Asisten tuan Toni Brawijaya menghadap setelah tuannya memangil, “Saya sudah menyipakan seseorang yang sudah saya latih untuk melenyapkan tuan muda saat pesta perjamuan besok malam tuan,”
Mendengar laporan sang asisten tuan Toni Brawijaya tersenyum penuh kemenangan karena sebentar lagi sang keponakan akan segera lenyap di depan matanya. Dia juga sudah menyiapkan kata-kata ungkapan sedih atas kematian sang keponakan.
“Bagus kalau begitu aku sudah tak sabar menanti hari esok,” ucap tuan Toni dengan tawanya yang menggelegar.
“Saya pamit undur diri tuan,” balas sang asisten.
Hari yang sudah ditentukan untuk menyambut tuan muda dari keluarga Brawijaya yang telah lama hilang akhirnya datang juga. Terlihat para tamu undangan yang menghadiri pesta tersebut adalah kalangan pengusaha kelas atas, tokoh penting Negara juga para sosialita yang ada di Negara ini. Sajian menu makanan mewah khas kalangan atas serta alkhohol berharga tinggi terlihat di meja hidangan.
Di sebuah kamar pribadi seorang kepala pelayan memberikan sebuah jas lengkap dengan tuxedo kepada tuan mudanya. Namun ia merasa risih karena harus memakai busana Resmi seperti itu.
“Tuan ini adalah busana yang disiapkan nyonya untukmu.” Ucap sang pelayan.
“Tolong pakaikan ke tubuhku. Aku sudah lupa caranya memakai busana resmi seperti ini,” ucap Sandi yang jantungnya berdebar saat melihat paras pelayannya. Bagaimana mungkin seorang pelayan tapi memiliki paras dan penampilan yang berbeda dari pelayan biasanya.
Selesai gadis pelayan itu memakaikan busana yang akan digunakan tuan mudanya untuk menghadiri pesta penyambutan untuknya ia segera keluar. Nyonya Lusi dan Sonia menghamiri Sandi dan memintanya untuk ke ruang pesta karena sebentar lagi pesta akan segera di mulai.
“Mami aku sangat risih dengan keramaian apalagi aku memakai baju seperti ini. Bolehkan aku berganti pakaian sekarang?” bisik Sandi.
Nyonya Lusi Brawijaya sedikit mendekatkan wajahnya ke telinga sang putra, “Bertahanlah sebentar putraku, kau adalah seorang pewaris keluarga ternama, kau akan terbiasa nantinya. Hari ini kau harus terlihat sempurna karena pesta ini dibuat untuk menyambutmu,”
Mereka bertiga perlahan masuk ke ruangan pesta. Sorot mata ratusan tamu yang datang tak henti menatap tuan muda yang telah dinyatakan hilang itu. Senyuman tipisnya membuat semua para wanita meleleh. Sayang sekali dia sudah terkenal sebagai seorang pria yang suka mempermainkan wanita.
“Tuan muda Sandi selamat datang kembali di keluarga Brawijaya,” ucap Ani gadis pelayan yang tadi menyiapkan baju untuk Sandi.
“Terima kasih,” jawab Sandi singkat matanya tak berkedip melihat Ani yang berwajah cantik jelita itu.
Mata Sandi memutar ke seluruh penjuru ruangan. Dengan bekal naluri alam liarnya Sandi mendapatkan beberapa kejanggalan dari beberapa wajah tamu undangan. Ia bergumam dalam hati, “Topeng yang kalian pasang halus bagai tak bertulang,”
Kepalsuan dari raut wajah dan senyum para tamu undangan membuat Sandi jijik. Sambil mengepalkan tangan dengan erat Sandi berbicara dalam hati, “Cih seandainya ini di hutan akan langsung aku cabik wajah kalian yang menampilkan senyuman palsu,”
“Sandi akhirnya kau kembali. Aku sangat khawatir dengan keadaanmu saat dinyatakan hilang,” ucap tuan Toni menyambut keponakannya.
