Xuan Li menghela napas panjang, tubuhnya terasa lelah setelah tiga kali kegagalan dalam memurnikan pil. Meski tubuh gioknya memberinya ketahanan lebih dari praktisi biasa, energi spiritual yang terkuras tetap membuatnya harus berhenti sejenak. Ia duduk bersila di lantai goa yang diterangi oleh cahaya remang-remang formasi perlindungan. Udara di sekitarnya mulai menghangat, dan esensi energi perlahan menyelimutinya seperti kabut lembut yang meresap ke dalam pori-porinya.Matanya terpejam, pikirannya berusaha kembali kepada keseimbangan. Di dalam ketenangan meditasi, ingatan tentang ajaran gurunya, Tabib Hantu Wu, mulai muncul satu per satu. Suara gurunya yang dingin namun penuh wibawa, terdengar jelas di benaknya."Setiap pil memiliki jiwa, Xuan Li. Menanganinya seperti kau menyalakan api kehidupan. Jika kau terburu-buru atau ceroboh, kau hanya akan menghancurkannya."Xuan Li membuka matanya perlahan. "Aku terlalu terburu-buru," gumamnya. "Aku terlalu percaya diri dan lupa bahwa pil
Formasi pelindung di depan goa mulai menunjukkan retakan halus, seperti kaca yang hendak pecah. Gemuruh rendah dari binatang roh di luar semakin menjadi, menandakan kesabaran mereka telah habis. Raungan mereka menggema, menciptakan getaran yang membuat debu dan batu kecil runtuh dari dinding goa.Xuan Li berdiri diam di ujung goa dengan napas berat, tangannya memegang dada yang terasa nyeri.“Aku terlalu banyak menguras energi untuk memurnikan pil tadi. Lidah Api Pemakan Jiwa? Hmph, memaksakannya sekarang hanya akan menghancurkan jiwaku sendiri.” Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat khawatir.Dari luar, bunyi benturan keras terdengar ketika salah satu binatang roh besar menyerang formasi pelindung. Cahaya yang memancar dari formasi itu mulai redup, menunjukkan tanda-tanda akan runtuh.Xuan Li mengulurkan tangannya dengan gerakan lambat tetapi tegas. Dalam sekejap, pedang meteor panjang berwarna hitam muncul dari udara kosong, menyatu dengan hawa dingin yang menusuk. Pedang itu
Di dalam goa yang sunyi, cahaya redup dari formasi perlindungan berpendar lembut, memberikan suasana hening yang mendukung konsentrasi penuh. Xuan Li duduk bersila di atas batu datar, matanya terpejam dengan wajah yang menampilkan keteguhan. Ia menggenggam pil penerobosan di tangannya, aroma herbal yang pekat menyeruak ke udara, membawa nuansa kekuatan yang tak kasat mata. “Pil ini adalah kuncinya,” gumamnya dalam hati. “Aku tidak boleh gagal.” Tanpa ragu, ia menelan pil itu. Begitu pil masuk ke tubuhnya, efeknya langsung terasa. Gelombang energi panas dan dingin mengalir liar di dalam tubuhnya, seperti sungai yang mengamuk, menghantam setiap sudut organ dan meridian tubuhnya. Xuan Li mengepalkan tangan, rahangnya mengeras menahan rasa sakit yang menyerang tanpa ampun. Sensasi panas membakar itu diikuti oleh dingin yang menusuk, keduanya silih berganti seolah mencoba menguasai tubuhnya. “Rasa sakit ini... seperti menusuk tulang,” pikirnya sambil mengatur napas. Wajahnya b
