Liang Zheng mengejar Liang Xue bukan sekadar karena cinta. Ada alasan lain yang jauh lebih mendalam dan mendesak.Ratu Langit Liang Xue bukan wanita biasa. Ia terlahir dengan tubuh unik, tulang kristal, sebuah anugerah langka yang hanya muncul sekali dalam beberapa ribu tahun. Wanita dengan tulang kristal memiliki takdir yang berbeda dari kebanyakan makhluk di dunia ini. Jika ia melahirkan keturunan dari ras iblis, maka anaknya akan menjadi Dewa Azura, makhluk yang lebih kuat dari iblis biasa. Jika keturunannya berasal dari manusia, anak itu akan mewarisi kekuatan iblis dan dewa sekaligus. Ia akan menjadi entitas yang melampaui batas dua dunia, seorang yang ditakdirkan untuk mendominasi.Dan Liang Zheng menginginkan itu. Ia ingin keturunan dari Liang Xue.Di hadapan Liang Xue, ia tetap mempertahankan sikap lembut dan perhatian. Liang Xue masih kehilangan ingatan, dan itu adalah celah yang bisa ia manfaatkan. Ia hanya perlu menunggu saat yang tepat untuk menanamkan kebohongan-keboh
Tidak ingin menimbulkan kecurigaan dari Dewa Langit Surgawi, Liang Zheng menggunakan segel formasi teleportasi untuk mengantarkan Liang Xue yang masih tak sadarkan diri kembali ke kamarnya. Cahaya keunguan berkedip samar sebelum sosok mereka lenyap dari tempat itu.Begitu tiba, Liang Zheng membaringkan tubuh Liang Xue di atas ranjang berlapis sutra, memperhatikan wajahnya yang tenang dalam tidurnya. Namun, sorot matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam, hasrat, ambisi, dan keinginan yang berakar kuat di hatinya.Tanpa ragu, ia mencabut beberapa helai rambut Liang Xue dan menggenggamnya erat di antara jemarinya. Sebuah sihir kuno segera tertanam dalam helai-helai itu, mengikat emosi dan pikirannya agar Liang Xue tidak akan pernah membencinya, tidak peduli apapun yang terjadi."Xue'er…" bisiknya pelan, suaranya sarat dengan obsesi yang semakin mendalam.Ia menundukkan kepala, menyentuhkan bibirnya ke bibir Liang Xue. Begitu bibir mereka bersentuhan, sebuah gelombang energi dahsyat m
Di Alam Manusia, Qing Peng telah pulih sepenuhnya setelah mengalami luka dalam pertempuran sebelumnya. Meski begitu, Xuan Li tidak memberinya banyak waktu untuk bersantai. Hari ini, mereka harus kembali bergerak.Tanpa banyak bicara, Xuan Li melangkah ke depan, matanya menatap datar ke cakrawala. Ia lebih nyaman menyusun rencana dalam diam, menimbang langkah yang harus diambil tanpa harus menjelaskan semuanya pada Qing Peng. Bukan karena ia tidak mempercayai pemuda itu, tetapi karena ada batasan dalam seberapa banyak orang lain boleh mengetahui dirinya.Qing Peng, yang mengikuti di belakangnya, sesekali melirik ke arah Xuan Li. Ia ingin bertanya sesuatu, tetapi melihat ekspresi datar di wajahnya, ia mengurungkan niatnya.Mereka melayang di udara menggunakan artefak perahu terbang milik Xuan Li. Di sepanjang perjalanan, pemandangan yang mereka saksikan sungguh mencengangkan. Bukannya kehidupan yang semarak, melainkan kehampaan yang mencengkeram setiap sudut tanah yang mereka lintasi
