Share

Bab 6

last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-25 20:48:55

TIDAK ADA NAMAKU

(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)

POV Agus

Rini melotot, dia menghempaskan tanganku. Marah.

"Kamu itu ke mana saja, Mas? Ngelayap terus. Sampai-sampai aku jadi tontonan warga karena diamuk mantan istrimu," omelnya.

"Y-ya aku ngga tahu kalau akan ada kejadian seperti ini. Tadi aku cuma ngopi di warung Mak Nah."

"Ngga tahu, ngga tahu. Kamu itu memang ngga pernah tahu apa-apa, Mas. Yang kamu tahu cuma enak-enakan doang. Ngerokok, ngopi, molor. Itu terus kerjaannya." Rini nerocos tanpa henti. Aku yang kena sasaran.

"Itu 'kan salah kamu, Sayang. Karena kemarin …."

"Apa kamu bilang? Salah aku. Salahnya di mana, coba bilang? Aku cuma memperingatkan bocah itu biar ngga selalu panggil bapak setiap lihat kamu. Sebel dengernya." Rini memotong ucapanku.

Zizah 'kan memang anakku. Wajar saja dia memanggilku dengan sebutan Bapak, ucapku dalam hati. Aku memang tidak pernah berani protes ataupun membantah Rini. Bisa-bisa ditendang dari rumahnya.

Memilih Rini dan meninggalkan Siti sudah dengan pemikiran matang. Rini cantik, s*ksi, yang pasti banyak duit. Dia juga salah satu warga RT 01 yang disegani karena memiliki banyak materi. Siapapun pasti pengen hidup enak. Pun denganku.

Siti memang manis dan lebih muda. Dia juga rajin bekerja. Tapi penghasilannya cuma cukup buat makan sehari-hari. Itupun dengan lauk seadanya. Setiap minta duit untuk beli rokok, pasti diceramahin. Apalagi sama simboknya itu. Lama-lama aku 'kan bosan dan tidak tahan hidup seperti itu.

Bukannya tidak bertanggung jawab sebagai suami. Tapi memang belum ada pekerjaan yang cocok denganku. Makanya sampai sekarang masih nganggur.

"Mas, pokoknya kita mesti balas Siti. Enak saja, berani-beraninya dia mempermalukan aku seperti tadi."

—--------------

"Apa? Jangan g*l* kamu, Sayang. Aku ngga mau ah. Terlalu beresiko," tolakku ketika Rini menyuruhku mencelak*i Siti. Rini bilang sebagai balasan atas apa yang sudah Siti lakukan padanya.

"Ya sudah, siap-siap saja semua bajumu aku buang keluar, Mas."

Aku hanya bisa menelan ludah mendengar ancamannya tersebut.

"Jangan begitu, Sayang. Aku punya masukan, bagaimana kalau kamu balas jambak dia saja." Berusaha membujuk Rini agar lupa dengan niat ekstrimnya tersebut.

"Berarti kamu menolak, ya, Mas. Oke." Rini berjalan ke kamar. Dia mengeluarkan semua pakaianku dari dalam lemari.

"Iya, iya. Aku akan melakukan apa yang kamu suruh. Tapi kalau sampai ketahuan, kamu harus berani bertanggung jawab, ya."

"B*d*h. Ya, jangan sampai ketahuan lah. Cepetan sana, kamu ikutin Siti. Dia 'kan jualan cilok keliling. Cari situasi aman di tempat yang sepi. Langsung, deh, beraksi."

Gampang banget Rini nyuruh aku melakukan hal kr*m*nal. Dia sendiri tidak mau nanggung resiko. Tapi mau tidak mau harus aku lakukan. Daripada diusir.

"Terus aku mesti ngikutin dia dari pagi begini? Dia 'kan kerja di perumahan dulu, baru jualan cilok."

"Mmm … hafal banget, ya. Mentang-mentang mantan istrinya."

Ngomong sama Rini memang selalu salah.

Tidak ingin berdebat terus. Aku pun memilih langsung pergi. Sebenarnya mataku ngantuk berat, butuh kopi, perut juga masih kosong.

-

Untung saja ada warteg dekat perumahan tempat Siti bekerja, jadi aku bisa menunggu dia di sini.

Setengah hari berlalu, akhirnya Siti pun terlihat keluar mendorong gerobak dari tugu perumahan.