Xuan Li berjalan perlahan, mengamati setiap detail di sekitarnya. Bau anyir samar yang berasal dari tumpukan bangkai binatang roh yang berserakan tak jauh dari sana, mengganggu penciumannya.Ia berhenti di hadapan salah satu kerangka besar. Bentuknya mengerikan, tulang belulangnya masih diselimuti sisa aura mencekam dan bekas luka besar yang jelas berasal dari pertempuran sengit.“Yan Yue benar-benar menghabiskan seluruh energi untuk bertarung di sini,” gumam Xuan Li. Tatapannya menyusuri tumpukan kerangka lainnya. Di antara bangkai-bangkai itu, ia menemukan kristal roh yang berkilauan.Ia mengangkat satu tangan, dan dengan teknik tarik jarak jauh, kristal-kristal itu mulai melayang menuju dirinya. Setiap kristal memancarkan energi yang bervariasi, beberapa terasa panas, sementara yang lain sedingin es. Xuan Li dengan cermat memilih yang terbaik, menyimpan kristal-kristal tersebut dalam cincin penyimpanan di jarinya.Pandangannya kembali terhenti pada sebuah tulang yang menarik perha
Xuan Li berdiri penuh kewaspadaan. Aura yang tidak biasa mendekat, berat dan menekan, membuat udara di sekitarnya terasa lebih padat. Sensasi dingin merambat di punggungnya membuat bulu kuduknya berdiri.“Aura ini...” gumamnya pelan, matanya menyipit menajamkan penglihatan. “Binatang roh? Tidak, ini lebih kuat.”Pandangan Xuan Li melirik sekilas ke arah Yan Yue, yang masih berkultivasi. Wajahnya menegang. Dia tahu, jika makhluk itu terlalu dekat, konsentrasi Yan Yue bisa terganggu. Melindungi Yan Yue adalah hal yang harus dia lakukan sekarang.“Makhluk ini harus aku hadapi sendiri,” pikirnya. Ia menggenggam Pedang Petir Naga Hitam yang baru saja ditempa, kilatan listrik di bilah pedang itu meliuk-liuk, memancarkan aura kekuatan yang menggema.“Baiklah,” bisiknya, menggenggam pedang lebih erat. “Waktunya menguji kekuatanmu.”Dalam hitungan detik, suara langkah berat terdengar. Dari balik bayangan pepohonan, muncul sesosok makhluk raksasa, seekor laba-laba hitam dengan delapan mata mer
Xuan Li berdiri tegap di hadapan Yan Yue, membiarkan aura kultivasinya mengalir tanpa hambatan. Tingkat Pemurnian Jiwa tahap awal yang baru saja ia capai terasa seperti angin badai yang bergulir perlahan, membawa tekanan berat di sekitar mereka. Matanya yang tajam menatap langsung ke arah Yan Yue, seolah ingin mengatakan bahwa ia kini cukup kuat untuk menjalankan tugasnya.Yan Yue mengangguk pelan, tetapi senyum tipis yang biasa menghiasi wajahnya memudar. Ekspresinya kini serius, dan matanya memancarkan kekhawatiran."Kekuatanmu memang luar biasa," katanya akhirnya, nada suaranya rendah dan hati-hati. "Namun, apakah tubuh giokmu tidak akan menjadi penghalang dalam proses pembuatan pil tubuh abadi?"Pertanyaan itu menggantung di udara seperti embun pagi yang belum memudar.Xuan Li menggelengkan kepala dengan tegas. “Aku bisa mengatasinya,” jawabnya dengan nada yang tidak meninggalkan ruang untuk keraguan.Yan Yue memperhatikan Xuan Li dengan mata yang tajam, seolah mencoba menembus l
Xuan Li akhirnya berhasil mengatasi masalah yang muncul selama proses pemurnian pil. Tetesan keringat membasahi dahinya, menggambarkan betapa sulitnya pemurnian ini.Tungku alkimia di hadapannya memancarkan sinar hijau kebiruan, seolah memiliki kehidupannya sendiri. Aroma herbal yang kuat memenuhi ruangan, bercampur dengan hawa panas yang membuat napasnya semakin berat.“Dua bulan…” gumam Xuan Li sambil menyeka keringat di dahinya. “Setidaknya dua bulan untuk menyelesaikan ini. Tidak boleh ada kesalahan lagi.”Tatapannya tak pernah lepas dari tungku alkimia yang memancarkan cahaya redup. Di dalamnya, inti pil yang ia ciptakan mulai terbentuk, bersinar seperti permata yang tertanam di dasar kegelapan. Namun Xuan Li tahu, satu kesalahan kecil saja bisa menghancurkan semuanya.“Ini bukan hanya soal pil,” pikirnya. “Ini adalah soal hidup dan mati… Jika gagal, aku tidak akan punya kesempatan lagi. Yan Yue pasti akan membunuhku.”Ia menarik napas dalam-dalam, memusatkan energinya, lalu kemb
