Calon janin spiritual di tubuh Bai Xian, yang telah berusia satu purnama, kini mulai menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Keadaan janin yang sebelumnya sangat bergantung pada asupan energi dari Xuan Li, kini sudah mampu menyerap energi spiritual dari alam secara mandiri. Hal itu membawa perasaan lega bagi Xuan Li, karena proses pertumbuhannya semakin membaik dan tidak memerlukan perhatian intensif seperti sebelumnya.Di sisi lain, kondisi fisik Bai Xian juga semakin pulih. Ia kini bisa bergerak lebih leluasa, meskipun masih ada waktu yang dibutuhkan untuk benar-benar pulih sepenuhnya. Kini, di antara mereka, ada ikatan yang semakin kuat, tidak hanya sebagai suami istri, tetapi juga sebagai pasangan yang saling mendukung di jalan kehidupan spiritual dan fisik.Seiring berjalannya waktu, Xuan Li tak hanya fokus pada kesehatan Bai Xian. Ia juga mengajarkan berbagai teknik kultivasi dan pengobatan untuk memperdalam pengetahuan dan kemampuan Bai Xian. Meskipun Bai Xian sudah s
Setelah mendapatkan persetujuan dari Bai Xian, Xuan Li bersiap untuk meninggalkan Istana Phoenix. Sebelum pergi, ia memutuskan untuk meminta izin kepada Feng Ru dan para tetua Klan Phoenix. Meskipun ia tidak terbiasa melakukan hal seperti ini, ia memahami bahwa Bai Xian dan anak mereka akan tetap berada di sini, dan ia ingin memastikan semuanya dalam keadaan aman.Feng Ru menatap Xuan Li dengan penuh kebijaksanaan. "Jangan khawatir tentang Bai Xian dan keturunanmu. Kami akan menjaga mereka sebaik mungkin," katanya dengan suara tenang namun penuh keyakinan. "Sebagai nenek, sudah menjadi tugasku untuk melindungi Bai Xian. Pergilah dengan tenang."Xuan Li mengangguk, menghargai kata-kata Feng Ru. Tanpa banyak bicara lagi, ia berbalik dan berjalan menuju kamarnya untuk berpamitan dengan Bai Xian dan bayi spiritual mereka.Saat ia masuk ke dalam kamar, Bai Xian sudah menunggunya. Ia duduk di tepi tempat tidur, tangannya membelai perlahan bola energi bercahaya yang merupakan bayi spiritua
Xuan Li dan Qing Peng tetap berdiri di tempat, tidak menunjukkan tanda-tanda panik meskipun tekanan dari pertarungan yang terjadi di kejauhan mulai terasa hingga ke titik mereka berada. Xuan Li menyipitkan mata, mengaktifkan mata spiritualnya untuk melihat lebih jelas.Yang bertarung di sana bukanlah orang biasa. Kedua sosok itu memiliki aura yang serupa, gelap dan mencekam, penuh dengan dendam."Alam Bayangan..." gumam Xuan Li pelan, nyaris tanpa suara.Qing Peng, yang berdiri di sampingnya, langsung merasakan perubahan kecil dalam ekspresi Xuan Li. "Kita tidak seharusnya terlibat. Mari kita pergi," usulnya tanpa ragu.Xuan Li mengangguk. Tidak ada keuntungan dalam ikut campur urusan orang-orang Alam Bayangan, apalagi jika mereka berasal dari faksi yang sama dan sedang bertarung satu sama lain. Tetapi, sebelum mereka sempat bergerak, angin tajam menerjang, disertai suara robekan udara yang mengancam.Dalam sekejap, dua sosok yang tadi bertarung telah muncul di hadapan mereka. Mereka