Siti bersama Zizah, terus bagaimana mencelak*i dia? Tidak mungkin Zizah ikut aku celak*i. Mana masih bingung mau aku apain si Siti. Hah … ada-ada saja idenya Rini. Bikin susah.

Kalau ditubr*k dari belakang, kira-kira berbahaya ngga, ya? Atau mending aku seremp*t saja.

Dari jarak aman aku terus mengikuti Siti. Sesekali berhenti agar tidak terlalu dekat sambil melihat situasi.

Jalanan mulai sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas. Tapi … saat aku ingin melakukan aksi, tiba-tiba rasanya takut.

Bagaimana kalau dijalanan ini terpasang CCTV. Belum lagi kalau nanti Siti terluka parah. Aku tidak mau berurusan sama pihak berwajib hanya karena melakukan hal konyol. Akhirnya aku pun mengurungkan niat tersebut.

Masih tetap mengikuti Siti, sambil memikirkan cara lain untuk membalas perbuatannya pada Rini.

Konyol … bisa-bisanya dari pagi nungguin Siti dan sekarang harus ngikutin dia bak detektif. Tapi kuat juga Siti sama Zizah, jalan panas-panasan sejauh ini.

Saat fokus mengamati mereka, tiba-tiba ada sebuah mobil yang menghalangi pandangan. Mobil tersebut membunyikan klakson.

Mau ngapain mobil itu? Masa' iya mau beli cilok. Siti terlihat berhenti dan menepikan gerobaknya.

Aku minggir dan mengamati dari balik pohon besar. Seorang bapak turun dari mobil dan menghampiri Siti. Mereka seperti berbincang, tapi entah apa. Karena aku tidak dengar.

Jangan-jangan. Siti jualan cilok cuma sebagai kedok. Aslinya dia perempuan p*nggilan. Wah harus diabadikan momen ini. Bisa buat bukti.

Aku segera mengambil ponsel dari saku jaket dan memfoto mereka. Setelah mendapat beberapa foto aku pun langsung pergi.

-

Rini sudah berdiri di depan ketika aku pulang.

"Bagaimana, Mas? Kamu berhasil mencelak*i Siti 'kan? Pasti kamu sudah t*br*k kakinya biar luka dan tidak bisa jalan. Setelah itu dia tidak bisa kerja dan tidak punya uang. Hidup dia dan keluarganya menderita. Aku tinggal tertawa deh."

Bayangan Rini terlalu jauh. Dia tidak punya rasa takut sama sekali ingin membuat Siti terluka.

"Di dalam saja ngomongnya. Nanti ada yang dengar bisa-bisa dilaporkan. Kamu mau? Lagian aku mau istirahat sebentar. Capek banget."

"Istirahatnya nanti. Aku mau tahu dulu apa yang sudah kamu lakukan pada janda g*t*l itu."

Mengambil ponsel dan memperlihatkan foto yang kudapat tadi pada Rini.

Rini melihat dengan wajah datar. " Kamu itu ngapain malah ngasih lihat foto ngga penting seperti ini. Terus, Siti kok kelihatan masih baik-baik saja?"

Menghembuskan napas kasar. "Dia memang masih baik-baik saja. Aku tidak melakukan seperti yang kamu inginkan. Terlalu beresiko," jelasku sembari menyandarkan kepala di sofa.

Rini melempar ponsel ke arahku.

"Ternyata kamu pengen hidup gemb*l, ya, Mas. Oke … aku turuti." Rini melempar sebuah tas besar. "Cepetan pergi dari rumah ini." Dia menarik tanganku. Sangat marah.

"Sayang, kamu apa-apaan, sih. Dengar dulu, aku mau jelaskan."

"Mau jelasin apa lagi? Disuruh mencelak*i Siti saja tidak kamu lakukan. Apa kamu masih mencintai dia, makanya tidak mau melakukan hal tersebut."

"Kita bisa membalas Siti tanpa harus melakukan hal kr*m*nal, Sayang. Kamu lihat 'kan foto tadi. Siti sedang bersama seorang bapak."

"Terus penting, gitu, buat aku."

"Penting banget. Karena bapak itu pasti pelanggan Siti. Tidak mungkin seorang bapak turun dari mobil bagus hanya untuk beli cilok. Kan tidak masuk akal."