Qing Peng langsung bersiaga. Napasnya sedikit tertahan, tubuhnya menegang. Ia melirik ke sekeliling, tetapi yang terlihat hanya reruntuhan sunyi dan bayangan yang merayap di balik rumah-rumah setengah roboh.Xuan Li tetap diam, sorot matanya tajam. Ia mengamati satu titik di ujung desa, tempat bayangan samar terlihat sekilas sebelum lenyap."Tuan, apakah itu... orang dari Alam Bayangan?" tanya Qing Peng dengan suara tertahan.Xuan Li tidak menjawab. Ia melangkah perlahan, menyelidiki energi yang meresap di udara.Bayangan itu kembali bergerak, lalu menghilang di balik bangunan yang nyaris ambruk.Seketika, Xuan Li berkelebat. Tubuhnya melesat bagai kilat, mendekati tempat bayangan itu menghilang. Qing Peng, meski ragu, segera mengikuti di belakangnya.Begitu tiba, Xuan Li menekan telapak tangannya ke tanah. Gelombang energi merambat dalam keheningan, menyapu setiap celah dan ruang tersembunyi di sekitar mereka.Rintihan lirih terdengar dari dalam reruntuhan.Xuan Li mengangkat alis. I
Xuan Li menyipitkan mata. Energi di tempat ini begitu pekat dengan aura kematian dan penderitaan. Ribuan roh berkeliaran di sekitar formasi, terperangkap dalam siklus abadi yang mengerikan. Mereka berbisik dalam bahasa yang tidak bisa dipahami, namun isinya jelas: keputusasaan, kesakitan, dan kebencian."Kau benar-benar ingin menembus inti formasi ini?" suara Wu Hei terdengar di benaknya, dipenuhi nada skeptis."Jika tidak dihentikan sekarang, ritual ini akan selesai, dan kita akan menghadapi ancaman yang jauh lebih besar." Xuan Li tetap tenang. "Aku tidak punya pilihan lain."Wu Hei terkekeh. "Kau tahu ribuan roh ini tidak akan membiarkanmu begitu saja, bukan?""Aku tahu. Karena itu, aku akan menggunakan kekuatan pengendalian jiwa untuk menekan mereka." Xuan Li menarik napas dalam-dalam, memusatkan kesadarannya. Ia merasakan gulungan pengendalian jiwa yang tersimpan dalam kesadarannya mulai bergetar, seakan merespons niatnya.Saat ia mulai merapal mantra kuno, cahaya biru keperakan
Xuan Li tidak segera menjawab. Matanya tertutup, aliran energi spiritual masih berputar di sekujur tubuhnya. Beberapa saat kemudian, ia menarik satu pil dari dalam cincin penyimpan. Pil itu mengeluarkan aroma pahit dan dingin yang menyebar dengan cepat.Dengan satu gerakan cepat, ia menelan pil itu.Gelombang energi mengalir seperti ombak ke dalam meridian tubuhnya, mengisi retakan yang terbentuk setelah pertarungan mental di dalam formasi bayangan. Urat-urat spiritualnya yang sempat bergetar kembali stabil. Aura dingin di sekitarnya perlahan-lahan mereda.“Jangan panik. Aku masih hidup,” ucap Xuan Li akhirnya. Suaranya datar, tetapi tidak selemah sebelumnya.Qing Peng menghela napas lega. Ia menjatuhkan diri duduk di sampingnya. “Formasi itu... sangat menakutkan. Aku merasa hawa kematian masih tertinggal di tanah.”Xuan Li membuka matanya, dan sejenak pupilnya masih memantulkan bayangan dunia kelam tempat sebelumnya ia masuk. “Itu memang bukan formasi biasa. Itu bagian dari jaring
Xuan Li terus menyerap setiap potongan informasi yang tersebar di udara Kota Bambu Utara. Obrolan pedagang, bisik-bisik para pengelana, dan percakapan di kedai teh menjadi jalinan benang-benang kecil yang menyingkap gambaran besar yang selama ini tersembunyi. Ia duduk tenang, namun kesadarannya tajam seperti bilah pedang yang tidak pernah berkarat.Semua kabar yang penting sudah terekam jelas dalam ingatannya. Ia memilah dengan cepat: rumor hilangnya para tetua sekte, gerakan ganjil di perbatasan, serta kabar tentang formasi-formasi bayangan yang semakin sering ditemukan. Setiap informasi ia simpan, bukan hanya dalam ingatan, tetapi juga dalam intuisi tajamnya.Qing Peng muncul dari balik kerumunan, matanya menyapu sekeliling sebelum berhenti tepat di wajah Xuan Li. Ia mengangguk pelan, memberi isyarat bahwa penginapan sudah siap."Mari, Tuan. Aku sudah menemukan tempat yang tak mencolok, cukup tinggi untuk mengawasi jalan utama dan... cukup sunyi untuk berbicara jika dibutuhkan."X
