Share

part 2

Author: Fhifhie_Zaa
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hinaan Bagas

"Mas... Mas tunggu!" teriak Anisa yang berlari keluar rumah ketika mobil milik Wulan telah melaju.

"Massss. Mas Bagas."

Lagi dan lagi Anisa berteriak namun mobil telah berlalu menuju jalanan dan menghilang. Anisa terengah-engah nafasnya tak beraturan.

"Nisa! Masuk kamu! Kamu belum menyelesaikan pekerjaan kamu. Biarkan Bagas pulang, kaya gak bisa pulang saja kamu."

"Bude, aku kan berangkat bareng suamiku."

"Apa salahnya bantu yang ada disini, Nis. Nanti aku kasih ongkos untuk pulang. Sudah sana buruan selesaikan pekerjaan kamu."

Mau tak mau, Anisa kembali masuk kedalam rumah dan menyelesaikan semua tugas yang dipikulnya. Lelah? Tentu dirinya lelah dan letih, sejak tadi hati dan pikirannya kacau, apalagi sejak tadi dia juga tak berhenti untuk istirahat sedikitpun.

Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam ketika semua pekerjaan dirumah Bude Sari selesai. Rasanya Anisa sudah tak sanggup untuk pulang namun ia juga tak mau tinggal di rumah Bude Sari.

"Nih upah kamu bekerja disini. Dan sana pulang," ucap Bude Sari.

"Terimakasih Bude. Kalau begitu saya pamit."

Anisa melangkahkan kakinya keluar dari rumah Bude Sari. Suasana malam yang sunyi membuat Anisa bingung. Pangkalan ojek yang biasanya masih ramai tetapi kini sudah sepi.

**********************

Byurrr....

"Astagfirullah. Ibu kok guyur aku?"

"Makanya bangun. Sudah jam berapa ini. Malah enak-enakan tidur diteras. Mau bikin malu keluarga ini. Apa kata tetangga nanti kalau melihat kamu tidur disini. Cepat bereskan dan masuk langsung buat sarapan."

"Bu, aku semalam pulang dan gak ada yang bukain pintu. Aku lelah, Bu "

"Alasan. Badan sama tenaga kok gak imbang. Buruan sebelum para tetangga melihat." Bu Mutia masuk dengan tanpa menoleh ke arah menantunya.

Dengan tubuh menggigil, Anisa ikut mengekor di belakang Ibu mertuanya. Ia segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian.

'Mengapa nasib aku menjadi seperti ini. Apa salah dan dosaku selama ini. Suamiku hingga kini tak pernah mengakui diriku. Apa wanita dari kampung tak pantas di cintai? Bapak... Andai Bapak tahu bagaimana nasib anakmu ini.' Batin Anisa sambil terus menangis.

"Heh gendut masak! Malah melamun aja. Itu cucian juga banyak dibelakang."

"Iya Mbak," jawab Anisa yang kini terus mengaduk sayur sop guna sarapan keluarga Bagas.

Usai memasak dan beberes rumah Anisa memilih untuk beristirahat sejenak. Apalagi sang suami juga sudah berangkat bekerja. Walau dirinya tak di anggap, namum ia sebisa mungkin untuk menunjukan baktinya pada Bagas.

"Eh gendut, itu setrikaan banyak. Malah leha-leha aja dikamar. Gimana badan gak mau tambah gendut. Lihat penampilan kamu itu seperti apa? Pantas Bagas tak pernah jatuh hati sama kamu. Sudah bau, gemuk, kulit kusam, rambut... Ah sudahlah susah mendeskripsikan," cecar Mbak Wulan yang terang- terangan menghina Anisa.

"Mbak, aku mau istirahat sebentar saja. Nanti aku kerjakan semuanya. Semalam aku tidur di kursi depan jadi badan aku pegal-pegal," kata Anisa memohon pengertian dari iparnya.

"Makanya banyak gerak. Siapa suruh tidur diluar. Kalau kamu kerjanya cepat tentu kami semuanya belum tidur."

"Ya ampun, Anisa! Buruan setrika baju, itu baju sudah menumpuk. Malah enak-enakan di kamar. Eh mana upah yang diberikan sama Bude Sari kemarin. Pasti di berikan upah kan? Sini uangnya," pinta Bu Mutia yang mana menyodorkan tangannya untuk meminta hasil kerja Anisa kemarin siang.