Liang Xue melompat dari satu pohon ke pohon lain, gerakannya cepat dan nyaris tanpa suara seperti bayangan yang menyelinap di malam gelap. Pikiran tentang percakapan terakhirnya dengan Bing Chuan terus berputar di kepalanya."Dia tahu... tentang energi spiritual itu," pikir Liang Xue, menggigit bibirnya. "Aku harus segera kembali ke markas. Tapi kembali tanpa membawa sesuatu? Para tetua tidak akan melepaskanku begitu saja. Aku harus memiliki alasan yang cukup kuat untuk melindungi diriku."Ia mempercepat langkahnya, melewati hutan yang semakin gelap. Bintang-bintang di langit mulai meredup, tertutup awan gelap yang menggantung seperti pertanda buruk. Tubuhnya bergerak tanpa ragu, meskipun pikirannya penuh dengan rencana.Di perbatasan Kekaisaran Bulan Perak,Liang Xue menghentikan langkahnya di atas pohon tinggi, menatap ke arah sebuah jalan besar di kejauhan. Matanya yang tajam menangkap kereta berhias emas dan perak, dikelilingi oleh puluhan penjaga bersenjata lengkap. Meskipun dari
Saat mereka tiba, aroma rempah dan herbal yang menyengat langsung menyambut, memenuhi setiap sudut ruangan. Beberapa murid Wen Shi tengah sibuk mengolah bahan obat, tangan mereka cekatan meracik berbagai ramuan di dalam mangkuk-mangkuk batu.Namun begitu Wen Shi melangkah masuk, suasana berubah. Seolah ada perintah tak terdengar, para murid itu langsung menghentikan pekerjaan mereka. Tanpa perlu sepatah kata pun, mereka segera meninggalkan ruangan setelah tabib tua itu memberi isyarat ringan dengan satu kibasan tangan.Kini, hanya tersisa mereka bertiga."Cek semua bahan yang ada di sini," kata Wen Shi, suaranya tetap tenang, tapi ada ketegangan halus yang terselip di balik nada bicaranya. "Jika kau masih meragukanku, silakan buktikan sendiri bahwa tidak ada racun mayat yang kau maksud."Xuan Li melirik sekeliling. Deretan rak kayu dipenuhi berbagai macam bahan obat, potongan akar kering, daun yang sudah diolah menjadi serbuk, dan bubuk herbal tersusun rapi dalam wadah porselen. Sekil
Wajah pria itu pucat, sorot matanya dipenuhi kekhawatiran yang tak bisa disembunyikan."Dia akan baik-baik saja, kan?" tanyanya dengan suara gemetar.Xuan Li tidak menjawab. Ia tetap tenang, hanya meneliti kondisi wanita itu dengan saksama. Setelah memastikan bahwa racun dalam tubuhnya mulai bereaksi terhadap penawar, Xuan Li mengulurkan tangan dan menekan beberapa titik akupuntur di sepanjang lengannya, lalu mengalirkan energi spiritual ke punggungnya.Wanita itu tersentak. Otot-ototnya menegang saat aliran energi Xuan Li merangsang tubuhnya untuk mengeluarkan racun yang telah lama bersarang. Rasa panas menjalar dari dalam, seolah-olah ada bara api yang membakar organ-organ dalamnya. Rahangnya mengeras, dan kedua tangannya mencengkeram lengan suaminya dengan erat."Agh!" Ia mendesis, menahan sakit yang mendalam.Xuan Li tidak menghentikan prosesnya. Ia memperkuat dorongan energi spiritualnya, memusatkannya pada inti racun yang bersarang di tubuh wanita itu. Fluktuasi energi mulai t