"Pelanggan? Maksudnya pelang-gan pl*s-pl*s?"

Aku menjawab dengan menaik turunkan alis.

"Si-Siti ju*l diri?"

"Foto tadi bisa untuk mempermalukan Siti di desa ini, Sayang. Terutama di RT 01."

Rini teriak histeris. Dia memelukku sangat erat. Begitu senang.

Bersambung

Bab terkait

  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 7

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)"Mbok, ada apa? Kenapa Simbok menangis?" tanyaku khawatir ketika melihat simbok duduk di tepi tempat tidur dengan air mata bercucuran. Entah apa yang terjadi karena aku dan Zizah baru saja pulang. "Apa ada yang sakit, Mbok? Siti antar ke dokter, ya," tanyaku lagi.Simbok menggelengkan kepala. "Sit, tadi Rini …." Beliau menghentikan ucapan.Rini? Bikin ulah apa lagi dia? Kenapa Simbok sampai menangis?"Rini kenapa, Mbok?""Tadi dia ke sini bersama beberapa warga RT 01. Dia menunjukkan foto pada Simbok.""Foto? Foto apa, Mbok?""F-foto kamu bersama seorang bapak. Rini bilang sama Simbok, kalau kamu sudah mencoreng warga RT 01. Si-Simbok percaya sama kamu, Sit. Tidak mungkin kamu melakukan perbuatan seperti yang dikatakan Rini.""Memangnya Siti melakukan perbuatan apa?" "Katanya kamu menj*al d*ri." Tangis simbok semakin tergugu. "Rini bilang seperti itu, Mbok? Simbok percaya 'kan sama Siti? Siti tidak mungkin melakukan hal ters

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 8

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)Pak Baskoro, beliau yang bisa membantuku untuk menyelesaikan masalah ini. Tapi … aku tidak tahu rumah beliau di mana. Hanya bisa berharap, semoga besok bertemu lagi saat jualan.—-----------Sudah tiga hari keliling jualan cilok, tapi tidak bertemu dengan Pak Baskoro. Padahal beliau adalah kunci untuk membuktikan bahwa semua tuduhan Rini salah besar. "Mak, ciloknya sudah habis. Kok kita ngga pulang-pulang?" tanya Zizah. Biasanya setelah dagangan habis, aku langsung mengajak Zizah pulang. Kasihan. "Sepuluh menit lagi, ya, Zah." Sebenarnya aku menunggu Pak Baskoro, siapa tahu hari ini bertemu. Menatap jam yang melingkar di tangan. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan lebih sepuluh menit. Menoleh ke arah Zizah, dia beberapa kali menutup mulut karena menguap. Semalam Zizah memang tidur agak larut."Kita pulang sekarang, yuk, Zah. Kamu sudah ngantuk 'kan? Zizah hanya mengangguk. Sepanjang perjalanan pikiranku tak lepas dari m

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 9

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)"Mbok, Antok tidak setuju Siti pergi sama dia. Simbok tahu 'kan berita Siti di luar seperti apa." Mas Antok yang sedari tadi diam, sekarang bersuara. "Aduh, Mas. Mana mungkin Simbok melarang. Simbok juga senang lah kalau Siti dikasih uang banyak. Makanya Simbok mendukung perbuatan Siti yang kotor itu." Mbak Tiwi sebelas duabelas sama Rini."Sit, berangkatlah! Zizah biar sama Simbok.""Iya, Mbok." Aku segera berpamitan pada Simbok dan Mas Antok serta Mbak Tiwi. Meski mereka tidak menggubris sama sekali. "Assalamu'alaikum," ucap Aarav sebelum akhirnya keluar.Rini dan ibu-ibu yang sedari tadi menguping. Mereka langsung menyebar ketika kami sudah sampai di ambang pintu. Aku menghentikan langkah menatap Rini dan ibu-ibu semua. "Astaga, sekarang sudah berani terang-terangan dia. Bahkan simboknya mendukung," ucap Rini pelan, tapi jelas di telingaku.Silahkan kalian mau bicara apa saja tentangku. Karena sebentar lagi, kebenaran ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19
  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 10