Dua anggota Alam Bayangan itu tersungkur di tanah, napas mereka tersengal-sengal. Di bawah tekanan spiritual Xuan Li, tubuh mereka bergetar hebat, wajah mereka penuh luka, dan darah segar mengalir dari sudut bibir mereka.Xuan Li menatap mereka dingin. "Katakan. Apa rencana Alam Bayangan?"Pria tinggi berkulit gelap itu menggertakkan giginya, matanya menyala dengan kebencian. "Kau pikir kami akan mengkhianati Alam Bayangan? Hahaha... Kau hanya buang-buang waktu."Xuan Li tidak menanggapi. Dia mengangkat tangannya, jari-jarinya membentuk segel yang segera melepaskan tekanan spiritual yang lebih besar. Tanah di sekitar mereka bergetar, udara seolah-olah tertarik ke satu titik, menciptakan hisapan yang mengerikan. Pria bercodet mengerang, tubuhnya melengkung kesakitan."Jawab atau mati," ujar Xuan Li datar, matanya setenang dan sedalam jurang tak berdasar.Namun, sepertinya harapannya sia-sia. Kedua pria itu tiba-tiba menegang, tubuh mereka membeku seperti patung. Mata mereka yang penuh
"Berhati-hatilah, Xuan Li. Kita bersiap sekarang!" seru Yan Hui dengan sikap waspada. "Emm." Xuan Li mengangguk, ia menggenggam pedangnya dengan erat. Napasnya berat, bukan hanya karena rasa takut, tetapi juga karena ini adalah pertama kalinya ia berburu binatang roh. Nyawa ayahnya tergantung pada kristal roh itu, dan ia harus mendapatkannya, apa pun risikonya. Tiba-tiba, tanah bergetar. Dari balik kegelapan hutan, sepasang mata merah menyala muncul, diikuti raungan dahsyat. Naga Hitam, makhluk buas dengan sisik gelap mengkilat, menyerbu dengan kecepatan yang sulit diprediksi. Bau manusia memancing insting berburunya sehingga pertarungan tidak mungkin terhindarkan. Adrenalin Xuan Li melonjak. Dengan gerakan gugup, ia mengayunkan pedangnya. Namun, kekuatannya terlalu kecil. Serangan itu hanya menggores sisik keras Naga Hitam dan membuat makhluk itu semakin murka. “Arrggh!” Tubuh Xuan Li terpental, menghantam batu besar hingga darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Ia terus
Jauh di dalam lautan kesadarannya, Xuan Li mengalami keadaan yang sulit. Bayangan masa lalu bersama orang-orang yang ia sayangi datang seperti nyata. Dengan ujaran kebencian, mereka mendorong tubuhnya yang terikat oleh rantai hingga terjatuh ke dalam lautan tenang tak berujung.Di tengah keputusasaan, ia mencoba melepaskan diri dari rantai yang membelenggunya. Usahanya berhasil. Namun, rantai yang hancur berubah menjadi bayangan hitam dengan mata merah menakutkan mencekiknya."Si-siapa kamu?" Xuan Li merasa nafasnya dan daya hidupnya terhisap oleh makhluk menyeramkan itu."Serahkan jiwamu dengan patuh. Sebagai gantinya, aku akan membalaskan dendamu. Hahaha.""Tidak! Aku tidak sudi dikendalikan olehmu." Xuan Li berusaha keras untuk melepaskan diri, tapi sepertinya usahanya sia-sia."Hidupku benar-benar sudah berakhir."Pandangannya mulai meredup. Saat hampir mati ia melihat cahaya terang yang menekan bayangan hitam. Cengkeramannya terlepas, namun ia tidak bisa merasakan apapun lagi sel
Di penghujung tahun kelima berada di Gunung Tulang Naga, Xuan Li akhirnya akan segera meninggalkannya. Ia dan gurunya berjalan menuruni gunung. Sekilas pandang, langkah mereka seolah lamban, tetapi hanya dalam sekejap, jarak ratusan meter sudah mereka lewati.Setelah tiba di kaki gunung, Tabib Hantu Wu menghentikan langkahnya, menatap Xuan Li sejenak, lalu ia berkata, “Ingatlah, dunia luar penuh tipu daya. Gunakan semua ilmu yang kuajarkan seperlunya saja. Jangan terlalu percaya pada apa yang terlihat oleh mata, karena kebenaran seringkali tersembunyi jauh di balik penampilan.”Xuan Li menundukkan kepalanya dalam-dalam lalu menyatukan kedua tangannya sebagai tanda penghormatan.“Aku akan selalu mengingat nasihatmu, Guru.”"Pergilah!" Tanpa menunggu balasan, pria tua itu berbalik dan mulai kembali mendaki gunung. Ia tidak menoleh lagi untuk menyembunyikan segala perasaan berat di hatinya. Di dalam dadanya, ada kesedihan yang mendalam, tetapi ia tidak ingin muridnya melihatnya. Saat in
