Home / Romansa / TRUE LOVE BEAST HUSBAND / Kebenaran Terungkap

Share

Kebenaran Terungkap

Author: Sari Yu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Papa Leo keluar dari pintu yang diketuk oleh Mira. “Mira ... sedang apa kamu di sini?” Papa Leo mengingat sesuatu, segera dia tarik tangan Mira untuk masuk ke dalam kamar itu.

“Tunggu sebentar di sini!  Mamanya Leo sedang berada di kamar Leo lantai tiga. Om akan mengamati keadaan di luar, kalau sudah aman, akan om beritahu,” perintah Papa Leo. Setelah itu dia langsung keluar kamar, Mira duduk di ujung tempat tidur untuk menunggu kabar darinya.

Selama menunggu kabar dari Papa Leo, Mira berjalan mondar mandir di kamar itu, terkadang dia meletakkan daun telinganya ke pintu kamar berharap mendengar sesuatu, dan selalu terus bersikap waspada, jikalau tiba-tiba Mamanya Leo muncul dihadapannya. Otaknya dengan sigap sudah menemukan tempat sembunyi yang tepat, kalau memang itu terjadi.

Akhirnya Papa Leo membuka pintu kamar itu, membuat Mira terperanjat. Dia memberi kabar kalau istrinya sudah turun ke lantai satu, jadi Mira bisa segera naik ke lantai tiga ke kamar Leo. Namun, Papa Leo memberi nasehat agar tetap hati-hati, karena dia sendiri memahami, kalau istrinya sudah marah, semua bisa saja terjadi.

Mira kemudian berjalan mengendap-endap menuju lantai tiga, diketoknya pintu kamar yang hanya ada satu di lantai itu.

Tok! Tok! Tok!

“Iya, masuk!”

“Itu suara Leo, memang ini benar kamarnya.” Hati Mira berdebar-debar antara bahagia dan rasa rindu ingin bertemu yang luar biasa.

Pintu kamar pun akhirnya dibuka oleh Mira. “Leo ...”

Leo terperanjat, dia hapal betul suara yang memanggil namanya. Walaupun tubuhnya masih lemah, dia berusaha untuk bangkit dari tempat tidur. “Mira ...” 

Mereka berdua akhirnya bertemu dalam pelukan yang sangat indah. Mira menangis dalam dekapan Leo, mengingat perjuangan untuk bisa menemuinya. Lelaki gagah itu, merasa lega ternyata yang dikatakan mamanya tidak benar. 

Mira melepas dekapannya, wajahnya diangkat, diamatinya wajah Leo dengan penuh haru. Dia menyentuh wajah lelaki gagah bertompel itu dengan kedua tangannya. “Aku sangat merindukan tompel ini.” Dielusnya wajah itu lembut, hingga mata Leo terpejam menikmatinya.

Kemudian tangan Mira berhenti pada bibir indah Leo, dielusnya bibir itu, hingga membuat Leo tidak bisa lagi menahan hasratnya. Kepala gadis manis itu didekatkan ke wajahnya, hingga bibir mereka bertemu. Kedua bibir itu saling beradu dengan lembut dalam balutan kasmaran.

Setelah itu, mereka berpelukan lagi. “Aku kira, kamu tidak akan datang,” kata Leo.

Mereka berdua kemudian duduk di tepi kasur, saling bercerita, bertanya dan menjawab. Mira menceritakan kejadian ketika Mama Leo datang kerumahnya, merayu dia dengan berbagai cara agar menjauh dari Leo, tapi ditolaknya.

“Ternyata mama berbohong padaku,” kata Leo sambil menarik nafas panjang.

Mira kemudian memberanikan diri bertanya kepada Leo tentang cerita yang didengar mengenai keluarganya. Dia penasaran ingin mengetahui kebenarannya.