Alunan seruling itu terdengar lembut, bahkan hampir biasa bagi telinga orang awam. Namun di telinga Xuan Li, tiap nada bagaikan garis tipis yang menembus kesadaran, membawa gelombang energi pemanggil yang samar namun dalam.Ia duduk diam di balik jendela kamar penginapan."Ini bukan suara seruling biasa," pikirnya. Suaranya tidak terdengar, tetapi pikirannya penuh dengan kewaspadaan.Bagi sebagian binatang roh atau makhluk dari garis darah murni, alunan ini mungkin hanya akan memancing rasa tidak nyaman. Namun bagi makhluk dengan darah warisan, seperti klan ular, efeknya bisa jauh lebih dalam, seolah-olah suara itu membangkitkan sesuatu yang tersembunyi, sesuatu yang tertidur dalam darah mereka sendiri.Qing Peng yang sedari tadi duduk bersila di sudut ruangan, tampak mulai gelisah. Matanya menyipit, keringat dingin mengalir di pelipisnya. Tangan kirinya bergetar, menekan pelipis seakan sedang menahan sesuatu yang ingin keluar dari dalam dirinya.Xuan Li segera berdiri dan menghampir
Xuan Li berdiri diam, namun matanya menajam. Ia mencium aroma samar dari tubuh Gu Ziyan, lembut, manis, namun bukan wangi bunga biasa. Aromanya menenangkan, seolah membawa ketenangan yang mengikis riak kegelisahan dalam hatinya. Sejenak, pikirannya yang tajam dan penuh perhitungan itu terhenti. Hatinya diam-diam terusik.Gu Ziyan menyadari Xuan Li tak bergerak, tak juga menjauh. Itu cukup baginya sebagai isyarat.Ia mendekat tanpa ragu. Langkahnya ringan namun penuh maksud. Tubuhnya menyentuh dada Xuan Li, dan ia menatap langsung ke matanya tanpa malu-malu."Aku tahu kamu bukan orang biasa," bisik Gu Ziyan dengan senyum kecil di sudut bibirnya. "Tapi entah kenapa... aku ingin membuatmu terusik."Xuan Li menatap balik. Matanya gelap, namun tak ada kemarahan di sana. Hanya kehati-hatian.Tangannya bergerak, menahan pinggang Gu Ziyan. Ia menarik tubuh gadis itu ke pelukannya, bukan dengan kasar, tetapi tegas."Aku bukan pria yang bisa kau jadikan mainan," ucap Xuan Li datar. Suaranya da
Gu Ziyan melangkah cepat keluar dari ruang kerja ayahnya. Raut wajahnya cemberut. Ia menahan kekesalan yang membakar di dadanya.“Ayah benar-benar berubah... hanya karena satu orang asing,” gumamnya pelan, hampir seperti dengusan.Langkahnya membawa dia ke taman bagian timur Istana Bunga, tempat sebuah kolam teratai terhampar tenang. Ia duduk di atas sebongkah batu, menyilangkan kaki dan memungut kerikil kecil. Dengan gerakan cepat, dilemparkannya kerikil itu ke tengah kolam. Riak air melingkar pelan, namun tak mampu meredakan amarah dalam hatinya.Beberapa saat kemudian, langkah ringan terdengar mendekat.“Putri Ziyan,” suara lembut seorang pelayan perempuan memanggil. Ia membungkuk dalam, lalu berdiri di sisi sang putri.“Aku tidak butuh hiburan, Alin. Jangan coba-coba menghiburku dengan kata-kata kosong,” kata Gu Ziyan tanpa menoleh.Alin, pelayan pribadinya sejak kecil, mengenal betul perubahan suasana hati tuannya. Ia tak berkata apa-apa lagi, hanya berdiri menemani dari belakan