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)Berdiri di depan jendela kamar yang sengaja kubuka. Menatap gelap malam, merasakan dinginnya hembusan angin. "Sit, boleh Simbok masuk?" Aku mengalihkan pandangan ke arah pintu. "Masuk saja, Mbok." "Ada apa, Sit? Dari pulang kerja, kamu langsung masuk kamar. Apa karena Rini dan ibu-ibu tadi?" "Siti sudah tidak kaget dengan mereka, Mbok.""Lantas, apa yang membuatmu sedih?"Menghembuskan napas panjang. Tidak tahu harus mulai dari mana cerita sama simbok. "Tadi bagaimana? Kamu sudah bicara sama Pak Baskoro? Dia mau membantu meluruskan permasalahan yang sedang kamu hadapi 'kan?"Aku hanya menggelengkan kepala. "Maksudnya, Pak Baskoro tidak mau membantu? Kenapa?""Bukan tidak mau membantu, Mbok. Tapi Siti belum cerita sama beliau.""Kamu tidak cerita?""Mbok, kalau besok Siti harus angkat kaki dari RT 01, Simbok jangan sedih, ya. Simbok harus tetap bertahan di sini. Biar ditemani Zizah.""Kok kamu bicara seperti itu, Sit? Mema

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19
  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 11

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)"Saya tidak akan mengajukan pertanyaan mau atau tidak atas keinginan saya tersebut pada kamu, Siti. Tapi saya mohon, beri kesempatan untuk Aarav mengenal kamu lebih.""Maaf, Pak. Saya belum ada keinginan membuka hati untuk pria manapun. Saat ini mau fokus kerja, membahagiakan anak dan juga orang tua.""Baiklah. Saya tidak mungkin memaksa. Kalau kamu memang tidak bisa." Meski tersenyum, tapi sangat jelas guratan kesedihan di raut wajah Pak Baskoro. Terdengar ribut-ribut di depan rumah yang membuat kami diam sejenak. Aku dan simbok beranjak dari tempat duduk untuk melihat ke depan."Orangnya di dalam Pak RT, Bu RT."Asataga … mereka lagi. Rasanya habis sudah kesabaranku menghadapi mereka. "Ada apa? Benar-benar tidak punya kerjaan, ya, kalian ini. Saya juga punya batas kesabaran.""Kenapa? Kamu mau marah? Kami 'kan hanya ingin RT 01 bersih dari perbuatan kotor seperti yang kamu lakukan. Nanti bisa bawa sial." Rini mulai menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 12

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)POV Rini"Mas … Mas Agus," teriakku ketika sudah sampai di rumah.Amarahku semakin memuncak ketika melihat Mas Agus enak-enakan masih mendengkur. Orang ini. Lama-lama bikin mu*k saja. Kerjaannya cuma makan dan tidur. Aku menuju kamar mandi mengambil air satu gayung. "Banguuuun." Menyiram kepala Mas Agus."Riniiii. Apa-apaan kamu. Kur*ng aj*r sama suami." Mas Agus bangun sembari mengusap wajahnya yang basah."Kamu itu yang kur*ng aj*r. Gara-gara foto tidak jelas itu. Aku kena masalah besar."Masalah besar apa?" tanya'nya santai."Aku dipermalukan di depan Pak RT, Bu RT dan juga ibu-ibu lain oleh mantan kamu itu.""Masa' kamu kalah lagi sama dia. Balas, dong. Gantian h*j*r. Begini," Mas Agus berlagak bak pendekar memberi contoh gerakan mirip orang kesurupan."Balas-balas. Kamu tahu, siapa pria yang ada di foto itu.""Ya mana aku tahu. Yang pasti pelanggannya Ning.""Dia pemilik perusahaan Wijaya Angkasa."Mas Agus langsung melo

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 13

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)Bukan mau suudzon, tapi kenapa aku merasa kedatangan Rini dan Mas Agus ada sesuatu yang tidak baik. Mengamati kantong plastik berisi baso yang diberikan Rini."Kenapa, Sit?""Siti merasa aneh dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba nengokin Zizah, Mbok. Padahal setelah bercerai, Mas Agus tidak pernah peduli pada anaknya 'kan.""Mungkin karena masalah kemarin, Rini jadi sadar, Sit. Terus dia mau membuka lembaran baru pada keluarga kita.""Semoga saja memang begitu, Mbok."Aku langsung membuka baso tersebut ketika sudah berada di dalam. Kalau dingin nanti kurang enak."Bapak beliin kita baso, ya, Mak?""Iya, Zah. Ayo dimakan!" Menyodorkan mangkok berisi baso dengan mie campur. "Ini punya Simbok. Zizah makan dulu sama Mbah. Emak mau ganti baju." Pulang jualan cilok, aku lebih sering mandi di rumah Bu Anggit. Sekalian mengembalikan gerobak. Sampai rumah tinggal ganti baju.Selesai ganti baju, aku keluar kamar untuk makan bersama s