“Memang saat itu mereka ketakutan setelah didatangi oleh mama, mereka berinisiatif sendiri untuk pindah dari desa ini. Yang meninggal itu, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kami, dia meninggal karena terbawa arus sungai ketika bermain.” Cerita Leo panjang, menghilangkan sedikit ketakutan Mira.

“Bagaimama kabar pembantu itu?” tanya Mira.

“Pembantu yang mana?” tanya Leo balik.

“Pembantu yang membuat minuman buat kami, saat kamu memberiku undangan ke pesta.”

Leo berusaha mengingat kembali. “O ... masih ada bekerja bersama kami.”

“Ternyata itu Cuma pikiran burukku saja,” pikir Mira.

“Sekarang giliranku bertanya. Apakah kamu masih berhubungan dengan Noval?” tanya Leo, membuat Mira terkejut.

Mata Mira membulat. “Kenapa bertanya seperti itu? Tentu saja sudah tidak.” Dia terpaksa berbohong untuk menenangkan kekasihnya itu.

“Aku hanya ingin memastikan saja,” jawab Leo sambil mencium kening Mira dengan lembut.

Leo kemudian menggenggam kedua tangan Mira. “Aku sangat mencintaimu, aku sedikit posesif. Tidak akan kubiarkan siapapun lelaki dekat denganmu.”

Kemudian Leo teringat sesuatu. “O ... dan pemuda-pemuda yang selalu menyapamu, apakah mereka masih menggoda dan merayumu?” tanya Leo.

Mira melepas genggaman Leo, dia sedikit kesal. Dia membuang muka dan menyilangkan tangannya, sambil berkata, “Kamu pikir aku wanita yang suka menggoda.”

Leo menarik kedua tangan Mira, dipegang wajah kecil gadis manis itu dengan kedua tangannya, “Aku bertanya, memastikan mereka tidak berani macam-macam lagi denganmu. Aku tidak menganggapmu begitu.” Kembali Leo mengecup bibir Mira pelan, hingga bibir itu melebar menghasilkan senyuman malu.

Tiba-tiba pintu kamar Leo diketuk, seseorang memanggil namanya.

“Leo!” teriak Mama Leo, membuyarkan acara pertemuan yang penuh kasmaran itu dan merubahnya menjadi penuh kepanikan.

Leo segera meminta Mira untuk bersembunyi, namun gadis manis itu terlanjur panik, tidak ada satupun yang dianggapnya aman untuk bersembunyi di kamar itu.

Kamar itu sebenarnya sangat luas. Namun, tidak ada kolong tempat tidur, tidak ada kolong kursi, lemarinya pun penuh dengan pakaian sehingga tidak ada celah untuk sembunyi. 

Leo kemudian berinisiatif untuk menyembunyikan Mira di bawah selimut tebalnya, salah satu gulingnya dibuang ke lantai namun tersembunyi dari pandangan. Mira menurutinya, dia segera masuk ke dalam selimut.

“Iya, Ma. Masuk saja!” pinta Leo sambil membenahi selimutnya agar terlihat senatural mungkin.

Mama Leo masuk membawa nampan berisi makanan dan minuman buat Leo, memang selama dia sakit, mamanya yang dengan sukarela naik ke lantai tiga, membawakan dia makanan dan minuman atau hanya sekedar mengobrol untuk menghilangkan kepenatan anak satu-satunya itu. Mamanya sangat perhatian dan sayang kepada Leo.

Mama Leo meletakkan nampan itu disebelah tempat tidur, kemudian menempelkan tangannya pada dahi Leo, dia terperanjat. “Sudah dingin, berarti sudah sembuh. Syukurlah, Leo.” Wajahnya terlihat bahagia dan senang sekali.

“Benar juga yang dikatakan dokter, kamu memang lebih baik istirahat tanpa memegang telepon seluler, agar  pikiranmu tenang.” Mama Leo memberikan senyuman manis kepada anak satu-satunya itu.