Sandi hanya diam dan memperhatikan siapa yang mengajaknya bicara. Kedua wanita di samping Sandi merasa jijik dengan pria yang kini ada di hadapan mereka, dia terkenal rakus akan kekuasaan. Nyonya Lusi akhirnya mewakili putranya menjawab sapaan dari sang paman.
“Adik ipar terima kasih akan sambutanmu. Aku senang kau datang ke pesta penyambutan putraku yang hidupnya di berkati oleh Tuhan ini,” jawab Nyonya Lusi.
“Mamiku benar paman, jika kakakku tidak diberkati Tuhan mungkin hari ini tidak akan kembali ke rumah ini,” ucap Sonia.
Beberapa tamu undangan kalangan sosialita yang berkerumun disudut ruangan mendengar obrolan tuan Toni dan Nyonya Lusi mulai bergosip, “Pemuda yang hobinya bermain dengan banyak wanita dan berfoya-foya masih dilindungi Tuhan, apa kata-kata itu tidak berlebih?”.
Samar-samar Sandi mendengar cuitan itu. Sandi tetap acuh dan menahan emosinya karena ia tak ingin pesta yang dibuat oleh maminya menjadi kacau. Sebenarnya ia malas menghadiri pesta seperti ini karena walaupun mereka kalangan atas saat berkumpul pasti mereka akan bergosip.
Pesta penyambutan Sandi Brawijaya pun resmi dimulai. Nyonya Lusi meminta tamu undangan mengangkat gelas mereka.
“Tuan dan Nyonya tolong angkat gelas kalian dan kita bersulang untuk menyambut kembalinya putraku yang telah lama hilang.” Ajak nyonya Lusi seraya mengangkat gelas berisi sampanye miliknya.
Para tamu undangan mengikuti intruksi dari Nyonya Lusi. Banyak doa yang ditujukan untuk putranya, naluri Sandi bisa membedakan mana ucapan yang tulus dan tidak. Seolah-olah Sandi bisa melihat topeng sandiwara beberapa tamu undangan pesta.
“Dasar ular dan rubah sialan masih berani datang dengan memamerkan wajah menjijikan itu,” gumam Sandi dalam hati.
Mata Sandi terus memutar memperhatikan sekeliling ruangan pesta. Yang benar saja ia melihat sekilas pergerakan mencurigakan dari salah satu tamu undangan, ia terus waspada karena menurut naluri alam liarnya ia merasa terancam. Seolah olah ia terus diawasi dan diincar sejak acara dimulai.
“Sandi mami dan Sonia akan menyapa beberapa tamu, kamu juga bisa menyapa para tamu undangan di sini,” ucap nyonya Lusi.
“Bersenang-senanglah kak, ini pesta untuk menyambutmu loh,” imbuh Sonia sambil berlalu meninggalkan sang kakak.
Dor … Dor … Suara tembakan terdengar saat mami dan adik Sandi meninggalkannya untuk menyapa para tamu. Seolah sang penembak sudah menunggu waktu yang tepat untuk membidikkan pelurunya.
Peluru tembakan itu mengarah ke Sandi Brawijaya namun karena dia sudah terlatih jadi bisa menghindari tembakan yang terus mengarahkan. Sebanyak tiga kali ia berhasil menghindari peluru yang terus mengarah ke tubuhnya.
Sambil menghindari peluru Sandi memperhatikan sekitar dan matanya fokus tertuju pada seseorang yang berdiri di salah sudut ruangan. Sandi mengeluarkan senjata yang tersembunyi dari balik jasnya dan melempar ke salah satu seorang yang sembunyi sambil menggemgam sebuah pistol.
“Argh,” Suara seseorang mengerang karena terkena sabetan senjata tajam milik Sandi yang mengenai sasaran.
Pengawal pribadi keluarga Brawijaya yang berjaga dengan cepat menghampiri Sandi. Sebagian berlari untuk menangkap pelaku. Dan yang lain menjaga akses masuk dan keluar ruang pesta agar tidak ada satupun tamu meninggalkan pesta.