"Cepat, Nisa. Mana uangnya!" Ulang Bu Mutia yang tak sabar menerima uang dari Anisa.

"Itukan hasil kerja Anisa, bu," lirih Anisa yang mana menundukkan kepalanya.

"Kamu mau melawan ibu mertuamu, Nisa!" hardik Bu Mutia sambil memelototkan matanya.

"Heh gendut. Dengerin perkataan Ibu gak sih. Apa sudah tuli kamu, hah!" seru Wulan di samping sang Ibu.

Dengan terpaksa Anisa merogoh saku celananya, mengeluarkan upah kerjanya kemarin siang dirumah Bude Sari. Uang itu rencananya ingin dia simpan dan digunakan untuk pulang ke kampung halamannya.

"Kok segini?" tanya Bu Mutia yang mana sudah mengambil uang Anisa.

"Ya memang segitu, Bu. Itu sebagain buat ongkos pulang naik ojek."

"Apa? Rumah Bude Sari dekat Nisa. Ngapain naik ojek segala? Kamu bisa jalan kaki, Nisa."

"Bu, semalam sudah larut. Jalanan juga sudah sepi, Nisa takut kalau jalan kaki. Nisa juga kelelahan, Bu. Telfon Mas Bagas juga tak di angkat. Makanya Nisa naik ojek." Nisa berusaha menjelaskan duduk perkara pada sang mertua.

"Halah alasan saja kamu itu. Kamu mau bersenang-senang pakai uang ini? Sudah Ibu bilang semua uang harus diserahkan sama Ibu," hardik Bu Mutia.

"Bu... Bukan begitu..."

"Halah mau membela diri dia, Bu. Sudah berikan hukuman saja wanita gendut itu," potong Wulan saat Anisa tengah menjelaskan semuanya.

"Jangan, Bu. Nisa minta maaf. Tolong jangan hukum Nisa, Bu," ucap Anisa yang kini sudah berderai air mata. Bibirnya bergetar menahan isak tangisnya.

"Entah suamiku dahulu berhutang budi apa kepada kamu dan keluarga mu sehingga dengan tega memaksa Bagas untuk menikahi kamu. Bagas rela meninggalkan kekasih hatinya yang cantik, glowing, kaya pula hanya demi wanita gemuk, kusam dan mana dari kampung pelosok pula. Malam ini kamu tak dapat jatah makan, sekarang kerjakan pekerjaan kamu," ujar Bu Mutia dan langsung pergi dari hadapan Anisa.

Bagi Anisa menerima hukuman adalah hal yang mengerikan dalam hidupnya. Biasanya dia akan dihukum melebihi kemampuannya, namun kali ini hukuman yang diberikan lumayan ringan. Namun siapa juga yang tak akan lapar jika tak makan nantinya.

"Dirumah ini aku menantu tetapi mengapa hidupku seperti pembantu," gumam Anisa dalam hatinya.

"Astagfirullah.... Mengapa aku mempunyai pikiran seburuk itu. Aku kan seorang istri dan juga menantu disini. Jadi wajar jika membatu pekerjaan mertua apalagi tugas istri memnag harus sepeti ini. Berbakti pada suami adalah hal utama. Semangat Anisa, kamu pasti bisa. Suatu saat nanti Mas Bagas akan menerima kamu dengan sendirinya," lirih Anisa menyemangati dirinya.

Dengan semangat Anisa segera menyetrika tumpukan baju-baju di keranjang baju. Semua baju di rumah ini Anisa lah yang mencuci dan menyetrika. Untuk pakaian milik Nana, Anisa harus juga merapikan di dalam lemari.

4 jam sudah Anisa menyetrika tumpukan baju yang mengunung. Dirinya merenggangkan tubuhnya sembari mengusap peluh yang membanjiri kening dan tubuhnya.

"Alhamdulillah selesai juga. Sepertinya ini sudah sore, lebih baik mandi dan memasak, sebentar lagi mas Bagas pasti pulang."

Usai merapikan baju milik Nana, Anisa segera menyiapkan bahan masakan untuk makan malam. Anisa akan memasak sehari 2 kali, pagi dan sore hari untuk makan malam. Semua kebutuhan rumah sudah diatur oleh Bu Mutia, bahkan sejak menikah pun Anisa tak diberi uang sama sekali oleh Bagas. Seluruh gaji Bagas akan dikelola oleh Bu Mutia. Bahkan jika kebutuhan Anisa sudah tak ada, maka dia akan meminta kepada sang mertua.