“Pantas saja, Bibi Jum memintaku untuk menanyakan langsung ke Leo, bukan melalui telepon seluler,” pikir Mira yang masih berada di balik selimut.

“Kamu tidak perlu memikirkan Mira lagi. Gadis itu sudah jauh darimu,” ucap Mama Leo, membuat Mira terperanjat dan sedikit ketakutan dalam selimut.

“Segala upaya yang kamu lakukan dulu untuk mendapatkan gadis itu, memang sia-sia, sampai harus membuat toko bapaknya tidak ramai selama tiga bulan dengan memberikan uang ke pelanggannya.” kata Mama Leo membuat Leo dan Mira sama-sama terkejut, mereka berdua mematung dalam diam.

“Kamu sudah berkorban banyak, tapi jangan sampai mengkorbankan tubuhmu juga.” Mama Leo mengusap kepala anak kesayangannya itu.

“Masih banyak gadis di luar sana yang lebih baik untukmu, kamu tinggal bersabar saja. Nanti, biar mama yang mencarikan.” 

Mira ingin keluar dari selimutnya, menghardik Leo serta mamanya. Namun, dia teringat kalau Leo masih lemah dan butuh ketenangan jiwa darinya, lagipula dia belum siap untuk meninggalkan Leo saat itu juga. Cintanya mengalahkan logikanya. Gadis itu berpikir, pasti ada alasan dari semua ini, dan dia berniat menanyakannya langsung ke Leo, dari hati ke hati.

“Kenapa aku berpikir kalau guling disebelahmu itu seolah-olah bernafas?” tanya Mama Leo, membuat Leo tersentak kaget, segera dia memutar otak untuk mencari alasan.

Leo kemudian membuka sedikit selimut menunjukkan gulingnya. “Ini Cuma guling, ma,” jawab Leo dengan tawa datarnya berusaha meyakinkan mamanya.

“O ... “ jawab Mama Leo datar sambil berdiri bersiap untuk keluar kamar.

“Mama turun dulu, ada banyak yang harus mama kerjakan,” ucap mama sambil menutup pintu kamar.

Setelah Mama Leo keluar kamar, Leo dan Mira akhirnya bisa bernafas dengan lega. Gadis manis itu segera keluar dari selimut, dipandangnya wajah kekasihnya itu, yang diam seperti kehilangan kata-kata di depannya.

“Kenapa kamu lakukan itu?” tanya Mira tegas, membuat Leo yang mendengarnya menelan ludah.

Related chapters

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Kedatangan Nenek Mira

    “Kamu tahu Mira, aku menyukaimu sejak SMA. Dulu, diriku tidak percaya diri seperti sekarang, hanya bisa melihatmu dari jauh, memendam rasa.”“Kamu menghilang saat kuliah di kota. Setelah lulus dan kembali ke desa ini lagi, ternyata sudah memiliki kekasih. Hatiku patah rasanya. Akhirnya aku berusaha mencari cara agar bisa bersamamu”Leo mendekati Mira, memandang dan menggenggam tangannya, berusaha meyakinkan bahwa yang dikatakannya adalah benar. “Maafkan aku, caraku memang salah.” Leo mencium tangan Mira dengan penuh perasaan.“Namun, berhasilkan?!” seru Leo tiba-tiba, mengagetkan sekaligus membuat Mira akhirnya tertawa melayangkan tangannya ke lengan Leo dengan mesra.“Aduh ...” canda Leo sambil mengelus tangannya.Keduanya saling tertawa lepas, hingga tak sadar kalau Mama Leo telah berdiri mengamati mereka sambil menyilangkan tangannya.“Bagaimana kamu bisa masuk ke sini, Mira?” tanya Mama Leo, mengagetkan mereka berdua.