Xuan Li bisa saja melawan dan menjatuhkan penyandera itu dengan mudah. Namun, ia memilih untuk menahan diri. Wanita itu terluka, dan dalam situasi seperti ini, lebih baik tidak menambah musuh baru."Jangan khawatir."Suara Xuan Li yang rendah tidak membuat wanita itu menurunkan pedangnya, meski kewaspadaannya sedikit mengendur. Di luar kamar terdengar suara langkah kaki mendekat dan tidak lama kemudian pintu diketuk dari luar. Ketegangan kembali terasa, penyandera memberi tatapan tajam pada Xuan Li sebelum akhirnya kembali bersembunyi. Seorang pelayan berdiri di depan pintu dengan satu nampan penuh makanan lezat. Xuan Li tidak membiarkannya masuk."Berikan padaku!" Xuan Li mengambil nampan berisi makanan dengan satu tangannya. "Kamu boleh pergi!"Xuan Li menarik nampan itu dengan cepat, lalu segera menutup pintu sebelum pelayan sempat berkata lebih jauh. Ia lalu berjalan ke sebuah meja kayu dan meletakkan nampan yang dibawanya. Masih dengan sikapnya yang santai, ia duduk di lantai
Dua anggota Alam Bayangan itu tersungkur di tanah, napas mereka tersengal-sengal. Di bawah tekanan spiritual Xuan Li, tubuh mereka bergetar hebat, wajah mereka penuh luka, dan darah segar mengalir dari sudut bibir mereka.Xuan Li menatap mereka dingin. "Katakan. Apa rencana Alam Bayangan?"Pria tinggi berkulit gelap itu menggertakkan giginya, matanya menyala dengan kebencian. "Kau pikir kami akan mengkhianati Alam Bayangan? Hahaha... Kau hanya buang-buang waktu."Xuan Li tidak menanggapi. Dia mengangkat tangannya, jari-jarinya membentuk segel yang segera melepaskan tekanan spiritual yang lebih besar. Tanah di sekitar mereka bergetar, udara seolah-olah tertarik ke satu titik, menciptakan hisapan yang mengerikan. Pria bercodet mengerang, tubuhnya melengkung kesakitan."Jawab atau mati," ujar Xuan Li datar, matanya setenang dan sedalam jurang tak berdasar.Namun, sepertinya harapannya sia-sia. Kedua pria itu tiba-tiba menegang, tubuh mereka membeku seperti patung. Mata mereka yang penuh
Xuan Li dan Qing Peng tetap berdiri di tempat, tidak menunjukkan tanda-tanda panik meskipun tekanan dari pertarungan yang terjadi di kejauhan mulai terasa hingga ke titik mereka berada. Xuan Li menyipitkan mata, mengaktifkan mata spiritualnya untuk melihat lebih jelas.Yang bertarung di sana bukanlah orang biasa. Kedua sosok itu memiliki aura yang serupa, gelap dan mencekam, penuh dengan dendam."Alam Bayangan..." gumam Xuan Li pelan, nyaris tanpa suara.Qing Peng, yang berdiri di sampingnya, langsung merasakan perubahan kecil dalam ekspresi Xuan Li. "Kita tidak seharusnya terlibat. Mari kita pergi," usulnya tanpa ragu.Xuan Li mengangguk. Tidak ada keuntungan dalam ikut campur urusan orang-orang Alam Bayangan, apalagi jika mereka berasal dari faksi yang sama dan sedang bertarung satu sama lain. Tetapi, sebelum mereka sempat bergerak, angin tajam menerjang, disertai suara robekan udara yang mengancam.Dalam sekejap, dua sosok yang tadi bertarung telah muncul di hadapan mereka. Mereka