"Mas, sudah pulang." Anisa menyambut  Bagas ketika pulang bekerja. Dengan senyum mengembang segera ia mendekati Bagas.

"Menjauh dariku. Tubuh mu bau sekali. Rasanya mau muntah!" hardik Bagas sambil menutup hidungnya dan melewati Anisa di depan pintu.

Deg ...

Bersambung ..... 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
hrj anjinb, g bermutu banget cerita. terlalu bodoh tokoh rekaan kau anjinb membuat jijik membaca cerita sampah kau ini. dimana otak kau ketika menulis cerita yg g masuk akal ini. klu jodoh g usah menulis cerita
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   part 3

    Kepedihan hati AnisaSakit hati ini mendengar ucapan Mas Bagas. Aku akui hari ini sangat payah, seharian sungguh panas apalagi mengerjakan pekerjaan rumah yang cukup banyak dan menguras energi. Badanku gemuk jadi lebih cepat mengeluarkan keringat jika beraktivitas. Selesai berkutat di dapur dan menghidangkan makan malam kesukaan Mas Bagas, rencananya aku hendak mandi. Telinga ini mendengar suara deru sepeda motornya memasuki halaman rumah, hati sangat ini bahagia. Sebagi seorang istri aku tentu harus menyambut suami saat pulang bekerja. Segera aku melangkah keluar dan membukakan pintu untuk Mas Bagas. Senyum ini mengembang mengetahui suami pulang dengan selamat. Tangan ini ku ulurkan untuk mencium tangannya, namun tanganku ini langsung ditepisnya demgan kasar oleh Mas Bagas. Mas Bagas memang tak pernah mau menerima uliran tanganku yang hendak mencium punggung tangannya seperti istri-istri lainnya, namun ia tak pernah menepisnya seperti ini. Ucapannya sungguh menusuk hatiku. Apakah

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   part 4

    Menolak DimaduMalam ini Anisa berdandan memilih pakaian yang menurutnya paling bagus. Wajahnya ia poles dengan bedak dan tak lupa sebagai warna di bibir ia memoles lipstik berwarna merah. Ya, hanya ini make up kepunyaan Anisa. Make up ini saja pemberian dari tetangga sebelah lantaran mendapatkan giveaway berlebih. "Kamu mau apa dandan seperti itu? Aneh!" "Kan kata Mas Bagas ada tamu penting yang akan datang ke rumah, makanya aku dandan biar gak bikin malu Mas Bagas, Mbak." "Hahahaha kehadiran kamu saja sudah buat malu Bagas dan keluarga ini, lah ini sok gaya mau nemuin tamu Bagas, sudah masuk ke kamar atau siap-siapin makan malam dibelakang." "Sudah aku siapkan semaunya, Mbak. Tinggal menunggu Mas Bagas pulang." Suara deru mobil memasuki halaman rumah Bu Mutia. Anisa segera keluar membuka pintu, ia yakin itu adalah sang suami. Kebetulan hari ini suaminya menggunakan mobil milik Wulan untuk kekantor lagipula ia akan mengajak seseorang untuk datang kerumahnya bertemu dengan sang I

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   part 5

    Kampung HalamanPerjalanan malam kian sunyi dan sepi. Anisa duduk di bangku belakang bersama sang Ibu, dirinya masih termenung dengan segala kesedihannya. Air mata terus meluncur tak dapat ia hentikan. Sedih, sakit dan perih kini ia rasakan, setelah sekian lama tinggal dirumah bersama Bagas baru kali ini ia pergi tanpa seijin Bagas. Bu Utari merasa sedih melihat sang putri terus menangis sepanjang perjalanan ke kampung halamannya. Bu Utari selalu menggenggam erat tangan Anisa, memberikan kekuatan pada sang putri tercinta. "Kita makan malam dahulu, dan beristirahat sejenak." Ucap Pak Andi yang memecah keheningan didalam mobil yang ia sewa, sedangkan untuk supir ia meminta tolong Abi keponakannya. Perjalanan dari rumah Bagas menuju kampung halaman Anisa membutuhkan waktu kurang lebih 5 jam. Maka dari itu Pak Andi memilih untuk istirahat Sejenak dan menikmati makan malam disalah satu rumah makan yang ditemuinya. Anisa hanya bisa pasrah dan mengikuti apa kata kedua orangtuanya. Tak ad