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Rintangan Kedua

    Mira mengamati Nenek yang semakin jauh dari pandangannya, sambil terus memegangi perutnya. Ketika hampir mendekati apotek, Mira langsung berkata kepada Leo kalau perutnya tidak sakit lagi.Leo kemudian berkata kepada Mira. “Lebih baik kita pulang saja, kamu istirahatlah di rumah. Aku takut kalau nekat pergi ke kota, perutmu sakit lagi.”Mira mengganggukkan kepala pertanda setuju dengan yang dikatakan Leo.Mira terus memutar otak selama perjalanan menuju ke rumahnya, tentang bagaimana cara mengenalkan Leo kepada neneknya? Dia berpikir, tidak mungkin menyembunyikan Leo terus menerus. Gadis manis itu menarik nafas panjang berkali-kali.Leo melihat kegelisahan di wajah Mira. “Ada apa, Mir? Apa ada masalah?” tanya Leo sambil memegang salah satu tangan Mira.Mira memandang Leo penuh rasa iba. “Bagaimana mungkin aku tega menceritakan ini kepadamu Leo? Aku takut nanti kamu sakit hati,” batinnya.Leo melihat Mira semakin berta

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Operasi Plastik

    “Operasi plastik. Apa kamu gila!” teriak Leo sambil mondar mandir di depan Mira. Nafasnya bergerak cepat, dadanya kembang kempis, naik turun, wajahnya memerah. Dia benar- benar tidak terima, merasa terhina, namun tidak bisa membalas.“Sabar, Leo. Nenekku memang seperti itu. Segala perkataannya, sangat sulit untuk dipatahkan.”“Kalau aku mau, dari dulu sudah aku lakukan.” Leo masih saja tersulut emosi.“Kalau boleh tahu. Kenapa dari dulu, tidak kamu lakukan?” tanya Mira dengan hati-hati, berharap kekasihnya itu tidak semakin emosi.Leo kemudian duduk di sebelah Mira. Kepalanya mulai dingin. “Mamaku adalah orang yang paling tidak menginginkan itu. Dia selalu berkata kepadaku kalau tompelku adalah jimat keberuntungannya. Sebenarnya aku sendiri tidak paham maksudnya,” kata Leo. Bibirnya bisa sedikit tersenyum jika mengingat perkataan mamanya saat itu.“Mama berkata tompel ini adalah anugerah dari sang pencipta untukku, agar a

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Bukti Cinta Leo

    Nenek menutup mulutnya dengan kedua tangan, merasa tidak percaya dengan yang baru saja dia dengar. “Apakah aku bermimpi? Leo ini berbeda sekali dengan yang pertama kulihat. Apakah dia benar-benar operasi plastik?” batin Nenek, sambil menelan salivanya.Leo berjalan satu langkah ke depan dari tempat dia berdiri. “Perkenalkan, saya adalah Leo, kekasih Mira,” ucap Leo sambil melihat ke kanan dan ke kiri memastikan setiap orang mengamatinya. Dia berbicara dengan gagahnya penuh percaya diri.Perkataan Leo disambut riuh oleh saudara Nenek Mira. Ada yang merasa sial karena terlambat mendekati Mira, wajahnya penuh penyesalan, ada yang ikut bangga dengan Mira karena memiliki kekasih sangat tampan, ada pula yang iri dengannya.Mira mendekati Leo, menggenggam tangannya dengan mesra dan memandang kedua matanya penuh takjub sambil memberikan senyuman terindah. Menjadikan mereka berdua seperti sejoli yang baru jatuh cinta.Setelah itu, suasana menjadi

