Share

Bagian 5

Penulis: MikaArayu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"APA? LO TINGGAL SATU ATAP  SAMA KAKAK TINGKAT YANG NYEBELIN ITU?"

Buru-buru kubekap mulut Viona yang bersuara nyaring. Meski sempat meronta tapi tak kulepaskan dengan mudah. Salahnya sendiri, kenapa harus pake teriak sehisteris itu. Ya, beberapa lama setelah mama berpamitan dan menitipkanku pada temannya, aku pun meminta izin pada Tante Netha untuk pergi keluar menemui Viona. Selain ingin bertemu dan membuang penat, sekalian aku pun hendak membeli perlengkapan camping yang akan kuikuti esok hari. Tapi kini, aku justru malah sedang merasa gemas pada Viona. Setelah mendengarkan sepenggal kisahku, dia justru malah menunjukkan reaksi berlebihan yang membuatku harus membekap mulutnya terpaksa.

Untung saja keadaan di kafe tempat kami berjanjian tak terlalu ramai. Jadi aku masih bisa mentolerir Viona karena suaranya yang super menggelegar itu gak sampai bikin pengunjung kafe jadi merasa terganggu.

"Lo bisa gak harus pake teriak gak sih, Vi? Masalahnya ada di suara lo yang sangat nyaring. Coba aja kalo teriakan lo itu pelanin dikit, kan gue gak perlu bekap-bekap mulut lo kayak gini," ujarku menatap kesal. Merasa tak enak terus dibekap, Viona pun meminta maaf menggunakan kedua jari yang ia acungkan ke udara sebagai isyarat.

Merasa tidak tega membekapnya kelamaan, aku pun lantas melepaskan bekapannya dengan segera. Satu hal yang Viona lakukan setelah bekapan tanganku menjauh dari mulutnya, bernapas lega. Ya, mungkin dia merasa sesak selama tanganku menutup mulutnya seperti tadi.

“Jadi, gimana ceritanya lo bisa di satu atapin sama si ketua senat itu? Maksud gue, kok bisa sih? Padahal kan lo kayaknya anti banget sama kakak tingkat kita itu. Tapi kenapa tiba-tiba sekarang gue harus dengar soal berita mengejutkan ini,” tanya Viona setelah beberapa saat menormalkan lagi deru napasnya.

Sementara itu, aku hanya melenguh lesu di tengah Viona yang sedang menatapku penasaran. Sejujurnya, aku malas menceritakannya, tapi aku sudah telanjur ingin curhat juga pada Viona. Maka tidak ada pilihan lain lagi, aku pun lantas menuturkan cerita rinci dari sejak aku diputuskan untuk tinggal dengan teman mamaku itu.

“Ya ampun! Dunia sempit berarti, ya. Mulanya gue gak percaya sama penuturan lo, tapi setelah gue telaah, kayaknya ini emang takdir yang harus lo jalani deh, Tri...."

"Maksud lo?"

"Iya. Takdir lo harus satu atap sama si kakak tingkat nyebelin itu. Dan mau gak mau, lo harus menerimanya bukan? Secara, kakak tingkat itu kan anak dari teman nyokap lo. Ya udah jelas dong kalo lo harus menerima takdir yang menimpa ke kehidupan lo sekarang," ujar Viona sembari menggeleng penuh drama.

Membuatku mendesah gusar dan rasanya aku ingin pindah saja ke luar angkasa.

***

Malam hari telah tiba. Aku bahkan sudah siap dengan piama tidur yang melekat di tubuhku. Kulihat jarum jam sudah bertengger di angka 7. Dan sekarang aku sedang duduk tegak di depan cermin rias yang letaknya berada di seberang tempat tidur.

Di tengah aku yang sedang menyisir rambu cokelat panjangku, tiba-tiba saja aku pun mendengar suara ketukan pintu yang cukup mengejutkan.

"Astaga! Siapa sih," desisku sambil menoleh ke arah pintu. Lalu, sambil kembali mengikat rambutku agar tidak terlihat berantakan, aku pun segera melangkah menuju ke sumber ketukan tersebut.

Tok tok tok.

Si pengetuk sepertinya sudah tidak sabar. Maka dengan cepat aku pun menarik knop pintu hingga akhirnya pintu di hadapanku pun terbuka lebar.

Aku terkejut ketika melihat sosok kakak tingkat menyebalkan itu telah berdiri di balik pintu. Mengerjap, lalu aku pun melontarkan pertanyaan kepadanya.

"Ada apa?" tatapku mengernyit.

"Dipanggil nyokap," ujarnya singkat. Itu artinya, aku sedang dipanggil oleh tante Netha kan?

"Oh, ya udah bentar. Lo duluan aja, nanti gue nyusul," tukasku bersiap kembali. Akan tetapi, tanpa diduga sebelumnya, cowok itu justru malah dengan cekatan meraih pergelangan tanganku.