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   Part 6

    Warisan keluarga Bagas"Loh Anisa... Kamu Anisa Kamila, kan?" Betapa kagetnya aku kala mengetahui siapa yang memanggil didepan Masjid. Dia adalah seorang pria yang selalu dekat denganku dahulu. Salah satu teman sekaligus sahabatku. Sebagai tempat aku berkeluh kesah. Namun setelah memutuskan untuk menerima perjodohan ini, aku kehilangan sabahat yang selalu ada disamping_ku. "Mas Satria." "Ya.... Kamu masih mengingatku, Nisa. Aku pikir kamu bakalan lupa sama aku." ucap Satria sambil terkekeh pelan. "Gak mungkin lah, Sat. Kamu teman sekaligus sahabat aku selama ini. Maaf, Sat, aku masuk dahulu." "Baiklah. Mungkin bisa dilanjut nanti lagi." Aku hanya mengangguk dan tersenyum, entah apa yang harus aku lakukan. Satria sangat paham akan diriku ini, ia mudah menebak apa isi hati dan pikiranku. Usai sholat berjamaah, aku memilih segera pulang, sesuai dugaanku, Bapak dan Ibu jiga sudah dirumah. Bisanya Bapak akan ke Masjid untuk sholat, namun kali ini tidak, entah mungkin lelah bekerja j

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   Part 7

    Kerepotan BagasBagaimana bisa, Mas Bagas saja hingga saat ini tetap bersikap dingin kepadaku. Aku dan Mas Bagas menang berstatus suami istri, namun aku merasa bukan sebagai istrinya. "Pak, bukankah jika..." "Tidak, Nisa. Bapak tak merestui lagi pernikahan kalian. Lebih baik berpisah, itu akan membuat bapak leboh tenang. Didunia ini masih banyak pria yang benar-benar tulus menyayangi kamu, Nisa." Ucapan Bapak benar-benar menohok hati ini, namun apakah aku bisa? Cintaku hingga saat ini masih bertepuk sebelah tangan. Rasa sayangku pada Mas Bagas begitu besar dan tulus. "Nak, benar kata Bapakmu ini. Berpisah dengan Bagas, itu jalan yang terbaik. Hati ibu mana yang tak sakit hati dan kecewa kala putri yang telah dikandung selama 9 bulan diperlakukan semena-mena seperti itu. Ibu yang melahirkan kamu, yang mengasihi, yang menimang setiap hari, memberikan kasih sayangnya dengan penuh cinta. Gak akan ada yang sanggup, Nak. Kebahagiaan kamu bukan bersama Bagas." ucap Ibu dengan derai air

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   Part 8

    Baju Baru AnisaSudah satu minggu Anisa berada di kampung halamannya. Satu minggu juga Bagas tak berusaha menghubungi Anisa atau menyusulnya ke kampung. Rasa sakit, kecewa memenuhi hatinya. "Masih mikirin suami kamu itu? Buat apa mikirin dia? Bapak sudah menghubungi pengacara buat urus perpisahan kamu." "M....maksud Bapak apa?" Tentu Anisa terkejut akan pernyataan Pak Andi. Ia yang sedang membantu sang Ibu, sontak saja berhenti. "Ya, kamu akan berpisah dengan Bagas." "Pak... Anisa." ."Sudah Anisa, jangan berharap demgan lelaki seperti Bagas. Kalau hanya kebutuhan kamu, bapak masih bisa. Apa kamu tahu Bagas di kota sedang apa? Dia sedang menyiapkan pesta pernikahannya." Ya, Anisa tak begitu terkejut akan hal itu. Kemarin ia sempat menstalking media sosial milik Linda. Linda mengunggah foto gedung pernikahannya dan rancangan gaun yang akan digunakan. Apalagi sepasang cincin berlian yang sanga