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Di Klinik Kecantikan

    “Hallo Leo, bisakah kamu ke sini siang nanti, pukul dua. Nenek yang meminta,” ucap Mira melalui teleponnya.“Oh ... oke, aku akan ke sana nanti siang,” jawab Leo sambil menutup teleponnya. Sesaat kemudian, dia berpikir sebentar, di kepalanya terselip pertanyaan, tentang apa yang akan diinginkan Nenek Mira kali ini?Di rumah Mira, Nenek menelepon seseorang untuk diminta datang pukul satu siang nanti, satu jam lebih awal dari kedatangan Leo.Tepat pukul satu siang, dua orang laki-laki telah datang menemui Nenek di ruang tamu. Mira mengintip dari kamarnya karena sangat penasaran dengan gerak gerik neneknya, namun sayang, dia tidak mendengar apapun dari sana.Tiba-tiba Nenek berdiri dari sikap duduknya dan berjalan ke arah kamar Mira, dengan segera gadis manis itu berjalan menjauhi pintu dan duduk di tepi kasur, seolah-olah bersikap tidak terjadi apa-apa barusan.“Mira, apakah Leo nanti bisa datang?” tanya Nenek Mira sambil membuka

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Reuni Cinta Nenek Mira dan Kakek Leo

    Ternyata Kakek mengerjai Leo. Setelah itu mereka berdua saling bersua. Leo sangat bahagia karena kakeknya sangat merindukannya. Kemudian Leo bercerita tentang kisah cintanya dengan Mira dan sikap Nenek Mira sebagai rintangan cinta mereka berdua. Kakek sangat memahaminya, karena pernah merasakan yang dirasakan oleh Leo ketika masih muda dulu.“Baiklah Leo, Kakek akan datang ke rumahmu. Kakek ingin melihat Mira secara langsung, dan menilainya, untuk tahu, apakah kamu pantas memperjuangkan cintamu atau tidak dengannya?” kata Kakek Leo yang sudah lima belas tahun belum bertemu dengan Leo.“Iya, Kek. Semoga Mira bisa datang untuk bertemu Kakek. Kalaupun tidak bisa, maka Leo akan mencari cara agar Kakek bisa bertemu dengannya,” ucap Leo.“Bagus, kamu benar-benar cucu Kakek, punya banyak akal. Siapkan rencanamu Leo,” kata Kakek dengan tegas.“Siap, Kek. Laksanakan.” Leo menutup teleponnya sa

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Rintangan Ketiga

    Setelah bersih-bersih, Mira segera mandi dan bersiap pergi ke rumah Leo. Hatinya saat itu sangat berbahagia karena akan menghadiri acara reuni teman-teman kuliahnya, dan yang paling membuatnya lebih bahagia adalah dia bisa ke acara itu bersama Leo, kekasihnya.Tiba di rumah Leo, seperti biasa, dia akan disambut hangat oleh kekasihnya itu. Saat berada di ruang keluarga, Mira mulai menceritakan tujuannya bertemu dengan Leo.“Leo, besok sabtu, akan ada acara reuni teman-teman kuliahku. Aku bahagia sekali ... dan yang paling membuatku senang, kamu boleh ikut. Kamu ada waktu ‘kan?” tanya Mira dengan wajah berseri-seri.Leo berpikir sebentar, kemudian dia menjawab pertanyaan Mira. “Hmm ... sabtu ya. Sepertinya aku bisa ikut,” jawabnya datar.“Kenapa responmu biasa saja? Apa kamu tidak bahagia pergi bersamaku?” tanya Mira sambil memajukan bibirnya.“Bukan begitu Mir. Entahlah, sesuatu yang baru buatku ... tapi semuanya pasti akan menyenangk

