kedua orang tuanya, dan juga Zaki menyuruh beberapa anak buahnya untuk segera menghampiri rumahnya untuk menjaga keselamatan istri dan anaknya. Sementara Dengan cepat dan teliti, Zaki d
Dalam perjalanan bus yang panjang, Zaki terjaga dari tidurnya oleh mimpi buruk yang menghantui. Dia terbangun dengan terkejut, keringat dingin membasahi wajahnya. Dalam kegelapan malam, bayangan tragedi yang menimpa keluarganya masih memenuhi pikirannya. Meskipun berusaha keras untuk melupakan, kenangan itu terus menghantuinya seperti bayang-bayang yang tak pernah lepas. Dengan hati yang berat, Zaki terus melanjutkan perjalanannya ke tempat yang tak diketahui, mencari kedamaian yang mungkin tak pernah ditemukan. Suatu saat di dalam perjalanannya, Ketika bus tiba-tiba berhenti di tengah jalan yang sepi, kebingungan melanda semua penumpang. Zaki tetap tenang, tanpa terlihat tegang sedikitpun. Meskipun kejadian ini cukup aneh, Zaki tetap diam dan mencoba memahami situasi yang sedang terjadi. Saat itu ternyata supir berkata kepada para penumpang, bahwa di depan ada pohon tumbang. Meskipun para penumpang terkejut dan resah mendengar kabar tentang pohon tumbang di depan, Zaki tetap tenan
Setelah beberapa hari Zaki tinggal di kontrakan, Zaki, meskipun merasa lebih suka menyendiri, tetap menjaga sikap ramah dan sopan terhadap orang-orang di sekitarnya. Meskipun ada beberapa orang yang bersikap kurang baik kepadanya, Zaki memilih untuk tidak memperdulikan hal itu dan lebih memilih untuk mengalah demi menjaga kedamaian.Zaki menghabiskan waktu sebagian besar di kontrakan, merenungkan masa lalunya dan berusaha mencari kedamaian batin. Meskipun terkadang kesedihan masih melanda, Zaki berusaha untuk tetap kuat dan menjalani hidupnya dengan tenang. Pada suatu hari, Roni menelepon kepada Zaki, mananyakan kondisi Zaki, dan menanyakan kegiatan yang dilakukan Zaki, serta menanyakan masalah keuangan, barangkali Zaki memerlukannya. Roni: "Halo, Zaki. Bagaimana kabarmu? Apa kabar di tempat baru itu?" Zaki: "Halo, Roni. Kabar baik, terima kasih. Aku sudah cukup baik di sini. Hanya sedang menjalani kehidupan sehari-hari dengan tenang." Roni: "Baguslah kalau begitu. Apakah kau memb
Meskipun masih dirundung kesedihan yang mendalam, Zaki merasa sedikit lega bahwa dia bisa mencukupi kebutuhan hidupnya melalui pekerjaannya sebagai tukang sol sepatu. Setiap hari, dia sibuk dengan aktivitasnya, membawa kedamaian pada pikirannya yang gelisah.Meskipun bisnisnya sederhana, Zaki memperlakukannya dengan serius dan penuh dedikasi. Dia belajar untuk mensyukuri setiap langkah kecil yang dia ambil, karena itu membawanya sedikit lebih dekat pada pemulihan dari tragedi yang menimpa keluarganya.Ketika malam tiba, setelah sehari penuh bekerja, Zaki pulang ke kontrakannya dengan rasa lega. Meskipun masih terasa sendiri, setidaknya dia merasa memiliki tujuan dalam hidupnya, dan itu memberinya sedikit harapan untuk masa depan. Meskipun Zaki sudah lelah setelah seharian bekerja, dia tidak ragu untuk bekerja hingga larut malam sebagai tukang sol sepatu. Setiap pelanggan yang datang di tengah malam dihadapi dengan senyum ramah dan layanan yang baik dari Zaki. Baginya, setiap peluang