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   Part 9

    Mendapatkan pekerjaanBerkali-kali dering ponsel milik Bapak berdering, namun Bapak mengabaikannya dan malah mematikan ponsel miliknya. Ada rasa lega, tapi penasaran juga ada apa Bu Mutia menghubungi Bapak berkali-kali. Tentu Ibu mertuaku ini tak dapat menghubungiku, lantaran nomor ponselku sudah mati, jadinya aku harus mengganti nomor baru dan itu belum aku lakukan hingga sekarang. Entah Bapak dan Ibu menyadarinya atau tidak, tapi aku tak mengharapkan lebih. Mungkin besok baru aku akan kepasar lagi menjual anting milikku ini. Sekaligus mencari pekerjaan. Malam ini terasa lebih lama, hati ini terus memikirkan Mas Bagas. Hati ini selalu bertanya-tanya mengapa ia tak mencariku kemari? Apakah sesibuk itu ia mempersiapkan pernikahannya hingga tak mengingatku? Mata ini sulit terpejam, mengingat setiap momen dirumah Mas Bagas, mengingat momen saat ia mengucap ikrar nikah yang mana hati ini mulai terpesona akan dirinya. Sepasang Gaun pengant

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   Part 10

    Keputusan AnisaDengan perlahan aku masuk kedalam rumah. Tangan ini menggenggam erat tas yang ku_kenakan. "Assalamu'alaikum." ucapku kala langkah ini memasuki rumah. Sejenak semua yang ada didalam rumah menolah kearah pintu masuk. Aku mencoba untuk tersenyum. Walau jantung ini begitu berdebar. "Wa'alaikumsalam." jawab Bapak dan Ibu. Ya hanya Bapak dan Ibuku saja yang menjawab salam dariku. Sedangkan Mas Bagas, Bu Mutia, Nana tak menjawab salamku. "Aduh kenapa kamar mandinya kaya gitu sih, Pak. Gak ada toilet duduk begitu," Seketika pandangan ini menoleh ke arah asal suara yang mana ada Linda. Ada apa lagi mereka kemari, hati ini sudah sedikit tenang mengapa mereka mengusik lagi. "Di desa tak ada yang punya toilet duduk, berbeda dengan di kota. Orang desa gak akan bisa yang menggunakannya. Bahkan mereka biasanya memilih di empang bawah sungai sana untuk keperluannya," Jawab Bapak Linda tak menang

Latest chapter

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   PART 67

    SEASON 2 Season 2 "Ayah, ayah kenapa kemari? Bukankah kalau butuh sesuatu ayah bisa telfon aku?" "Ck, kamu pikir ayah sudah setua itu. Ayah cuma masuk angin saja. Kebetulan ayah kangen makan lotek di pasar." "Ayah semalam demam tinggi, ya wajar aku khawatir dengan keadaan ayah. Apalagi ayah tiba- tiba kemari." "Ayah sudah baik- baik saja. Gimana hari ini ramai?" "Enggak begitu yah. Apalagi saat ini 'kan sudah modern, sudah banyak yang punya kendaraan pribadi juga jadi ya begitulah," jawab Rendra. Satria tersenyum dan duduk di warkop kecil yang tak jauh dari parkiran angkutan. Segelas susu hangat menemaninya duduk. "Kenapa kamu masih kukuh untuk meneruskan usaha angkutan ini, Nak. Usaha mendiang ibumu jelas lebih menjanjikan. Apa kamu tak lelah harus bolak balik mengurus semuanya? Masa muda mu masih panjang, Nak, jangan terlalu terforsir dengan bekerja. Nikmatilah masa muda mu ini," ujar Satria. "Yah, aku tahu usaha angkutan ini dirinya oleh almarhum kakek. Ayah juga merintisn

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   Part 66

    Dibawah teduhnya pohon kamboja sesosok pria berpakain hitam terduduk lesu. Meratapi takdir yang begitu pedih. Kebahagiaan dan kesedihan datang secara bersamaan, entah bagaimana jalan dan takdir yang ia lalui. *"Mas, ingat gak dahulu kita pernah jalan-jalan ke sungai. Kita menulis nama di pohon, lucu sekali ya, Mas."**"Mas ingat gak kalau dahulu di pohon itu setiap berbuah kita akan mengumpulkan buat yang telah terjatuh, jika buat masih bagus maka kita akan makan bersama. Hanya kamu yang selalu dekat denganku dan berteman baik denganku."**"Pohon ini sudah begitu tua, Mas. Bahkan buah pun sudah tak lagi berbuah seperti dahulu. Ternyata perjalanan hidup kita makin berputar, aku beruntung memiliki kamu. Menjadi istrimu adalah hal yang terindah dalam hidupku, terima kasih telah menerima semua kekuranganku dan terima kasih sudah selalu ada untukku disaat terpurukku terdahulu. Aku harap anak dalam kandunganku akan selalu bahagia, ini adalah penantian yang aku