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Acara Kumpul Keluarga

    Di Kota, saat Leo berada si sebuah kafe, sedang sendiri. Dia disapa oleh Om Rudi, yang merupakan kakak dari papanya. Om Rudi menepuk pundak Leo hingga hampir saja membuatnya menyemburkan kopi yang baru saja di seruputnya.Om Rudi kemudian meminta Leo untuk datang ke rumahnya, sabtu depan, karena anaknya yang bernama Rani, yang merupakan sepupu Leo, akan berulang tahun. Tentu saja, akan banyak anggota keluarga yang datang dan berkumpul di sana. Om Rudi juga meminta Leo untuk membawa kekasih. Lelaki gagah itu sampai membulatkan matanya saat mendengar Om Rudi mengatakan itu, karena dia dan Mira saat ini, sedang berjauhan, bukan jarak rumahnya, tapi hati dan perasaan mereka.Leo berpikir lama di kafe itu, setelah Om Rudi berpamitan. Tapi kalau dipertimbangkan, ini adalah saat yang baik baginya untuk berbaikan dengan Mira. Undangan ulang tahun ini bisa dijadikan alasan yang masuk akal untuk membuat dia dan kekasihnya itu pergi berduaan dan melupakan kejadian kemarin.

Latest chapter

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Akhir Yang Indah

    Wajah Mira menegang, terpaku dengan bercak merah itu. Namun, dia segera menyelesaikan memandikan bayinya. Takut kalau terlalu lama kena air, sang bayi bisa sakit karena masuk angin.Setelah selesai memakaikan baju, dia menggendong anaknya dengan wajah panik dan turun ke lantai dua menuju ke kamar Papa Leo. Kebetulan saat itu Mama Leo sedang ada arisan. “Pa, Mira minta tolong anterin ke dokter anak, ya?”“Lo, ada apa Mira? Apa cucu Papa sakit demam?”“Nanti aja jelasinnya ya, Pa,” jawab Mira dengan wajah panik dan cemas.Papa langsung menjawab, “Oke, oke. Ayo, Mir.”Mereka berdua kemudian berjalan cepat menuju ke mobil. Seorang sopir pribadi Papa Leo yang selalu siaga, telah berada di depan mobil dan ikut bergerak cepat mengantarkan majikannya. “Ke Dokter Anak terdekat, ya!” perintah Papa Leo.“Siap, Pak.”Akhirnya me

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Bercak Merah

    Papa dan Mama Leo tercengang menyaksikan kepergian anak semata wayangnya. Papa Leo sampai ikut melongo, bingung harus berbuat apa. “Kita harus ngomong apa ke Mira, Ma?” Mama menghela napas dengan kasar. “Mama sendiri pusing rasanya, Pa. Terus setelah ini gimana?” “Lebih baik kita bicara jujur saja, Ma. Anak itu, masih saja emosional apalagi menyangkut Mira,” jelas Papa Leo sambil menggandeng pundak Mama Leo menuju ke kamar Mira. Di salah satu kamar terbaik Rumah Sakit Bersalin itu, Mira mulai pulih keadaannya. Mungkin karena bantuan selang infus dan segala yang dimasukkan ke dalam selang itu, oleh Dokter Spesialis Kandungan dan juga bidannya. Sedangkan, sang bayi memang belum berada di sisinya karena masih dalam pengawasan. Mama dan Papa akhirnya masuk juga ke dalam ruangan itu. Mereka kemudian berdiri berbarengan di sebelah Mira. “Selamat, ya. Bayimu tampan sekali,” ucap Mama dengan senyuman bangga. “Makasih, Ma,” jawab Mi

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Kecurigaan Leo

    “Sebentar-sebentar.” Mira mendekati suaminya dan merangkulnya dari belakang. “Kalau mau pingsan sekarang. Aku sudah siap.” “Beneran sudah siap? Oke, aku pingsan sekarang, ya?” Leo menjatuhkan tubuhnya di dekapan Mira sambil menutup mata. Itu pun dengan kekuatan separuh. Mira berusaha menahannya dengan sekuat tenaga. “Argh ... aku gak kuat!” teriaknya dengan manja. Leo terkekeh melihat ulah istrinya sambil mengembalikan posisinya untuk duduk kembali. “haha ... enggak pingsan lah. Ini ‘kan kabar bahagia, sayang.” Leo menarik tangan istrinya yang sedang melingkar di perutnya agar berada di dekapannya. “Selamat ya, sayang. Semoga sehat terus sampai waktu melahirkan nanti,” doa Leo sambil mengelus perut Mira. Istrinya mengamini sambil mengangguk dengan wajah tersenyum bahagia. Senyuman itu sama sekali tidak memudar sejak tadi. Sebulan yang lalu, Leo membimbing Mira untuk mau berhubungan badan lagi. Awalnya Mira sanga