Xuan Li dan Lin Gong melangkah dengan tenang, mengikuti pria di depan mereka. Langkah mereka tidak terburu-buru.Pria itu akhirnya menoleh, wajahnya masih tetap tenang meski sorot matanya mengamati mereka dengan cermat.“Aku Han Sheng, anggota Sekte Pedang Langit. Kami baru menyelesaikan sebuah misi di sekitar sini,” katanya, suaranya datar dan tegas.Xuan Li mengangguk tipis. “Wu Yu.”Di sisi lain, Lin Gong menyeringai lebar dan menepuk dadanya sendiri dengan bangga. “Aku Lin Gong! Seorang ahli… dalam banyak hal.”Han Sheng hanya menatapnya sekilas sebelum kembali melangkah tanpa bertanya lebih jauh. Sikapnya menunjukkan bahwa ia bukan tipe orang yang suka berbasa-basi.Ketika mereka tiba di tempat peristirahatan kelompok Han Sheng, lima orang lainnya sudah menunggu. Beberapa dari mereka, sementara yang lain berdiri, mata mereka meneliti dua orang asing yang baru tiba.Seorang pemuda bertubuh ramping dengan pedang panjang tersampir di punggungnya menyeringai tipis. “Dua orang tambaha
Malam semakin larut. Xuan Li berdiri diam dengan kedua tangannya terselip di balik lengan jubah. Matanya menyapu desa dengan tenang, tetapi pikirannya berputar tanpa henti. Informasi yang ia dengar sebelumnya tentang aliansi aliran hitam yang ingin menguasai benua tua masih menghantuinya.Aliansi itu bukan sekadar rumor. Jika mereka benar-benar bergerak di balik bayang-bayang, maka benua tua akan segera jatuh dalam kekacauan.Xuan Li menghela napas pelan. Sekarang bukan saatnya memikirkan hal itu. Ia butuh tempat untuk menginap.Namun, setelah berjalan mengelilingi desa, ia tidak menemukan satu pun penginapan. Padahal, desa ini cukup besar dan dihuni oleh berbagai macam ras. Mereka tampaknya hidup berdampingan dengan damai, bahkan ada yang menikah meskipun berasal dari spesies yang berbeda.Meski begitu, hukum rimba tetap berlaku di sini. Jika seseorang berbuat onar atau mengusik mereka, nyawa bisa melayang dalam sekejap.Saat Xuan Li melangkah di jalan setapak, seorang pria tua menya
Xuan Li kembali menyesap teh herbalnya dengan tenang, sementara Lin Gong menyantap makanan dengan penuh semangat. Uap tipis masih mengepul dari semangkuk daging panggang di meja mereka, bercampur dengan aroma bumbu yang menggoda.Lin Gong menatap Xuan Li dengan heran. “Wu Yu, kau hanya minum teh? Makanan di sini enak sekali, kau harus coba lebih banyak.”Xuan Li hanya melirik sekilas, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada suara-suara di sekitar. “Aku sudah cukup.”Lin Gong mendesah, lalu kembali fokus pada makanannya. Ia memang terbiasa dengan sikap Xuan Li yang selalu dingin dan penuh perhitungan.Namun, ada alasan lain mengapa Xuan Li tetap diam. Ia sedang mendengarkan.Para pedagang masih sibuk menawarkan dagangan mereka, sementara para pemburu dan petarung berkumpul di kedai-kedai untuk berbagi cerita, meneguk arak, atau sekadar menghangatkan tubuh mereka dengan semangkuk sup panas.Di meja-meja lain, para pria berbicara dengan nada suara yang beragam. Beberapa membanggakan
Dari ketinggian, Lin Gong melayang dengan anggun di udara malam yang dingin.Xuan Li berdiri tegak di punggungnya, matanya menyapu lanskap di bawah. Kehidupan tampak hidup dalam bayang-bayang malam. Cahaya obor menerangi jalan-jalan berliku, dan dari kejauhan, sebuah menara energi menjulang ke langit, memancarkan cahaya samar berwarna biru keunguan.Lin Gong mengerutkan kening. “Wu Yu, bagaimana kalau kita ke sana?” tanyanya, nada suaranya dipenuhi rasa ingin tahu.Xuan Li mengamati menara itu beberapa saat sebelum mengangguk. “Turunkan aku di dekat pintu masuk.”Lin Gong menghela napas lega. “Akhirnya, kita bisa beristirahat sebentar.”Dengan satu gerakan, ia menukik turun, membawa mereka mendekati gerbang desa yang megah. Saat kakinya menyentuh tanah, tubuhnya kembali ke bentuk manusia, dengan jejak emas samar yang masih berkilauan di kulitnya.Di hadapan mereka, sebuah gerbang besar berbentuk kepala naga berdiri kokoh, dihiasi ukiran rumit yang seolah hidup dalam cahaya malam.Se