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   Part 65

    Perjalanan yang cukup panjang dilalui oleh Anisa dan Satria, kini keduanya telah tiba di lokasi pertemuannya dengan Ibu Mutia. Anisa maupun Satria juga sempat bingung mengapa pertemuannya ditempat seperti ini. "Itu bukannya Bu Mutia," tunjuk Satria pada sosok wanita paruh paya yang tengah duduk di samping toko bunga. Pandangan Anisa beralih mengikuti arah telunjuk Satria. "Eh iya, Mas. Kita turun sekarang," ajak Anisa pada suaminya. Ia ingin lekas selesai dan lekas kembali ke desa. Dengan perlahan Satria mengandeng tangan Anisa. Bu Mutia yang melihat kedatangan Anisa segera berdiri dan tersenyum hangat menyambut orang yang ditunggunya. Ada kelegaan tersendiri saat melihat Anisa menempati janjinya. "Syukurlah kamu akhirnya datang. Terimakasih sudah mau menemui ibu, Nis," ucap Bu Mutia. "Sama-sama, Bu," jawab Anisa seraya tersenyum. "Hmm maaf kenapa Ibu meminta kita bertemu disini?" tanya Anisa kembali. "Ini yang ma

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   Part 64

    Anisa cukup terkejut akan penjelasan dokter tentang kondisi Bagas. Bukan masih memiliki rasa namun lebih ke kasihan ,apalagi ia tadi menyelamatkannya dengan mendorong sehingga ia terbebas dari bahaya. Ada rasa bersalah didalam benaknya. "Dok, lakukan yang terbaik untuk kedua korban." pinta Satria. "Mas.." "Nanti kita bahas lebih lanjut." ucap Satria yang mengerti akan tatapan sang istri. Dokter segera melakukan tindakan yang tepat untuk kedua korban terutama Bagas yang lumayan parah. Sedangkan keluarga kedua belah pihak telah dihubungi dan akan segera datang kerumah sakit. "Sayang, maafkan Mas yang mengambil tindakan ini. Bukan tak mengetikan perasaan kamu, tapi secara tidak langsung Bagas telah menyelamatkan kamu juga. Mas sangat bersyukur karena kamu selamat, walau tindakan itu juga cukup membahayakan jika mas tak kuat menopang tubuh kamu, tapi kuasa Allah itu nyata, kamu dan calon bayi kita selamat. Mas juga sudah mendaftarkan kam

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   Part 63

    Kecelakaan "Kenapa? Kaget? Biasa saja lah, Nis. Justru aku yang kaget melihat kamu." ujarnya seraya tersenyum kecil. "Mau apa lagi kamu, Mas?" Anisa sudah tak sanggup untuk basa-basi dengan Bagas. Ya, Bagas datang menghampiri Anisa yang tengah duduk di taman sendirian. Ia tadi tak sengaja berkeliling dan melihat Satria berada di taman dan matanya sekita langsung tertuju pada wanita yang duduk di bawah pohon rindang dengan gaun berwarna navy, sama seperti kaos milik Satria. Segera ia menepikan mobilnya dan berjalan mendekati Anisa. "Kamu bahagia sekarang, Nis?" "Ya. Aku sangat bahagia." jawab Anisa acuh tak acuh. "Ya, jelas terlihat dari diri kamu, Nis. Kami bahagia dan keluargaku menderita." ujar Bagas. "Itu karma, Mas." jawab Anisa cepat tanpa menoleh melihat Bagas yang duduk disampingnya. Anisa berharap sang suami lekas kembali. "Karma. Mungkin bisa disebut seperti itu. Asal kamu tahu, N