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21
  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 14

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)POV Aarav"Apa, Yah? Ayah mau melamar Siti untuk Aarav? Tidak mungkin.""Kenapa tidak mungkin, Rav? Ayah hanya ingin kamu mendapat pendamping yang tepat.""Bukannya Ayah yang suka sama Siti, karena wajahnya mirip Mama."Kalau tahu Ayah mau membicarakan hal konyol seperti ini. Mendingan tadi tidak usah pulang. Ada-ada saja. Tidak ada angin, tidak ada hujan, bilang mau melamar perempuan untukku yang bertemu saja baru sekali. Itupun sekedar tahu nama. Sudah."Ayah memang suka sama Siti, tapi bukan suka seperti yang kamu pikir. Ayah sudah tahu siapa dia. Makanya Ayah yakin, Siti adalah pendamping yang tepat untuk kamu."Aku hanya bisa tertawa menanggapi ucapan ayah tersebut. "Memangnya jaman Siti Nurbaya." Aku beranjak pergi."Aarav. Mau ke mana kamu?""Cari hiburan, Yah," jawabku tanpa menoleh.Sampai kapanpun, perempuan yang ada di hatiku hanya Mama seorang. Tidak akan pernah terbagi untuk perempuan lain.—-------------"Mas Aara

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21

Bab terbaru

  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 25 TAMAT

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)Kurang lebih tiga puluh menit perjalanan, kami pun sampai di sebuah masjid yang tak jauh dari tempat resepsi akan digelar. Kami disambut hangat oleh keluarga Pak Baskoro yang ada di luar masjid. Memang aku belum mengenal semua keluarga beliau. Hanya beberapa saja yang aku tahu. Karena Aarav pernah mengajakku. Pak Baskoro dan Aarav sendiri sudah menunggu di dalam beserta penghulu dan beberapa saksi. Pak RT, Bu RT, serta rombongan yang datang tidak lama setelah kami langsung menghampiri. Pun dengan Mbak Dira. Sedangkan perias langsung menuju tempat resepsi. Kami semua sama-sama masuk ke dalam masjid karena ijab qobul sebentar lagi dimulai. Doa serta salam tidak lupa kami ucapkan. Serentak semua orang yang ada di dalam masjid pun menjawab salam dari kami. Aku merasa semua tatapan mengarah padaku yang membuat jantung ini berdegup semakin cepat.Kini aku telah duduk di samping Aarav. Sedikitpun tidak berani menatapnya. Pandangan

  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 24

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)"Kok bisa, ya. Pria seperti Aarav suka sama kamu, Sit. Mana janda pula. Memangnya dia tidak bisa cari perempuan yang sepadan apa." Sepanjang perjalanan pulang dari butik, Mbak Tiwi bicara tanpa henti. Aku sampai merasa tidak enak hati dengan sopir keluarga Pak Baskoro yang mengantar kami. "Jodoh tidak ada yang tahu. Semua rahasia Allah. Harusnya kamu ikut bahagia karena adik iparmu mendapat calon suami yang baik seperti Nak Aarav," jawab simbok."Tapi Tiwi masih tidak habis pikir. Sampai sekarang rasanya tidak percaya kalau Siti mau menikah sama anak orang kaya.""Memangnya kenapa, Mbak? Ada yang salah?" sahutku yang dari tadi sudah berusaha diam. "Aku yang anak juragan beras malah cuma dapet suami ngga punya apa-apa," celetuk Mbak Tiwi membuat Mas Agus yang duduk di depan langsung menoleh ke arah belakang. "Maksud kamu apa bicara seperti itu, Dek?"Mbak Tiwi melengos memalingkan wajah ke arah jalan. Dia tidak menggubris uc