Setelah mendapatkan persetujuan dari Bai Xian, Xuan Li bersiap untuk meninggalkan Istana Phoenix. Sebelum pergi, ia memutuskan untuk meminta izin kepada Feng Ru dan para tetua Klan Phoenix. Meskipun ia tidak terbiasa melakukan hal seperti ini, ia memahami bahwa Bai Xian dan anak mereka akan tetap berada di sini, dan ia ingin memastikan semuanya dalam keadaan aman.Feng Ru menatap Xuan Li dengan penuh kebijaksanaan. "Jangan khawatir tentang Bai Xian dan keturunanmu. Kami akan menjaga mereka sebaik mungkin," katanya dengan suara tenang namun penuh keyakinan. "Sebagai nenek, sudah menjadi tugasku untuk melindungi Bai Xian. Pergilah dengan tenang."Xuan Li mengangguk, menghargai kata-kata Feng Ru. Tanpa banyak bicara lagi, ia berbalik dan berjalan menuju kamarnya untuk berpamitan dengan Bai Xian dan bayi spiritual mereka.Saat ia masuk ke dalam kamar, Bai Xian sudah menunggunya. Ia duduk di tepi tempat tidur, tangannya membelai perlahan bola energi bercahaya yang merupakan bayi spiritua
Calon janin spiritual di tubuh Bai Xian, yang telah berusia satu purnama, kini mulai menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Keadaan janin yang sebelumnya sangat bergantung pada asupan energi dari Xuan Li, kini sudah mampu menyerap energi spiritual dari alam secara mandiri. Hal itu membawa perasaan lega bagi Xuan Li, karena proses pertumbuhannya semakin membaik dan tidak memerlukan perhatian intensif seperti sebelumnya.Di sisi lain, kondisi fisik Bai Xian juga semakin pulih. Ia kini bisa bergerak lebih leluasa, meskipun masih ada waktu yang dibutuhkan untuk benar-benar pulih sepenuhnya. Kini, di antara mereka, ada ikatan yang semakin kuat, tidak hanya sebagai suami istri, tetapi juga sebagai pasangan yang saling mendukung di jalan kehidupan spiritual dan fisik.Seiring berjalannya waktu, Xuan Li tak hanya fokus pada kesehatan Bai Xian. Ia juga mengajarkan berbagai teknik kultivasi dan pengobatan untuk memperdalam pengetahuan dan kemampuan Bai Xian. Meskipun Bai Xian sudah s
Xuan Li mencengkeram leher Feng Mian dengan tangan kirinya, jari-jarinya menekan dengan kekuatan yang cukup untuk membuat napas wanita itu tersengal. Mata Feng Mian membelalak, tubuhnya bergetar, tetapi ia tidak dapat melawan tekanan luar biasa yang menghimpitnya. Sementara itu, dengan tangan kanannya, Xuan Li menghancurkan tubuh dua tetua klan Phoenix yang berkhianat. Serangan itu begitu cepat hingga hanya menyisakan serpihan energi yang menghilang di udara.Pemandangan mengerikan ini membuat Feng Ru dan para tetua yang tersisa menahan napas. Wajah mereka pucat pasi, tidak percaya bahwa pria muda di hadapan mereka dapat bertindak dengan begitu kejam dan tanpa ragu."Semut kecil berani bermain-main denganku?" suara Xuan Li terdengar tenang, tetapi setiap kata yang diucapkannya membawa tekanan yang menusuk jiwa. Aura mendominasi yang terpancar darinya membuat semua orang di ruangan itu merasa seperti tertindih gunung yang tak terlihat.Setelah menguasai teknik pengendalian jiwa ting
Langkah Xuan Li di udara menggema di seluruh Istana Phoenix, menciptakan gelombang tekanan yang menyapu setiap sudut bangunan megah itu. Aura yang ia pancarkan begitu menekan, membuat siapa pun yang berada di bawahnya merasakan ketakutan yang menusuk hingga ke tulang.Seluruh perhatian kini tertuju padanya. Para kultivator musuh yang semula menyerang dengan penuh percaya diri kini goyah, tatapan mereka dipenuhi ketidakpercayaan. Namun, sebelum mereka sempat mengambil keputusan untuk mundur atau melawan, Xuan Li sudah bergerak. Api hitam yang membara di tangannya melesat bagai naga ganas, melahap lawan-lawannya satu per satu. Jeritan kesakitan menggema di udara sebelum akhirnya lenyap bersama abu yang tertinggal.Bai Xian berdiri di belakangnya, matanya melebar saat menyaksikan kekuatan suaminya yang luar biasa. Ia memang tahu bahwa Xuan Li bukanlah orang biasa, tetapi melihatnya membantai musuh secepat ini tetap saja membuatnya terpana. Tubuh klon Xuan Li juga bergerak melindungi Bai