“Semua Menunduk dan berlindung.” ucap salah satu pengawal keluarga Brawijaya.
“Tuan muda maafkan kami yang telah lalai membiarkan seorang dilengkapi senjata masuk ke pesta, apakah anda terluka tuan?” tanya pengawal Sandi.
“Aku tidak apa-apa orang rendahan seperti dia tidak dapat melukai sejengkal rambutku!” seru Sandi.
Tanpa menghiraukan tamu undangan pesta yang ketakutan. Sandi bergegas mengamati sekitar lalu lari kearah pelaku yang telah meninggal.
“Instingku benar memang ada yang tak beres dengan orang ini. Aku memperhitungkan dan memposisikan diri dengan benar. Tapi aku tak menyangka ia langsung mengambil tidakan setelah mami dan adikku pergi. Ini adalah tidakan yang tak bisa dilakukan oleh serang amatir,” ucap Sandi sambil mencabut pisau yang tertancam tepat di jantung penembak itu. Pisau yang dibawa Sandi sudah dilumuri racun lebih dulu.
Sandi mengambil pistol dengan Seri G2 premium milik pelaku penembakan, ia simpan siapa tahu bisa berguna. Ia berjalan ke arah mami dan adiknya yang sudah dilindungi pengawal.
“Serahkan saja kasus ini kepada kami tuan muda. Anda tak perlu khawatir kami akan mengatasinya,” pinta salah satu pengawal.
“Baiklah, aku serahkan pada kalian,” balas Sandi.
Para pengawal pribadi keluarga Brawijaya memuji keakuratan lemparan pisau yang dilakukan oleh Sandi dengan jarak jauh bisa tepat sasaran mengenai jantung. Lemparan akurat cepat serta menghindari peluru yang mengarah padanya itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Tuan muda mereka pasti sudah terlatih dan berpengalaman sebelumnya.
Ketua pengawal memerintahkan untuk membereskan mayat yang bersimbah penuh darah di ruang pesta. Mereka mengamankan tempat dan memeriksa daftar tamu undangan yang hadir serta menyisir sekitar tempat pesta dengan alat komunikasi khusus yang biasa digunakan oleh pengawal pribadi.
“Siapa yang berani secara terang-tenganan mengutus orang untuk membunuh tuan muda di tengah pesta penyambutannya. Bukankah ini sama saja menabuh gendang perang terbuka,” gumam ketua pengawal.
Ancaman dan teror langsung kepada keluarga Brawijaya tepat setelah kembalinya tuan muda mereka. Membuat Sandi Brawijaya marah dan semakin mendendam. Sambil menggenggam erat senjata ditangannya, ia bergumam dalam hati, “Akan aku balas semua penghinaan ini jika menemukan dalang dibalik semua ini,”
“Mami, Sonia, apa kalian baik-baik saja. Jangan menangis lagi Sonia aku tak akan membiarkan dalang di balik peristiwa ini hidup tenang. Ayo aku antar ke kamar lebih baik kalian semua istirahat,” ajak Sandi sambil menggandeng mami dan adiknya.