"Eh!" pekikku spontan. Sementara itu, dia justru sudah mulai menarik tanganku agar segera mengikuti langkahnya.

"Gue gak punya waktu buat sekadar nunggu lo ini itu dulu," cetusnya datar. Lalu, dengan sigap ia pun terus melangkah lebar di tengah tanganku yang tak henti ditariknya juga.

"Ya tapi gak harus dengan cara nyeret gue kayak gini juga kali. Gue bisa jalan sendiri," ujarku memprotes. Tapi dia, seakan-akan dengan sengaja menulikan pendengarannya, dia bahkan tidak mau menggubris protesanku.

Sebenarnya ada masalah apa dengan cowok ini? Kenapa dia harus repot-repot menyeretku seperti ini sih? Aku bahkan masih bisa berjalan normal tanpa perlu diseret. Tapi kakak tingkat ini...

Ya, tak lama kemudian dia pun berhasil membawaku menuruni tangga. Lalu saat sudah mendekati meja makan, barulah dia mau melepaskan cekalan tangannya yang sejak tadi melingkari pergelangan tanganku begitu kuat. Kulihat, sudah ada tante Netha dan seorang pria--yang kurasa adalah suaminya--di meja makan sana. Kemudian, si kakak tingkat itu pun sudah lebih dulu mendudukkan dirinya di salah satu kursi kosong yang tersedia.

"Eh, Tria, ayo sayang sini duduk!" gapai tante Netha setelah melihatku yang masih berdiri di tempat yang terakhir kali cowok itu melepaskan cekalannya.

Tersenyum, aku pun lantas mengangguk. Kemudian, aku segera berjalan ke arah meja makan dan mulai duduk di sebelah si kakak tingkat resek tersebut.

"Tria, kenalin ... ini suami Tante. Namanya Om Braga, kamu bisa panggil dia dengan sebutan Om Gaga,” ujar Tante Netha menunjuk pria di sebelahnya, “Pi, ini loh Tria anaknya Ajeng sahabat Mami dulu," lanjut tante Netha beralih memperkenalkanku kepada suaminya.

Aku menjabat tangan Om Gaga. Tidak lupa, aku pun mencium punggung tangannya sebagai tanda penghormatanku pada yang jauh lebih tua. Om Gaga pun tersenyum ramah. Sungguh, suami tante Netha ini sangatlah tampan dan berkharisma. Tidak heran jika ketampanan itu menurun juga pada anaknya. Sayang, ketampanan yang dimiliki oleh anaknya justru gak sebanding dengan karakter menyebalkan yang dianutnya.

"Yuk, kita mulai makan malamnya!" ajak tante Netha mengomando.

Kemudian, acara makan malam pun berlangsung dengan hangat dan diselingi oleh beberapa obrolan kecil yang diprakarsai oleh om Gaga juga tante Netha. Aku yang hanya orang baru di antara mereka pun hanya mampu menyimak saja sambil sesekali ikut tersenyum ketika tak jarang Om Gaga melontarkan sebuah lelucon. Ya, itu adalah cara supaya keberlangsungan makan malam menjadi jauh lebih hangat.

"Mi, kok setelah Papi amati baik-baik, anak kita sama anak Ajeng kayaknya cocok juga ya kalau kita jodohin."

Seakan baru saja tersedak oleh duri ikan, aku pun dengan spontan terbatuk-batuk selepas mendengar celetukan yang Om Gaga lontarkan.

"Uhuk, uhuk. " Dengan sedikit panik, tante Netha pun buru-buru menyodorkan segelas air putih kepadaku. Sambil terus berusaha mengendalikan batuk yang muncul karena rasa kaget ini, aku lantas segera meraih gelas yang tante Netha sodorkan dan langsung kuteguk isinya sampai habis setengahnya.

Entah bagaimana caranya Om Gaga bisa sampai menuturkan pernyataan itu. Dan lagi, kenapa pembicaraan tanpa dasar itu harus dibincangkan saat sedang makan seperti ini? Untung aku hanya tersedak sampai batuk saja. Bagaimana jadinya kalau aku sampai jatuh pingsan karena saking terkejutnya dengan perkataan Om Gaga tadi. Bisa-bisa, aku langsung membuat suasana makan malam ini menjadi tegang bercampur panik.

"Kamu gak apa-apa, Sayang?" tegur tante Netha menatap cemas.

Sigap, aku pun menggeleng. "Gak apa-apa kok, Tante. Maaf, aku udah bikin Tante jadi cemas," ujarku merasa tak enak. 

"Enggak, Tria. Justru Tante yang harus minta maaf. Papi juga sih, kenapa malah nyeletuk kayak gitu sih di tengah kita yang masih makan. Lain kali, kalo mau ngomong apa-apa tuh mbo ya dilihat dulu dong situasinya kayak apa," tutur Netha menasihati. Kontan, membuat Om Gaga merasa bersalah juga karena sudah membuatku jadi terbatuk-batuk seperti yang terjadi sesaat lalu.