  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 23

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)Berusaha memupus rasa takut, bimbang dan kekhawatiran yang selama ini kurasakan. Dengan mengucap Basmallah, aku pun memberi sebuah jawaban.Setelah memohon petunjuk pada Allah. Akhirnya aku memantapkan hati untuk melanjutkan hubungan bersama Aarav ke jenjang yang serius yaitu pernikahan. "Alhamdulillah." terucap rasa syukur dari simbok, Pak Baskoro dan Aarav. Senyum mengembang membingkai bibir mereka."Soal pernikahan ini, Ibu dan kamu tidak perlu khawatir. Saya akan mengurus semuanya," terang Pak Baskoro pada kami.—------------Aku dan simbok datang ke rumah Mas Antok dan Mbak Tiwi untuk memberi kabar. Karena nantinya Mas Antok juga akan menjadi wali'ku–pengganti bapak."Apa, Mbok. Siti mau menikah?""Sudah kuduga, pasti mau menikah siri dengan Agus 'kan," sahut Mbak Tiwi sebelum simbok menjawab."Astaghfirullah, Wi. Jaga ucapan kamu. Adikmu mau menikah dengan anaknya Pak Baskoro–Aarav.""Pak Baskoro? Baskoro … Aarav …," Mas

  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 22

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)"Cuiihh …." Rini mencibirkan bibir ketika bertemu denganku saat berangkat kerja. Hari ini hari pertama aku kembali kerja di tempat Bu Anggit setelah tiga bulan digantikan Rini. Tadi malam beliau menelepon. "Nyosor terus sama suami orang," ucapnya sambil berjalan"Biarin saja, Sit, penyakit hatinya ngga sembuh-sembuh tuh orang."Alhamdulillah, sekarang warga RT 01 beserta Bu RT bersikap sangat baik padaku. Hanya Rini saja yang tidak berubah. Entah apa maunya.Baru juga menarik napas panjang atas sikap Rini. Mas Agus tiba-tiba nongol dan mengikuti langkahku. "Mana mungkin seorang pengusaha kaya membiarkan calon mantunya jalan kaki dan kerja keras menjadi buruh cuci serta jualan cilok. Ini sudah menunjukkan kalau dia hanya omong kosong. Sudahlah, Sit. Mendingan kita memperbaiki hubungan yang pernah hancur. Kita mulai dari awal, membuka lembaran baru dan hidup bahagia bersama Zizah," ucapnya panjang lebar. Sekalipun aku tidak m

  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 21

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)"Tambah apa lagi, Mas? Biar ngga bolak-balik belinya," tanyaku pada Mas Agus yang sehari ini sudah tiga kali datang membeli pecel. Sebenarnya aku merasa kurang nyaman, tapi namanya pembeli harus dilayani sebaik mungkin."Cantik," celetuknya."Apa, Mas?""Kamu sekarang kok semakin cantik, Sit. Berubah drastis. Penampilan kamu juga.""Maaf, ya, Mas. Kalau sudah tidak ada yang dipesan, mending Mas Agus segera pulang.""Kenapa? Sekarang kita 'kan sama-sama single.""Maksud Mas Agus bicara seperti itu apa?""Aku tahu, kamu khawatir 'kan kalau sampai Rini tahu aku di sini.""Bukan khawatir, lebih tepatnya aku malas terseret dalam masalah kalian. Lagipula kamu belum resmi bercerai secara hukum, Mas.""Kalau sudah resmi bercerai secara hukum, apa boleh mendekati kamu lagi?"Semakin ditanggapi, Mas Agus semakin ngelantur bicaranya. "Siti sudah punya calon suami. Jadi jangan ganggu anak Simbok." Lagi-lagi simbok memberitahu hal tersebu

  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 20

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)"Apa benar, Sit, kamu penyebab perceraian Rini dengan Agus?" ucap Mbak Tiwi yang datang dan langsung menuduhku."Maksud kamu apa, Wi? Kenapa bilang begitu.""Rini sudah cerita semua sama Tiwi, Mbok. Katanya dia diceraikan Agus gara-gara Siti.""Gara-gara aku kenapa, Mbak? Mereka cerai tidak ada sangkut pautnya dengan Siti, Mbak.""Halah, Rini itu sampai nangis-nangis lho cerita sama aku.""Wi … Wi. Dari dulu sampai sekarang, selalu saja berpikiran tidak baik sama keluarga sendiri." Simbok mengusap dada. "Bilang sama Rini, jangan pernah menuduh Siti seperti itu. Karena Siti sudah memiliki calon suami," terang simbok.Mbak Tiwi tertawa. Entah perkataan simbok mana yang menurutnya lucu. "Mbok, Mbok. Sudah tua jangan suka bohong. Calon suami dari mana."Aku memang belum cerita pada Mas Antok dan Mbak Tiwi soal Pak Baskoro yang melamarku. Menggelengkan kepala ke arah simbok agar tidak meneruskan pembicaraan tersebut. "Biar, Sit.