Sandi mengantar Nyonya Lusi dan nona Sonia ke kamarnya untuk istirahat. Keadaan pesta sudah kacau makan pestapun dibubarkan demi keselamatan semua tamu undangan. Semua ini membuat Nyonya Lusi kecewa karena orang yang ingin mengahncurkan keluarganya tidak sabar untuk menghabisi putra yang dicintainya. Sandi duduk di samping Nyonya Lusi untuk menenangkan hatinya yang sudah pasti kecewa dengan kekacauan pesta yang dibuatnya.“Mami tidak perlu khawatir. Aku akan membereskan kekacauan ini dan tidak akan melepaskan pelaku dibaik kekacauan malam ini,” ucap Sandi dengan tegas.“Kamu baru saja kembali, tapi mereka sudah tidak sabar. Kamu harus berjanji pada mami, tetaplah hidup apapun yang terjadi!” seru Nyonya Lusi.Nyonya Lusi memang bersedih sekarang. Tapi menangis tidak ada gunanya, dalang dibalik kematian suami juga kerusuhan pesta malam ini pastilah orang yang dekat dengan keluarganya. Beliau meminta Sandi untuk segera menemukan orang itu. Sudah membunuh suaminya juga berusaha menyingkir
Terlintas samar-samar ingatan Sandi tentang sosok tiga lelaki muda di bingkai foto yang dipegang olehnya.Sandi kembali mengigat ingatannya yang lalu saat berada di bangku kuliah bersama tiga temannya. Dalam ingatannya dia dan ketiga pemuda itu sering bercanda bersama, berpesta ke club malam, karaoke bersama ditemani para wanita cantik tentunya. Ingatan yang muncul membuat Sandi mual ingin muntah. Tak kuat lagi mengingatnya Sandi memutuskan untuk berhenti mengingat masa lalunya yang ia rasa cukup menjijikkan.Setiap kali Sandi mencoba mengingat masa lalunya, rasa mual atau muntah akan terasa bahkan sampai pinsan. Sakit yang Sandi rasakan adalah salah satu rasa sakit yang di deritanya sejak ia mengalami kecelakaan di laut saat itu.“Kak, apa yang terjadi denganmu?” tanya Sonia ketakutan karena melihat Sandi yang kesakitan sambil memegangi kepala.“Kakak!” seru Sonia sembari menampar perlahan pipi kakaknya, yang kemudian membuat Sandi Sadar, nafasnya terengah-engah seakan habis berlari
Suasana di ruangan yang pencahayaannya kurang terang itu semakin menakutkan. Udara yang pengap karena tidak ada ventilasipun ikut menyelimuti. Mata Sandi samar-samar melihat raut wajah ketakutan yang jelas dari seseorang yang mencoba menikamnya tadi. Wajahnya pun ikut memucat tatkala Sandi mengancam pria itu dengan sebuah keluarga.“Ini semua tak ada hubungannya dengan keluargaku. Jangan libatkan mereka,” jawab pria yang belum diketahui nama da nasal usulnya itu.“Siapa yang menyuruhmu?!” bentak Sandi yang kesal karena pria yang mencoba mencelakainya masih enggan menyebut siapa dalang dibalik semua ini.“Srakkkk…”. Suara belati tersayat pada tubuh sang penikam dan darah kembali keluar dari tubuh pria itu.“Ahhhh!” jeritan kesakitan dari pria yang terikat tangannya itu kembali menggema di ruangan gelap nan pengap itu. Sandi mendekatkan wajahnya ke pembunuh bayaran yang masih amatir itu dan bertanya siapa namanya.“Je-jeri tuan,” ucapnya terbata sambil menahan kesakitan pada tubuhnya. B