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Zaki melangkah mundur dari sepatu yang telah diperbaiki. Gangster itu tertawa dan berkata, "Bagus! Kamu sudah melakukan pekerjaan dengan baik, kakek. Sekarang jangan khawatir, keamananmu terjamin di sini."Meskipun didesak dengan ucapan tersebut, Zaki tetap diam dan tenang, tanpa menunjukkan sedikit pun rasa takut. Dia menyadari bahwa menunjukkan ketakutan hanya akan memberi kekuatan pada para gangster, sehingga dia memilih untuk tetap teguh dan tenang dalam situasi yang sulit seperti ini. Setelah para gangster pergi, Zaki melihat sekeliling kiosnya dengan hati-hati, memastikan bahwa tidak ada ancaman yang masih mengintai. Setelah yakin bahwa jalanan sudah aman, dia mulai membereskan kiosnya, menyusun kembali peralatan dan perbaikan sepatu yang sudah selesai. Dalam keheningan malam, dia menutup kiosnya dan mempersiapkan diri untuk kembali ke kontrakannya. Meskipun kejadian tadi meninggalkan kesan yang tak menyenangkan, Zaki tetap tenang dan tidak a
Lalu di malam hari, zaki memutuskan untuk tutup dulu lebih awal dan tidak akan mengikuti acara kebersamaan di pasar. Zaki merasa tidak nyaman setelah kejadian tadi dengan gengster, maka zaki memutuskan untuk kembali ke kontrakannya. Setibanya di kontrakannya, Zaki merasa lega dapat kembali ke lingkungan yang lebih tenang dan aman. Namun, pikirannya masih dipenuhi oleh peristiwa yang baru saja terjadi. Dia duduk di kursi kayu kecil di sudut ruangan, membiarkan pikirannya melayang ke arah yang berbeda."Dulu aku berusaha meninggalkan kekerasan dan dunia gengster untuk menemukan kedamaian," gumam Zaki dalam hati. "Tapi sepertinya, masa lalu itu selalu menghantuiku."Dia memejamkan mata sejenak, berusaha menenangkan pikirannya yang kacau. Namun, bayangan gengster yang menakutkan terus menghantuinya. "Apakah aku harus tetap diam dan terus menyembunyikan identitasku, ataukah aku harus berani menghadapi masa laluku?"Dalam keheningan malam, Zaki memutuskan untuk memikirkan keputusannya den
Lalu saat itu, Cakra sambil duduk di tengah-tengah ruangan yang gelap, wajahnya dipenuhi dengan ekspresi keganasan dan kekuasaan. Dia memanggil Bani, tangan kanannya yang setia, bersama beberapa anak buahnya untuk sebuah misi penting malam itu.Cakra: "Bani, malam ini, saya ingin kamu dan anak buahmu menyergap Maya. Kau tahu kan, malam ini biasanya dia pergi ke tempat teman-temannya untuk menjalani bisnisnya."Bani: "Siap, Bos."Cakra melanjutkan, suaranya penuh dengan otoritas dan ancaman yang tersirat.Cakra: "Dan yang lebih penting lagi, saya ingin kau memaksa Maya untuk menandatangi surat kuasa rumah mewahnya. Kalau dia menolak, ancam anaknya, Indri, untuk dibunuh. Kita sebagai gangster, tidak boleh memiliki belas kasihan, agar kita dapat ditakuti oleh siapapun."Anak buahnya mengangguk patuh, memahami betul perintah bos mereka. Mereka tahu bahwa tidak ada tempat bagi belas kasihan di dunia mereka, dan ketaatan pada perintah Cakra adalah kunci keberhasilan mereka dalam dunia keja
Setelah Kakek Zaki pergi, polisi tiba di lokasi dan langsung menghampiri Maya. Mereka memberitahu Maya bahwa mereka menerima laporan dari salah satu warga yang menyaksikan kejadian, dan segera menanyakan kepada Maya apa yang terjadi.Maya dengan cemas menjelaskan kejadian yang baru saja terjadi kepada polisi. Dia menjelaskan bagaimana mereka disergap oleh sekelompok gangster dan hampir menjadi korban kekerasan. Maya dengan tegas menyampaikan bahwa mereka berhasil lolos dari bahaya, dan dia tidak menyebutkan peran Kakek Zaki dalam menyelamatkan mereka.Polisi mencatat dengan seksama penjelasan Maya, dan mereka berjanji akan menyelidiki lebih lanjut masalah ini. Mereka juga memastikan bahwa Maya dan Indri aman, dan menawarkan bantuan lebih lanjut jika diperlukan.Maya merasa lega dapat berbagi informasi dengan polisi, dan dia bersyukur atas perlindungan yang diberikan oleh pihak berwajib. Meskipun masih terguncang oleh kejadian tersebut, Maya merasa lega bahwa mereka kini dalam amanah