"Permaisuri, apa Anda sudah selesai?" tanya Qiao Li Ying dari luar kamar mandi.Sudah sekitar 30 menit Wan Ming Ye berdiam diri di dalam kamar mandi. Dia memang tak berniat keluar dari sana, sebab hari ini adalah hari pernikahannya. Kini, hanya tersisa satu harapan baginya. Entah apakah surat rahasia yang dikirimkannya telah sampai ataukah belum kepada sang penerima. Surat yang dikirimkan oleh Wan Ming Ye ditujukan kepada Ju Ji Man. Dia berharap agar pria yang dicintainya menerima suratnya dan bersedia membantunya melarikan diri dari pernikahan yang sama sekali tak diinginkannya. Hanya itulah yang diharapkan oleh Wan Ming Ye saat ini. Meskipun dia tahu semua pada akhirnya akan sia-sia, namun dia tak pernah berhenti berharap pada satu kemungkinan dalam kemustahilan.Setelah berpikir lama, akhirnya Wan Ming Ye menyerah. Kali ini, hanya terserah bagaimana takdir yang menentukan. Wan Ming Ye pun keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk kulit, lalu disambut oleh Qiao Li Ying."Perma
CRING!JLEB!Ujung bilah pedang tajam tanpa ragu menembus jantung sang pengantin wanita yang mengenakan penutup kain merah. Perlahan kain tersebut merosot, lantas mengungkap wajah di baliknya."B-Bai Ruyu ... tidak kusangka, kau benar-benar membunuhku," ucapnya dengan suara terputus-putus akibat menahan sakitnya tikaman yang menembus jantungnya."Qiao Li Ying ...," gumam Bai Ruyu. Ia hanya terpaku di tempat, menatap tajam sorot mata Qiao Li Ying yang menatapnya dengan tatapan nanar.Dalam hatinya hanya tidak menyangka bahwa Bai Ruyu akan sangat kejam menikam jantungnya, walaupun sebenarnya Qiao Li Ying telah menduga bahwa Bai Ruyu telah mengetahui trik yang sedang dimainkan oleh Qiao Li Ying. Bai Ruyu tahu jika wajah di balik pengantin wanita bukanlah Wan Ming Ye, melainkan Qiao Li Ying. Namun, dia sengaja tetap diam hingga penyamaran Qiao Li Ying terungkap, lalu tanpa ragu menikam jantungnya."Dia bukan Tuan Putri Wan Ming Ye? lalu, di mana dia?" "Di mana Tuan Putri Wan Ming Ye?"Se
Tatkala kembang api peringatan tanda bahaya diluncurkan, seketika seluruh pasukan Negara Tang mulai bersiap berperang. Kabar tentang meninggalnya Tuan Putri Wan Ming Ye pun telah menyebar dengan cepat, mengobarkan semangat balas dendam prajurit Negara Tang untuk berperang melawan Negara Qing yang telah berani berkhianat. Kabar itu pun telah sampai ke kamp militer tempat Bai Wuxin dan para rekannya berlatih. Perubahan benar-benar terjadi dan hal ini telah menjadi salah satu hal yang telah diprediksi. Seluruh prajurit Elang Hitam telah lama mempersiapkan diri dan menyusun strategi demi berperang melawan musuh di perbatasan Kota Ping’An yang sampai saat ini masih tetap berhasil dipertahankan oleh Pasukan Elang Hitam, sementara di Kota Shui pasukan musuh mulai bergerak maju. “Tuan Putri Wan Ming Ye meninggal? Siapa yang membunuhnya?” Qiao Zhi Jing menerobos masuk ke dalam tenda tempat Bai Wuxin dan rekannya yang tengah berunding menyusun strategi peperangan. Kedatangannya sontak menghen
“Kenapa tiba-tiba kau setuju, padahal sebelumnya kau menolak?” tanya Bai Wuxin. Ia sangat penasaran dengan alasan mengapa Qiao Zhi Jing tiba-tiba setuju menikah dengannya, setelah beberapa hari lalu menolak lamarannya. “Tidak ada alasan. Bolehkah alasannya hanya karena aku mencintaimu? Banyak hal yang terjadi. Aku merasa jika … aku tidak mengatakannya, entah kapan lagi ada kesempatan agar kau … .”Bai Wuxin membungkam mulut Qiao Zhi Jing dengan satu ciuman yang mendarat di bibirnya lagi, tanpa meminta persetujuan Qiao Zhi Jing terlebih dahulu. Jantung Qiao Zhi Jing berdegup dengan kencang. Ia sangat gugup karena kebingungan dengan perasaannya saat ini. Ia masih terlalu amatir dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Oleh sebab itu, dia hanya bisa mematung di tempat tanpa membalas ciuman Bai Wuxin, hingga Bai Wuxin melepaskan ciumannya kembali. “Apa ini ciuman pertamamu?” tanya Bai Wuxin. “Tidak, ini kedua kalinya,” sergah Qiao Zhi Jing dengan lugas. “Apa? Kedua ka