Sandi hanya ingin menggoda Ani yang menggemaskan. Ia segera melepaskan pelukannya saat merasa jantungnya berdebar kencang saat menatap Ani yang berwajah cantik itu.“Kamu sungguh menggemaskan. Kedepannya kamu bisa melayaniku secara pribadi!” seru Sandi.“Tuan ada banyak pelayan di rumah ini. Tugasku hanya melakukan perintah dari nyonya,” ucap Ani dengan sopan.Sandi melirik wajah kepala pelayannya itu sambil tersenyum. Ani terlihat tampak salah tingkah dan itu membuat Sandi merasa gemas ingin terus menggodanya tapi dia ingin terlihat dingin dan tak membutuhkan wanita di depan Ani.“Apa kamu di suruh mami untuk mengawasiku? Ingat ya jangan pernah berkata sembarangan mengenai luka dipunggungku. Kamu silahkan keluar!” ucap Sandi dengan tegas.“Baiklah tuan muda aku akan menutup mulutku sementara, selamat beristirahat,” balas Ani sembari meninggalkan kamar Sandi.Ani sudah keluar dari kamar Sandi. Pria tampan itu tidur nyenyak dan bermimpi yang sangat menakutkan. Saat itu perjalanan libur
Sandi menggelengkan kepalanya dia sudah cukup menderita sebaiknya tidak usah menambah pendertiaan yang dialami oleh Jerri. Seseorang yang ia kurung di dalam gudang yang sudah lama tidak terpakai itu. Di dalam ruangan yang penerangannya tidak begitu terang dan udaranya pengap itu Hazel, Martin, dan Leon melihat seseorang duduk terikat dengan mulut tersumpal Sandi melepas sumpalan pada mulut lelaki bernama Jerry itu.“Tuan aku mohon jangan bunuh aku. Aku masih mempunyai seorang ibu yang sakit-sakitan dan juga anak yang masih kecil. Tolong kasihani aku anakku akan menjadi anak yatim kalau aku mati,” ucap Jerry ketakutan.“Kenapa kamu baru memikirkan anak setelah ketahuan ingin membunuh?” tanya Martin kesal sembari menendangnya.“Cukup Martin dia masih berguna buatku. Biarkan dia hidup!” seru Sandi.Sandi mendekati Jerry dan mengamati seluruh tubuhnya. Matanya fokus pada luka pada tangan yang tertusuk pisau kecil miliknya. Ketiga sahabat Sandi menatap dengan tatapan membunuh ke arah Jerri
Ani menggelengkan kepalanya ia hanya mempersilahkannya untuk menunggu di ruang tamu. Ani menyebutkan ciri-ciri wanita yang datang ingin menemui Sandi. Mendengar ciri-ciri yang disebutkan Ani, Leon langsung siapa dia dan langsung merangku Sandi kalau itu adalah gadis yang diceritakan oleh Martin tadi.“Sandi sepertinya gadis itu adalah yang dimaksud oleh Martin tadi. Seseorang yang mencintaimu dan selau menunggu kepulanganmu!” seru Leon.“Aku tidak ingat siapa dia. Terlalu banyak wanita cantik disekelilingku,” jawab Sandi.“Kalau begitu ayo kita ke ruang tamu apakah kamu masih bisa menolak kecantikan gadis yang datang khusus hanya untuk menemuimu itu,” ajak Martin sambil menggandeng Sandi ke ruang tamu.Di ruang tamu terlihat seorang wanita cantik dengan kaki jenjang memakai dress sexy dengan belahan di paha memperlihatkan paha mulusnya. Lelaki mana yang tak terpesona dan hasratnya memuncak melihat wanita itu. Tapi tidak dengan Sandi yang hasrat menikmati wanita cantiknya sudah meredup
Nyonya Lusi dan Sonia segera mendatangi sumber suara. Mereka juga memapah Sandi ke kamarnya mereka melihat Sandi memegangi kepalanya yang terlihat sangat kesakitan."Apa yang terjadi sebenarnya Velope?" tanya nyonya Lusi."Aku menceritakan saat pertama kali Sandi hilang tapi tiba-tiba Sandi memegangi kepalanya dan berteriak kesakitan. Tante ini semua salahku aku mau tinggal di sini dan merawat Sandi. Aku takut terjadi apa-apa dengan Sandi," jawab Velope.Dokter yang dipanggil oleh keluarga Brawijaya sudah datang dan memeriksa Sandi. Pria tampan itu sudah tenang dan Dokter menyarankan untuk istirahat."Nyonya Lusi, tuan muda tidak boleh banyak berpikir dulu. Saya rasa di mencoba mengingat segalanya tentang hidupnya dulu. Jadi aku peringatkan pelan-pelan saja menceritakan masa lalunya," ucap Dokter."Aku mengerti Dokter," balas nyonya Lusi sembari mengucapkan terima kasih.Dokter menyarankan jangan mengganggu dulu tuan muda beberapa saat. Biarkan dia istirahat dengan tenang, Dokter juga