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Mata-mata Noval

    “Siapa, Pak?” tanya bagian keamanan itu penasaran. “Benar ... saya yakin dari postur tubuhnya. Dia Noval. Mantan pacar istri saya.” “Apa Bapak punya fotonya. Agar kami bisa berjaga-jaga kalau dia datang lagi ke sini.” “Tidak. Saya tidak memilikinya. Baiklah, Pak. Terima kasih kerja samanya.” “Tentu, apa pun itu. Kalau bisa membantu.” Dahi Leo mulai berkerut samar. “Si sialan itu tidak kapok juga. Awas, kamu.” Sambil berlalu tangannya semakin mengepal karena menahan marah. Selama di Rumah Sakit Jiwa, Mira mengalami perkembangan yang baik. Dia sudah tidak depresi lagi. Sudah bisa menerima kenyataan kalau apa yang telah terjadi dengannya adalah sebuah takdir yang harus di sikapi dengan bijaksana. Sikap sabar dan kasih sayang suaminya juga yang telah membuatnya bisa menerima kenyataan dengan baik. Setelah tambahan di sana selama satu minggu. Akhirnya, “Mira, ada kabar bagus hari ini.” “Apa itu, Leo?”

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Masuk Rumah Sakit Jiwa

    Teriakan Leo membuat Noval terpaksa keluar dengan dahi mengernyit. “Tutup mulutmu. Kau bisa membuat semua orang berkumpul di sini.” “Benar dugaanku. Apa kamu yang telah menabrak istriku, hah?!” teriak Leo penuh luapan amarah sambil menggerak-gerakkan pagar rumah itu. Ibnu langsung membuka pagarnya. Dia dengan wajah dibuat seolah-olah tidak mengetahui apa-apa dan berusaha ramah. Mendekati Leo. “Ada apa denganmu, Pak. Kalau mau bertanya langsung ke dalam saja. Jangan di luar seperti ini.” Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Leo. Dia langsung masuk ke dalam pagar rumah itu dan berjalan menuju ke Noval. Menarik kerah bajunya. Matanya membulat garang dan giginya gemeretak. Tangannya yang dari tadi mengepal menahan amarah akhirnya mengayun keras tepat di pipi kiri Noval. Dia meringis kesakitan dan duduk terjatuh ke lantai. Wanita cantik seksi dan Ibnu teman Noval, hanya bisa berdiri diam di sisinya. Leo memiliki postur tubuh lebih t

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Mira Depresi

    Suara teriakan Mira yang parau dan dalam mengagetkan seisi ruangan. Hatinya sangat perih. Tangannya yang gemetaran berada di atas perutnya. Dia menangis tersedu-sedu. “Anakku! Anakku!” teriaknya. Seolah tidak bisa menerima kenyataan kalau anak yang selama ini berada dalam perutnya sudah tidak ada lagi. Semua anggota keluarga mengerubungi Mira kembali. Mereka saling pandang dengan wajah penuh tanya tentang apa yang telah terjadi. Sejak keluar dari ruangan dokter itu, Leo tidak bercerita kepada siapa pun di sana. Kalau anak dalam kandungan Mira sudah tidak bisa tertolong. Dia takut mengagetkan mereka semua. Apalagi Ibu Mira yang syok melihat putrinya seperti itu. Bayangkan saja, apa yang akan terjadi jika mereka semua tahu yang sebenarnya. Menanggapi kecelakaan yang menimpa Mira saja, sudah membuat mereka syok, apalagi lebih dari itu. “Ada apa, Leo?” tanya Mama Leo penasaran. Namun teriakan Mira dan gerakan tangan di perutnya membuat para oran