“Jangan mendekat!” ancam seorang wanita yang telah berdiri di ujung balkon. Sementara di hadapannya tampak seorang pria yang berusaha menenangkannya agar tak bertindak agresif. “Qiao Li Ying, kemarilah …,” bujuk sang pria yang tak lain adalah Bai Ruyu. Ia mengulurkan tangannya, berharap agar Qiao Li Ying sang wanita yang tengah berdiri di ujung balkon itu berjalan mendekat ke arahnya dan meraih tangannya.“Bai Ruyu … aku tulus mencintaimu, tapi bagaimana denganmu? Dari awal hingga akhir, kau hanya memperalatku. Kau hanya memanfaatkan ketulusanmu. Sekarang, aku tidak akan meminta cintamu lagi. Bai Ruyu, aku tahu kau takut aku mati karena kau takut mati. Kalau begitu, matilah bersamaku!” cetusnya. Slerettt …. BRUK“Tidak!” Pada akhirnya, Bai Ruyu tetap gagal mencegah tragedi itu terjadi. Telapak tangan Bai Ruyu sempat mencengkram gaun pengantin merah yang dikenakan oleh Qiao Li Ying, namun naasnya kain itu sobek dan tindakan bunuh diri Qiao Li Ying tak dapat dicegah. Qiao Li Y
Pasukan Elang Hitam sayap kiri telah bersiap menyergap pasukan musuh yang telah bergerak di kaki Bukit Chenyan. Pasukan Elang Hitam memantau dari kejauhan, lalu tatkala komando menggenggam telapak tangannya, saat itulah pasukan Elang Hitam meluncurkan panah api yang membakar barang bawaan pasukan musuh. DUAAR!!! BAMM!!! Seketika ledakan besar pun menggema dan menggemparkan pasukan musuh yang berlarian demi menyelamatkan diri. Ledakan tersebut terjadi akibat bubuk barang bawaan pasukan musuh yang diduga adalah bubuk mesiu. Sesuai prediksi Bai Wuxin bahwa tentara Negara Tang akan menggunakan jalur rahasia untuk membawa bahan peledak dengan selamat hingga ke perbatasan. Sayang sekali, rencana musuh yang terprediksi dengan akurat itu berhasil digagalkan oleh Bai Wuxin yang memimpin pasukan Elang Hitam. Pasukan Elang Hitam takkan membiarkan musuh lolos dengan mudahnya. Panah pun diluncurkan menghujani para pasukan musuh hingga membinasakan mereka semua. Misi utama pun berhasil dilancark
“Apa itu?” “Tidak, bukan apa-apa.”“Bukan apa-apa? Bai Wuxin, apa sekarang kau sengaja menyembunyikan sesuatu dariku? Sinikan, aku ingin melihat.” Qiao Zhi Jing memaksa agar Bai Wuxin segera menyerahkan secarik kertas yang disembunyikan di balik tubuhnya. Baru-baru ini, Bai Wuxin mendapat kabar lagi dari mata-mata yang ditempatkan di Ibu Kota. Bai Wuxin menerima sebuah surat dari merpati pos dan sempat tak sengaja terpantai Qiao Zhi Jing dari kejauhan. Qiao Zhi Jing yang selalu ingin tahu segala hal pun tak membiarkan Bai Wuxin menerima informasi seorang diri, dia selalu memaksa agar Bai Wuxin membagikan setiap informasi kepadanya. Termasuk informasi yang baru saja diterima oleh Bai Wuxin kali ini. Apa lagi Bai Wuxin menunjukkan sikap misterius tatkala Qiao Zhi Jing memergokinya kala membaca surat informasi yang baru saja diterima olehnya. Mau tidak mau, Bai Wuxin akhirnya terpaksa menyerahkan secarik kertas yang dia sembunyikan, lalu menyerahkannya kepada Qiao Zhi Jing dengan
Suara ledakan yang menggetarkan dari kaki Bukit Chenyan terdengar jelas sampai ke kamp militer Kota Shui, kota tempat kamp militer prajurit Negara Tang. Ledakan yang diduga sebagai pertanda buruk bagi mereka, lantas salah seorang prajurit datang menghadap panglima perang yakni Jendral Cui. “Lapor, Jendral. 5 ton bubuk mesiu yang dkirimkan telah diledakkan oleh pasukan musuh dan semua prajurit yang bertugas mengirimkan telah gugur,” lapor salah seorang prajurit Negara Tang. “Apa? Tidak kusangka, berani sekali mereka!” geramnya seraya mengepalkan kedua telapak tangannya dengan erat. “Jendral, sepertinya perang kali ini kita terpaksa harus berperang tanpa meriam. Kaisar saat ini telah menjadi tawanan si berengsek Bai Ruyu. Kita tidak bisa menunda waktu lebih lama lagi. Jika tidak, situasi akan semakin kacau. Negara tidak boleh tanpa seorang pemimpin. Atau tidak … .”“Aku tahu! Bisakah sekarang kau diam? Jangan mendesakku. Aku juga tidak bisa berhenti berpikir. Prioritas utama kita