Sandi mengatakan dia sudah yakin dengan apa ia tentukan. Menjadikan Jerri sebagai asistennya mungkin akan membuat orang yang menyuruhnay untuk melakukan tindak kejahatan kepada Sandi akan bermunculan satu demi satu. "Aku sudah yakin dengan keputusanku. Aku titipkan dia padamu selama satu bulan nanti aku akan datang menjemputnya sendiri!" tegas Sandi sambil menyesap teh yang disediakan untuknya. "Baik tuan kalau begitu sesuai dengan perintah tuan akan saya didik dia dengan baik," ucap Rudi. Sandi pergi tanpa pamit kepada Jerri sebelumnya ia hanya menitipkan secarik kertas untuk Jerri. Sampai kediaman utama keluarga Brawijaya terlihat keributan kecil di sana. Apa yang sebenarnya terjadi Sandi juga bingung dan langsung mendekati tempat kejadian yang sudah banyak orang itu. "Baru aku tinggal pergi sebentar kenapa kalian sudah ribut di halaman rumah orang?" tanya Sandi sambil menyeka keringatnya. "Lihat itu dia ada disana kenapa kalian menuduhku yang bukan-bukan bahkan Sandi terlihat
Ani menatap tajam wajah tampan Sandi yang sedang cemburu itu. Lelaki itu gantian menatap kesal Ani yang senyam senyum sendiri di hadapannya."Ani kenapa tak memberiku jawaban tapi kamu malah senyum tidak jelas begini!" seru Sandi."Kamu menanyakan hal yang konyol. Mana mungkin aku masih menyimpan rasa pada lelaki yang sudah bertunangan. Sedangkan aku sendiri sudah memilikimu," jawab Ani.Sandi merasa lega saat Ani menjawab pertanyaannya. Ada perasaan lega saat ia mendengar jawaban Ani yang sangat membuatnya bahagia. Ternyata dia juga berarri di hatinya. "Terima kasih Ani, aku sangat ingin bersanding denganmu selamanya," ucap Sandi."Kalau begitu kamu juga harus berjanji padaku hanya aku yang ada di hatimu," balas Ani.Sandi mengangguk pelan. Ia sangat setuju kalau Ani memang saat ini yang ada di hatinya. Sandi sangat mencintai Ani ingin berada bersamanya sepanjang waktu."Ani, aku pastikan hanya kamu yang ada di hatiku. Aku mencintaimu, Ani," ucap Sandi."Aku juga mencintaimu, hati-h
Ani menerima bunga mawar yang di berikan olwh nicolas kemudian membuangnya ke tempat sampah."Terima kasih telah bersedia susah payah mengantar bunga mawar ini untukku. Tapi maaf sepertinya aku tak bisa menerima bunga dari dua pria sekaligus," ucap Ani."Kenapa kamu tega melakukan ini padaku, Ani?" tanya Nicolas.Ani menggandeng Sandi yang ada di sampingnya. Dia menegaskan kalau saat ini Sandi adalah calon suaminya. Yang menemaninya saat susah maupun senang. Sandi secara tegas melamar Ani di hadapan semua keluarga dan sahabatnya.Tak seperti Nicolas yang ingin menjalin hubungan tersembunyi walau sudah bertunangan."Aku mempunyai lelaki yang sangat menyayangiku. Dia adalah, Sandi," jawab Ani."Kalian belum menikah aku juga belum. Aku akan segera menahklukkan hatimu kembali," ucap Nicolas seraya pergi meninggalkan kantor Sandi.Sandi merangkul Ani dengan kuat lalu mengatakan, "Jangan takut, aku akan selalu bersamamu," ucap Sandi."Terima kasih Sandi, ayo kita pulang," balas Ani.Ani dan