  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 19

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)"Sit, ini sayurannya." Simbok membawa keluar beberapa macam sayuran yang sudah direbus untuk jualan pecel. "Terima kasih, ya, Mbok." Saat aku dan simbok menata jualan, terlihat Mas Agus jalan lewat depan rumah sambil membawa tas besar. Dia mengucap salam pada kami dan mampir."Kamu mau ke mana, Gus?" tanya simbok."Agus mau balik lagi ke rumah lama, Mbok." "Kamu ninggalin Rini?""Agus 'kan sudah menjatuhkan talak. Tinggal ngurus perceraian secara resmi.""Agus, Agus. Harusnya semarah apapun kamu, jangan sampai mengucap talak.""Agus sudah capek ngadepin Rini, Mbok. Sekarang Agus menyesal sudah ninggalin Siti dan Zizah.""Masalah kita sudah menjadi masa lalu. Tidak perlu kamu bicarakan lagi, Mas. Aku tidak mau kalau sampai ada yang dengar, terus sampai ke telinga Rini." "Ma-maaf, Sit."Baru juga dibicarakan, Rini sudah datang dengan mengendarai motor."Ternyata benar dugaanku, kamu menceraikan aku karena ingin balikan dengan

  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 18

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)"Tadi Nak Aarav penampilannya beda, ya. Seperti kerja kantoran," ucap simbok.Aarav memang berpakaian rapi. Benar kata simbok, seperti kerja kantoran. Baguslah kalau memang itu benar."Mungkin dia sudah mau membantu ayahnya, Mbok.""Syukurlah. Nak Aarav kelihatan pria yang baik. Meski sebelum ini dia datang dengan penampilan sedikit nyleneh menurut Simbok, tapi dia sangat santun."—--------------"Siti bawa Zizah ke puskesmas dulu, ya, Mbok. Panasnya tidak turun-turun. Siti khawatir.""Iya, Sit. Mendingan naik ojek saja biar cepat."Aku segera mengambil kain jarik untuk menggendong Zizah."Hati-hati, Sit."Saat baru saja keluar dari pagar halaman. Mas Agus lewat di depan rumah. "Sit, Zizah kenapa? Sakit?" tanya'nya berhenti persis di depanku."Iya, Mas. Dia demam. Aku permisi dulu mau ke puskesmas." Kalau Rini sampai tahu kami ngobrol. Bakal jadi masalah besar. Dan aku tidak mau itu terjadi."Sit, aku antar kalian." Mas Agus m

  • TIDAK ADA NAMAKU   Bab 17

    TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)POV Aarav"Meski Ayah tahu apa yang kamu lakukan tadi semata-mata ingin menolong Siti, tapi Ayah sangat bahagia, Rav. Ayah berharap, kamu mau membuka hati untuknya.""Jas ini sangat gerah sekali, Aarav tidak cocok berpakaian seperti ini," ucapku mengalihkan pembicaraan."Ayah tidak ingin kamu kesepian disaat Ayah sudah tiada nanti." Ucapan Ayah seketika membuatku tertegun. "Apa Ayah juga akan meninggalkan Aarav seperti Mama?" "Kamu harus bisa menerima itu." Ayah menepuk pundakku, lalu pergi."Kenapa harus Siti?" tanyaku menghentikan langkah ayah. "Apa karena dia mirip dengan Mama? Itukah alasannya?" sambungku lagi."Pertama kali melihat dia, Ayah memang penasaran karena wajahnya sangat mirip Mama kamu. Tapi bukan itu alasannya," jawab ayah tanpa menoleh ke arahku."Lantas?""Berapa kali ayah bilang. Dia perempuan baik.""Yakin sekali. Bagaimana kalau dia hanya mengincar harta kita? Maksudnya, harta ayah." Kini ayah balik bad

DMCA.com Protection Status