Chu Niu Niu menatap Xuan Li yang berdiri diam di lorong panjang Istana Bunga. Wajah pemuda itu tetap datar, tapi sorot matanya menggelap, seperti menyimpan banyak hal yang tak bisa ia ucapkan begitu saja.Chu Niu Niu ingin bertanya, namun ragu. Ia tahu saat seperti ini bukan waktu yang tepat untuk menyentuh sesuatu yang mungkin akan memicu ledakan di dalam hati Xuan Li.Setelah mengantar mereka ke kamar tamu yang telah disiapkan, Chu Niu Niu berpamitan."Aku harus kembali bertugas. Istana ini tak bisa ditinggal terlalu lama," katanya singkat.Xuan Li hanya mengangguk tanpa banyak bicara. Ia tahu, Chu Niu Niu bukan tipe yang suka mengeluh, apalagi dalam keadaan genting seperti sekarang. Sebagai panglima penjaga istana, tugasnya tidak ringan. Setiap hari ia harus mengelilingi istana, memastikan keamanan tetap terjaga, terutama sejak ancaman dari makhluk-makhluk spiritual kian sering muncul belakangan ini.Begitu Chu Niu Niu menghilang di balik lorong, Xuan Li masuk ke dalam kamar dan d
Xuan Li berhenti melangkah. Hawa aneh menyusup perlahan di balik udara, samar tapi terasa nyata. Seperti napas makhluk yang bersembunyi di kegelapan, menahan diri untuk tak terendus.Tanpa berkata, ia menarik seutas jarum perak dari lengan bajunya. Satu aliran energi spiritual mengalir tajam ke ujung jarum. Ia melemparkan jarum itu ke salah satu sudut lorong yang terlihat kosong.Zreet!Terdengar suara mencicit seperti logam yang menggores daging, lalu teriakan melengking menggema di dinding batu.Bayangan hitam yang sebelumnya tak tampak kini perlahan muncul dari udara tipis. Bentuknya kabur, namun mata merahnya menyorot ke arah mereka dengan penuh kebencian. Gigi-giginya panjang dan rapat, kulitnya berdenyut seperti daging busuk.Chu Niu Niu tertegun. “Apa itu...?”Xuan Li menjawab datar. “Iblis Hati.”Makhluk itu mendesis. “Heh... jadi kau bisa menciumku, manusia... atau... bukan?”Xuan Li tidak menanggapi. Jarinya bergerak cepat, membentuk segel.Makhluk itu bergetar, lalu tertawa
"Chu Niu Niu!"Di ujung lorong, seorang gadis bergaun merah menyala melangkah santai. Di matanya yang sipit, tampak binar nakal. Bibirnya tersenyum, namun auranya membawa tekanan samar yang menusuk kulit.Gu Ziyan.Putri tunggal Gu Nangrong.Orang yang paling tidak ingin ditemui Chu Niu Niu saat ini.Chu Niu Niu segera membungkuk hormat, suaranya kaku. "Salam hormat, Putri."Gu Ziyan hanya mengangkat alis, tidak terlalu peduli. Matanya langsung mengarah pada Xuan Li.Tatapannya terang-terangan, seolah menguliti pemuda itu dari kepala hingga kaki."Ini yang katanya tamu baru itu?" gumamnya, suaranya ringan, tapi penuh rasa ingin tahu.Xuan Li menatapnya sekilas.Dalam sekejap, dia merasakan ada sesuatu yang salah. Aura Gu Ziyan dipenuhi energi iblis, tapi bukan berasal dari darahnya. Itu seperti racun spiritual yang meresap diam-diam ke dalam tubuh.Matanya menyipit.Gangguan dari luar?Berbahaya kalau dibiarkan.Gu Ziyan melangkah lebih dekat, jaraknya hanya beberapa langkah dari Xuan
Langkah kaki Xuan Li bergema pelan di lorong batu, diapit oleh Chu Niu Niu di satu sisi dan Mo Xiang di sisi lain. Tubuh Mo Xiang masih lemah, tetapi auranya perlahan stabil.Chu Niu Niu memimpin mereka tanpa banyak bicara. Tujuannya jelas: membawa mereka ke hadapan Raja Gu Nangrong, pemimpin Istana Bunga.Udara di sepanjang jalan terasa berat, seolah ada banyak tatapan tersembunyi mengawasi. Setiap mereka melangkah, bayangan-bayangan di balik pilar dan koridor bergerak. Para penghuni istana bunga bermunculan, memperhatikan mereka dengan berbagai ekspresi.Sebagian hanya mengangguk sopan kepada Chu Niu Niu, memberi hormat singkat. Namun lebih banyak lagi yang melirik dengan tatapan mencibir, seolah keberadaan Xuan Li dan Mo Xiang adalah noda dalam kemuliaan istana ini.Xuan Li menatap mereka sekilas. Mata hitamnya tetap tenang, tidak memperlihatkan sedikit pun reaksi. Dalam hatinya, ia sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini.‘Kuat, maka dihormati. Lemah, maka diinjak.’Aturan d