Nicolas kembali menatap Sandi dengan tatapan penuh dendam. Bisa-bisanya dia mengatakan hal itu padanya padahal ia tahu wanita yang ia cintai adalah Ani. Lalu dia melirik bunga yang ada di tangan Sandi. Dia menertawakan Sandi dalam hati dan mengatakan kalau dia sangat bodoh karena memilih bunga yang tak Ani sukai. Dari segi seperti ini tetap Nicolas pemenangnya."Kamu benar seleraku sangat bagus. Dia menyukai bunga mawar merah ini," balas Nicolas."Syukurlah kalau kamu sangat mencintai tunanganmu. Aku juga sangat mencintai calon istriku. Bunga Aster merah muda ini mewakilinya," ucap Sandi sambil memamerkan bunganya."Apa kamu yakin Ani menyukai bunga model itu?" tanya Nicolas mengejeknya."Aku paham sekali apa yang Ani suka. Karena semua bunga di rumahku dia yang menanamnya," balas Sandi.Sandi melewati Nicolas yang sepertinya kehabisan kata-kata itu. Dia tersenyum penuh kemenangan. Nicolas hanya orang di masa lalu Ani untuk apa dia seperti itu ingin mendekatinya lagi."Satu lagi Tuan
Nicolas mencari sumber suara yang ia rasa sangat familiar. Tapi sayang sekali saat ia mendekat itu bukan orang yang ia kenal."Ani, apakah itu kamu?" ucap Nicolas sembari memegang tangan wanita itu."Maaf tuan, aku bukan Ani," jawabnya."Maafkan aku yang tak sengaja mengenali," ucap Nicolas yang kecewa karena wanita yang di temuinya bukan Ani.Martin yang melihatnya menertawakannya. Ia seharunya fokus pada dirinya sendiri dan jangan mengganggu kehidupan orang lain yang sudah bahagua dengan pilihannya."Aku rasa Tuan Nicolas harus istirahat dengan baik. Karena mencintai istri orang itu butuh kesehatan mental," ledek Martin."Apa maksudmu Tuan Martin. Aku yakin Ani belum menikah aku akan mengejarnya dan mendapatkan cintanya kembali. Wajar aku sangat merindukannya karena sudah lama tidak bertemu!" seru Nicolas.Martin memperingatkan pada Nicolas untuk menyimpan segala rindu yang tertanam di hatinya karena Sandi bukan lawan Nicolas. Bisa saja perusahaannya hancur di tangan Sandi dalam sek
Nicolas tak menghiraukan perkataan Velope ia terus melakukan apa yang menurutnya benar yakni mencicipi tubuh Velope."Hentikan tuan. jangan terbawa napsu," ucap Velope lagi."Bukankah ini yang kamu inginkan. Selebriti sepertimu mana mungkin tidak pernah melakukan hal ini, aku tahu kamu mempunyai backingan sebelum terkenal bukan. Seseorang yang memeliharamu," balas Nicolas sambil terus menggerayangi tubuh Velope.Velope terus meronta dia bahkan belum siap melakukan hal seperti ini. Sekeras apapun dia menolak Nicolas tak menghiraukannya. Dia pikir Velope sendiri yang sudah datang ke tempatnya. Mengajaknya bekerja sama untuk mendapatkan seseorang yang ia cintai."Tuan Nicolas aku sungguh tak ingin melakukan hal ini padamu. Aku memang mempunyai pendukung tapi aku bukan wanita simpanan yang bisa seenaknya dinikmati," ucap Velope."Jadi aku harus menjadi pendukungmu dulu baru bisa menikmatimu? Oke mulai sekarang kamu adalah wanita peliharaanku!" tegas Nicolas.Nicolas sudah tak bisa menahan
Nicolas menertawakan Sandi yang begitu percaya diri bahwa Ani juga akan memilihnya di masa depan untuk menjadi suaminya."Tuan Muda Sandi, kamu jangan keterlaluan. Masih banyak waktu untuk Ani berpikir. Kamu belim menjadi suaminya maka kamu tidak bisa menentukan segalanya sekarang," ucap Nicolas."Memang masih banyak waktu. Dan aku tak akan membiarkan sedikit saja waktu Ani untuk memikirkanmu," balas Sandi.Sandi menegaskan kalau Ani adalah miliknya, saat ini dan selamanya. Apalagi keluarga besar dan sahabatnya sangat mendukung kedekatan dan hubungan asmara mereka. Tidak seperti seseorang yang hubungannya ditentang keluarga lalu mereka mengirim orang itu ke luar negeri dan bertunangan dengan wanita lain. Sandi sudah menyelidiki segalanya tentang Nicolas ini. Jadi dia sengaja menantangnya hari ini."Aku sudah kembali dan juga sudah mempunyai posisi yang kuat. Aku tidak akan membiarkan Ani jatuh ke pelukan pria lain," ucap Nicolas lalu pergi dari perusahaan Sandi."Sandi jangan hirauka