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   Part 62

    Nana Meninggal "Na... Nana... Dokter anak saya kenapa? Ada apa dengan anak saya?" "Na, bangun, Na. Kamu dengar ucapku gak sih. Bangun, Na." Wulan terus menggoyangkan tubuh Nana yang sudah tak merespon sama sekali. Dokter telah berusaha semaksimal mungkin menolong Nana saat ini. "Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. Maaf, Bu, kami sudah berusaha, semua telah kembali pada sang Pencipta." ujar Dokter yang merawat Nana. "Nana... Kamu tega tinggalin Ibu, Na. Kamu tega biarkan Ibu sendirian. Bangun, Na." Bu Mutia memeluk tubuh Nana dengan erat. Ia menangis menumpahkan rasa sedih sekaligus kehilangan yang sangat mendalam. "Na.... Kenapa kamu jadi wanita lemah, Na. Kenapa kamu lemah begini dan menyerah begitu saja? Mana Nana yang kuat, Nana yang angkuh. Kenapa kamu menyerah, Na." ujar Wulan yang tak kalah sedihnya. "Na, bangunlah, Na. Jangan prank kami, Na." Wulan menangis tak berdaya sambil mengguncang kaki, Nana.

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   Part 61

    Hasil tes DNA Tepat saat Bagas menatap Mawar, pada saat itu juga Mawar melihat keluarga Nana sedang menunggu di depan ruangan. Lekas Mawar segera menghampiri keluarga Nana. "Halo apa kabar? Jal*ng itu sudah melahirkan ya?" ucapnya dengan pelan tapi menusuk pada hati Bu Mutia. "Dia punya nama, namanya Nana. Jangan sebut anak saya sebagai jal*ng." ucap Bu Mutia dengan geram. "Ck, apa bedanya dengan merebut suami orang? Saya kemari hanya melihat keadaan saja setelah mendengar jal*ng itu pendarahan dan dibawa kerumah sakit ini. Jangan harap bahwa suami saya akan datang kemari melihat wanita itu dan anaknya." ucapnya tegas dan tenang. "Maksud anda apa? Nana juga istrinya, dia sedang bertaruh nyawa didalam bahkan kondisinya kritis tak sadarkan diri." ujar Bu Mutia yang tak terima akan ucapan istri pertama dari suami Nana. "Hahahaha, kalian belum tahu ya, bawa dia bukan istri kedua, melainkan wanita penghibur yang menghibur b

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   PART 60

    Nana Kritis Anisa kini tengah berkeliling disalah satu pusat pembelanjaan khusus bayi. Ia berkeliling mencari beberapa baju dan kelengkapannya. Ia memang belum tahu jenis kelamin sang anak yang tengah dikandungnya, maka dari itu ia memilih warna netral agar bisa digunakan baik laki-laki maupun perempuan. Satria dengan senang hati menemani sang istri berbelanja, ia juga sesekali mengambil barang yang lucu dan memasukannya kedalam keranjang belanjaannya. "Mas, kok semuanya dimasukin?" protes Anisa. "Gak pa-pa, lucu loh, Yank. Mumpung kita di kota." ucap Satria yang mana langsung mendapatkan cubitan kecil dari Anisa. Brukk"Awwh,,,, to,,,,, tolong." "Astagfirullah. Mas tolongin Ibu hamil itu." ucap Anisa yang melihat wanita hamil terjatuh dan memegangi perut besarnya. Anisa dan Satria bergegas menghampiri wanita yang tengah kesakitan, ada karyawan juga yang sudah menolong, namun hati nurani Anisa m

  • TRANSFORMASI MANTAN ISTRI GENDUTKU   Part 59

    Pergi ke Kota"Ini pesanan kamu, Nis." Mbak Lala menyerahkan paper bag kepada Anisa. "Wah, terimakasih, Mbak." "Kamu pesan apa, Yank? Kok gak bilang- bilang sih," ucap Satria."Taraaaaa. Lucu kan Mas. Ini satu buat kamu. Buruan dipakai sekarang," pinta Anisa sambil menyerahkan barang pada Satria.Satria membulatkan matanya menatap ngeri pada baju yang diberikan oleh istrinya. Disisi lain, Mas Amor dan Mbak Lala menahan tawanya. Bagaimana tidak satu set pakaian berwarna pink yang harus digunakan oleh Satria. "Astaga istriku. Yank, aku rela di gigit semut loh," tolak Satria dengan halus."Sudahlah Sat, istri kamu lagi ngidam loh." ucap Mas Amir. Sedangkan Anisa menatap penuh harap pada sang suami untuk memakainya. Bukan maksud hati untuk membuat sang suami malu, tapi entah mengapa ia hari ini ingin menggunakan couple baju berwarna pink beserta kelengkapannya. Satria meraup wajah lalu menghe

DMCA.com Protection Status