Tubuh Xuan Li perlahan membangkitkan napas baru.Tubuh giok miliknya bukan tubuh biasa. Ia lahir untuk menyerap energi spiritual dalam jumlah besar, lebih banyak daripada tubuh kultivator biasa mana pun.Saat ia bermeditasi di tepi kolam spiritual, air berkilau di hadapannya bergetar, lalu surut drastis. Energi murni di dalam kolam itu seperti sungai yang kehilangan hulunya, mengalir deras ke dalam tubuh Xuan Li.Tak butuh waktu lama, permukaan air di kolam mulai surut, warnanya memucat.Xuan Li membuka matanya sedikit."Aku sudah menyerap seluruh kolam ini..." pikirnya dalam hati.Namun rasa lapar pada tubuh gioknya belum sepenuhnya terpuaskan.Tanpa banyak pertimbangan, ia melangkah ke kolam kecil lain di sebelahnya. Aura kolam itu serupa, murni, kaya, dan berbahaya bagi siapa pun yang tidak siap.Ia duduk bersila lagi.Tubuhnya secara alami mulai menarik energi spiritual, seperti pusaran air di tengah badai. Kali ini, lebih rakus daripada sebelumnya.Di sudut lain lembah, di tempat
"Bantu aku memperbaiki segel," ucap wanita itu dengan nada datar. "Sebagai gantinya, aku memberimu tempat berlindung... dan perlindungan."Xuan Li menatap lurus ke matanya.Yang ia lihat bukan kehangatan, bukan ketulusan, melainkan ketenangan liar, seperti binatang buas yang sudah lama berdamai dengan bau kematian.Ia tahu tawaran ini berbahaya.Namun di belakangnya, makhluk pengisap jiwa masih mengelilingi. Menunda berarti mengantar diri ke kematian dan Mo Xiang tidak akan bertahan."Baik," jawab Xuan Li pendek.Wanita itu mengangguk ringan, lalu berbalik."Ikuti aku."Riak formasi di depannya mengembang, membuka jalan seperti air yang terbelah.Xuan Li menyesuaikan beban Mo Xiang di punggungnya, lalu melangkah masuk.Begitu melewati batas formasi, hawa berat dan tekanan jiwa dari luar lenyap seperti kabut yang tersapu angin.Pemandangan berubah drastis.Tanah tandus berganti dengan padang luas berselimut kabut tipis. Pohon-pohon asing tumbuh di mana-mana, akarnya menancap kuat pada
Xuan Li belum jauh meninggalkan platform batu ketika suara jeritan maut menghantam telinganya.Ia menoleh sekilas.Salah satu anggota Alam Bayangan yang sebelumnya masih hidup kini menggeliat dalam cengkeraman makhluk hitam raksasa. Tubuh makhluk itu berbentuk kabut pekat, menggumpal seperti asap, dengan kilatan merah samar di dalamnya.Dalam sekejap, tubuh anggota Alam Bayangan itu mengering. Energi hidup dan seluruh kultivasinya diserap bersih, meninggalkan kulit keriput yang hancur menjadi debu.Makhluk itu tidak berhenti.Ia membungkuk, menyapu tubuh satunya yang sudah mati. Sisa energi spiritual yang belum sepenuhnya lepas ikut tersedot habis. Tidak ada yang tersisa. Hanya darah dan debu yang perlahan menghilang terbawa angin.Xuan Li mengeraskan ekspresi.Ia mempercepat langkah, tubuhnya berubah menjadi bayangan kabur. Setiap langkahnya ringan, seperti menginjak udara.Namun...Makhluk itu mengangkat kepalanya. Dua titik merah pekat, seperti mata tanpa bentuk, berkedip di dalam