Xuan Li duduk bersila di tengah aliran energi alam yang berputar di sekelilingnya. Meskipun matanya terpejam, kesadarannya tetap terjaga sepenuhnya. Udara di sekitar terasa bergetar, diselimuti aura mistis yang berbaur dengan energi murni yang ia serap perlahan. Namun, di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang tidak beres.Wu Hei tiba-tiba bereaksi. Di dalam lautan kesadaran Xuan Li, Wu Hei muncul dengan ekspresi menyeringai, matanya berkilat-kilat penuh ejekan. "Sungguh menarik... Ada energi gelap yang berusaha menyusup ke wilayah ini. Tapi mereka sungguh mengecewakan," katanya sambil melipat tangan di dada.Xuan Li merasakan gelombang energi yang samar namun jahat. Itu bukan sekadar energi gelap biasa, tapi juga dipenuhi niat yang jelas untuk menguasai sesuatu. Alisnya sedikit berkerut. "Bagaimana level kekuatan mereka?" tanyanya dalam benaknya.Wu Hei mendengus meremehkan. "Rendah. Mereka hanya tahu cara mengintimidasi tanpa benar-benar memiliki kekuatan sejati. Amatiran yang t
Xuan Li berdiri di tengah kamar Bai Xian, tangannya bergerak cepat membentuk simbol-simbol rumit di udara. Cahaya keemasan berkedip-kedip, kemudian segel formasi muncul di lantai, terpahat dengan pola yang berpendar samar. Meskipun tubuh klonnya cukup bisa diandalkan, ia tidak sepenuhnya mempercayai keluarga Bai Xian. Setelah dua puluh tahun menghilang, istrinya itu baru kembali ke klan Phoenix dan masih belum mengenal mereka dengan baik.Xuan Li menarik napas dalam, menatap Bai Xian yang sedang beristirahat di ranjang. Ia masih sulit percaya bahwa mereka akan memiliki keturunan. Namun, di balik kebahagiaan itu, perasaan waspada terus menghantuinya. Klan Phoenix, meskipun terkenal sebagai salah satu klan terkuat, tetap menyimpan rahasia yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Ada sesuatu yang tidak beres.'Bagaimana mungkin selama ratusan tahun, tidak ada satu pun keturunan langsung Feng Ru yang berhasil menduduki tahta kepemimpinan?' pikirnya.'Apakah ini sekadar kebetulan, atau ada
Bai Xian kembali menggeliat kesakitan di atas ranjang. Xuan Li, yang sejak tadi berjaga di sisinya, terus menyalurkan energi spiritual ke perut Bai Xian, berusaha menstabilkan kondisi yang belum sepenuhnya ia pahami.Mata Xuan Li sedikit menyipit saat merasakan betapa rakusnya janin spiritual itu menyerap energinya. Meski tubuh giok yang ia miliki memungkinkannya memiliki cadangan energi yang luar biasa, bukan berarti ia bisa terus menyalurkan tanpa batas. Jika dibiarkan, keseimbangan di tubuhnya akan terganggu. Ia harus mencari cara lain sebelum kehabisan energi dan justru membahayakan Bai Xian serta calon anak mereka.'Jika terus seperti ini, aku bisa kehabisan energi sebelum fajar…'Pikirannya berputar cepat. Ia harus menemukan solusi sebelum terlambat. Dalam diam, Xuan Li menutup matanya dan memasuki lautan kesadarannya. Dua entitas yang tinggal di dalam sana, Wu Hei dan Wu Rong, segera menyadari kehadirannya."Kau terlalu ceroboh," Wu Hei, yang berwujud makhluk menyeramkan berse