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Kabar Buruk

    “Sebentar, ya Ayah Leo. Mami mau nanya sama dedek dulu.” “Hah, caranya gimana sayang?” “Pakai telepati.” Mata Mira terpejam seolah sedang berkonsentrasi dengan jabang bayi di perutnya. Mulutnya komat kamit tidak jelas. Leo kembali melongo melihat kelakuan aneh istrinya. “Bisa tidak, gak aneh-aneh seperti itu.” Mira tidak menggubris suaminya. Dia tetap memejamkan mata dan menggerakkan bibirnya “Mir, Mira?” panggil Leo mulai ketakutan. Tiba-tiba, “Waa ... !” teriak Mira mengagetkan Leo. Dia tertawa terpingkal-pingkal melihat keberhasilan mengerjai suaminya. Leo memegang dadanya. Hampir saja dia melompat karena terkejut. “Gak lucu, ah,” timpal Leo dengan wajah cemberut. Setelah merasa puas, Mira mendekati suaminya. Tangannya dilingkarkan ke leher Leo “Aku semakin sayang, sama kamu,” ucapnya sambil memandang mata suaminya. Leo tersenyum menanggapi ungkapan hati istrinya. Baru saja dia mau menjawabn

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Masa Mengidam Mira

    Namun, Leo tetap bergeming. Barulah level kepanikan Mira naik. Dia berteriak, “Tolong! Tolong! Kumohon tolong kami.” Tangisannya langsung pecah seiring dengan suara teriakannya. Segera semua penghuni di lantai satu dan dua berlarian menuju ke lantai tiga kamarnya. “Ada apa, Nyonya?” tanya salah satu pembantu yang telah dulu naik ke lantai tiga kamar Mira. “Apa yang terjadi, Mira?” tanya Bibi Jum dengan nada khawatir. “Mira, ada apa?” tanya Mama dengan wajah sangat khawatir. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke tubuh Leo yang tergeletak di lantai. “Astaga, ada apa dengan anakku, Mira. Cepat katakan!” teriaknya. Sama paniknya dengan Mira. Dia juga melakukan yang tadi dilakukan Mira, yaitu menggerak-gerakkan tubuh Leo agar segera tersadar. Papa Leo datang terakhir. Dia yang paling tenang di antara lainnya. “Jangan bergerombol, ya. Coba tenangkan diri kalian. Sekarang, semuanya menjauh dari Leo. Biar Papa yang menangani.” S

  • TRUE LOVE BEAST HUSBAND   Hasil Positif Mira

    “Coba Mira ke dokter, ya? Memastikan keadaan Mira,” ucap Bibi Jum tenang. “Apa ... Bibi Jum menganggap Mira ... gila?” tanya Mira kebingungan. “Bukan, bukan begitu Mira. Kamu salah paham. Sudah gini aja. Bibi nanti ngasih catatan buat dokternya. Nanti waktu Mira ke sana. Kasihkan saja, ya?” Mira masih kebingungan. Bahkan mulutnya masih termenganga saat itu. Namun, dia menganggukkan kepalanya cepat. “Yang penting lakukan saja, mengenai hasilnya dipikirkan nanti saja,” batinnya. Keesokan harinya, Mira pergi ke dokter. Dia pergi ke dokter umum karena terbiasa ke sana kalau sedang jatuh sakit. Tidak lupa dia juga membawa catatan yang diberikan oleh Bibi Jum. Dia tidak membuka dan membaca catatan itu sama sekali. Sebenarnya, dia sangat penasaran tapi karena ingat pesan Bibi Jum, maka dia tidak berani membacanya. “Tolong kasihkan langsung ke dokternya, ya! Tidak usah dibaca.” Itulah kata-kata Bibi Jum yang terngiang di kepala Mira. Saa

DMCA.com Protection Status