Suara gemuruh menggema di sepanjang lorong kuil yang mulai runtuh. Debu dan pecahan batu beterbangan, menciptakan kabut tipis yang menyesakkan. Lin Gong berlari secepat mungkin, membawa tubuh Xuan Li yang lemas di punggungnya."Brengsek, kuil ini benar-benar tak mau melepaskan kita!" gerutunya sambil melompati balok kayu yang jatuh dari langit-langit.Xuan Li, yang masih setengah sadar, merasakan setiap hentakan langkah Lin Gong. Tubuhnya terasa berat, seolah-olah energi di dalam dirinya tersedot habis. Namun, pikirannya tetap bekerja. Ia mencoba meraba keberadaan formasi yang mungkin masih bisa digunakan untuk keluar dari tempat ini, tetapi tak menemukan apa pun.Lin Gong tiba-tiba berhenti. Di depan mereka, jalan tertutup oleh reruntuhan besar."Sial!" Ia menoleh panik ke belakang. Retakan semakin merayap di dinding dan langit-langit. Jika mereka tetap di sini lebih lama, mereka akan terkubur hidup-hidup.Lin Gong menggertakkan giginya. Tidak ada jalan kembali, dan tidak ada celah
Xuan Li berdiri diam di tengah lautan kesadarannya yang dipenuhi aura gelap. Matanya terpejam, napasnya teratur, tetapi pikirannya berkecamuk. Teknik pengendalian jiwa biasa jelas tidak akan cukup untuk mengalahkan entitas penjaga abadi ini. Ia sudah mencoba berbagai cara, namun lawannya terlalu kuat."Tidak ada pilihan lain," gumamnya dalam hati.Satu-satunya teknik yang mungkin berhasil adalah Teknik Pengendalian Jiwa Tahap Ketiga, sebuah teknik yang belum pernah ia gunakan dalam pertarungan sungguhan. Namun, teknik ini membutuhkan energi spiritual dalam jumlah yang sangat besar. Risiko yang menyertainya juga terlalu tinggi. Jika ia gagal, bukan hanya kesadarannya yang hancur, tetapi tubuhnya bisa kehilangan kendali sepenuhnya.Namun, jika ia tidak mencobanya sekarang, maka ia pasti akan kalah.Xuan Li menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara dalam pikirannya. "Wu Hei, aku butuh bantuanmu."Di dalam ruang kesadarannya, Wu Hei menatapnya tajam. Ada keraguan di mata sosok gelap
Xuan Li menarik napas dalam-dalam. Udara di sekitarnya terasa berat. Ia berbicara dalam pikirannya, suaranya terdengar mantap meskipun pelan."Wu Hei, aku butuh bantuanmu."Di dalam kesadarannya, Wu Hei terdiam. Tidak ada jawaban, hanya keheningan yang menggantung di antara mereka.Xuan Li tidak terkejut. Wu Hei selama ini hidup di bawah bayang-bayang entitas penjaga abadi klan Liang. Rasa takut dan ketidakberdayaan telah mengakar dalam dirinya. Tetapi kali ini, Xuan Li tidak bisa mundur."Aku tahu kau tidak ingin dikendalikan olehnya. Aku tahu kau ingin melawannya. Tapi kau ragu apakah bisa menang atau tidak, bukan?"Wu Hei mendengar kata-kata itu seperti sebuah tamparan. Ia menelan ludah. Xuan Li benar, rasa percaya dirinya sudah lama terkikis, terutama setelah berada di bawah bayang-bayang makhluk itu begitu lama."Aku tidak akan menyalahkanmu atas apa pun yang terjadi nanti," lanjut Xuan Li. "Tapi setidaknya, jika kita harus jatuh, kita jatuh dengan berjuang. Bukan menyerah tanpa