Ani kaget mendengar ada yang mencarinya. Kira-kira siapa yang mencari Ani. Ia meminta ijin pada Sandi untuk turun sebentar menemui siapa yang mencarinya."Sandi, bolehkah aku turun sebentar menemui siapa yang mencariku?" tanya Ani."Turunlah dan lekas kembali, aku sudah memesan makan siang untuk kita berdua," balas Sandi.Sandi sangat tak rela melepas Ani. Entah apa yang terjadi hatinya terasa sakit saat ada orang yang mencari Ani. Apakah itu adalah Nicolas, kenapa dia tahu Ani bekerja di sini. Apakah lelaki itu sengaja mengejar Ani kembali.Banyak pertanyaan yang berkeliaran di kepala Sandi. Dia sangat takut kehilangan Ani di sampingnya."Kalau kamu tak rela melepasnya. Seharusnya kamu mengantarnya ke bawah dan mencari tahu siapa tamu yang mencari Ani," tegur Jerri sambil menepuk pundak Sandi."Jerri kamu benar dari pada hatiku sesak lebih baik turun ke bawah dan melihat siapa yang datang," ucap Sandi lalu segera turun ke lantai bawah.Ani turun dan berjumpa dengan seseorang yang tam
Sandi sangat kacau pikirannya karena selalu teringat Kedekatan Ani dan juga Nicolas. Dia semakin pusing karena memikirkan kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Alhasil jadinya saat datang bekerja ke perusahaan wajahnya sangat terlihat lelah dan mata pandanya sangat jelas terlihat "Sandi, apa kamu tak tidur nyenyak semalam?" tanya Ani."Aku semalam memang tak bisa tidur karana memikirkanmu," balas Sandi sambil menyandarkan punggungnya di kursi kerja."Kenapa tak video call seperti biasanya, sekarang istirahatlah dahulu sebelum memulai kerja," ucap Ani.Sandi menuruti perkataan Ani lalu dia tidur di ruangan istirahat kantornya. Ani sementara yang menggantikannya mengurus beberapa pekerjaannya dibantu dengan Jerri."Terima kasih Jerri telah membantuku menyelesaikan tugas Sandi," ucap Ani."Ini sudah menjadi tugasku membantu Tuan Muda, tidak perlu berterima kasih. Nona Ani kalau boleh tahu apa hubunganmu dengan Pria yang semalam kamu temui di pesta?" tanya Jerri."Maksudmu Nicolas? Di
Sandi melepaskan genggamannya lalu melihat Ani yang sedikit kesakitan. Ia memeluknya erat seraya meminta maaf."Ani, tolong maafkan Aku yang bertingkah seperti ini padamu," ucap Sandi."Sebenarnya kamu kenapa, Sandi?" tanya Ani.Sandi menjelaskan kalau dia sangat khawatir dan cemburu pada Ani.saat berdekatan dengan peia lain. Melihat Ani tertawa lepas bersama pria lain membuat hatinya sakit."Tak tahukah kamu kalau aku sedang cemburu?" tanya Sandi masih memeluk Ani."Aku hanya menyapa kawan lama saja. Kenapa harus cemburu diantara kami tidak ada apa-apa," ucap Ani."Tapi dari tatapannya seperti dia sedang menginginkanmu," balas Sandi."Sandi, ayo kita pulang. Di hatiku saat ini hanya ada kamu seorang tidak ada pria lain," ajak Ani.Sandi mengantar Ani pulang. Saat sudah sampai rumahnya dia memeluk Ani sebentar dan mengatakan jangan sampai chatingan dengan pria yang sudah lama tidak dia jumpai."Aku sarankan kamu jangan sampai menerima telepon atau membalas pesan pria yang kamu temui t