"Maafin Om ya, Tria. Emang dasar ini mulut, bawaannya suka banget asal celetuk," tukas Om Gaga terkekeh. Sementara itu, aku hanya tersenyum canggung di sela tatapanku yang tak sengaja mengarah ke kakak tingkat supernyebelin di sebelahku.

Lihatlah! Terbuat dari apa mukanya ini. Bahkan dia sama sekali tidak terpengaruh dengan lelucon--tidak lucu--yang sudah sempat ayahnya itu lontarkan.

"Ya sudah, yuk dilanjut makannya. Tria, makannya dihabiskan ya! Selama mama kamu dinas, kamu adalah tanggung jawab Tante. Jadi, Tante gak mau kalo sampe kamu kekurangan asupan makanan. Dan katanya, kamu punya magh ya? Untuk itu, kamu jangan sampe telat makan ya, Nak. Tante gak mau kalo sampe magh-mu kumat. Bisa kena omel Tante sama mama kamu nanti," papar tante Netha mewanti-wanti. Kemudian, aku pun hanya mengangguk patuh dan mulai menerapkan janji pada diri sendiri untuk tidak merepotkan tante Netha juga keluarganya.

Sampai ketika kami yang sudah melanjutkan lagi makan malam yang sempat terjeda oleh insiden kecil tadi, barulah aku mendengar lagi suara si kakak tingkat yang kemudian berdiri.

"Aku udah. Aku duluan ke kamar, Mi, Pi...." lontar cowok itu datar. Lalu seakan tidak perlu menunggu persetujuan dari kedua orangtuanya, ia pun langsung melenggang pergi sambil sempat mendelikkan matanya saat tak sengaja beradu pandang denganku. Untuk sesaat, aku pun mengernyitkan kening.

Coba lihat! Seolah-olah dia punya masalah denganku, dia pun pergi setelah mendelikkan mata sesinis itu. Dasar kakak tingkat yang aneh!

Bab terkait

  • THIS LOVE   Bagian 6

    Beberapa bis yang siap dihuni oleh tiap rombongan sudah berjejer rapi saling mengantre.Hari ini, aku dan juga semua rombongan mahasiswa lainnya akan bergegas pergi menuju tempat camping yang sudah disurvei oleh tim ekspedisi dari pihak senat beberapa hari sebelum hari ini tiba. Semua hal yang ku butuhkan selama camping nanti pun sudah tersedia dalam satu ransel berwarna cokelat emas yang kini kugendong di punggung. Tidak lupa, syal untuk penutup leher dan sejenis kupluk pun kukenakan juga untuk berjaga-jaga agar angin nakal tidak sampai masuk ke dalam tubuhku.Tampaknya semua tim sudah siap, termasuk timku yang akan menaiki bis pertama dengan senang hati. Kebetulan, aku dan Viona tergabung dalam bis pertama. Jadi, aku pun tidak perlu lama menunggu apalagi sampai harus ikut mengantre untuk sekadar mendapatkan tempat duduk yang diinginkan."Duh, kapan sih ini bisa naik bisnya? Cuaca udah makin panas nih. Ya kali kita har

  • THIS LOVE   Bagian 7

    Kepanikan pun muncul ketika aku terus diseret menuju bagian dalam hutan ini. Hanya pohon-pohon besar dan menjulang tinggi saja yang mengisi sekeliling hutan ini. Membuatku merasa ciut karena jujur saja, aku mendadak takut jika sudah dihadapkan dengan suasana semengerikan ini.“Lepasin gue, lo mau bawa gue ke mana?” jeritku meronta.Tapi tidak sedikitpun membuatnya terpengaruh. Dia terlalu kasar dan berkepala batu. Membuatku harus bersusah payah untuk berteriak-teriak agar setidaknya dia lepaskan. Tapi rupanya teriakanku itu gak ada gunanya untuk dia. Sebab sampai saat ini, pergelangan tanganku bahkan masih dikunci oleh cekalan tangannya dengan sangat kuat.“Gue mau balik ke tenda sekarang juga! Cepet lepasin gue!” rontaku lagi entah untuk yang ke berapa kalinya.“Lo udah berani ngintip, jadi jangan harap lo gue bebasin gitu aja,” tukasnya datar. Menimbulkan rasa takut yang semakin menjadi menyelimuti diri.

  • THIS LOVE   Bagian 8

    "Ish, lo mau bawa gue ke mana lagi sih? Mau seret gue ke hutan lagi, ha? Terus mau berlagak jadi superhero lagi padahal lo sendiri yang menjadi penyebab gue pingsan di tengah hutan kayak kemarin malam? Udah deh, gak usah sok pencitraan! Masih untung gue gak buka mulut soal lo yang kejamnya gak ketulungan. Ninggalin anak gadis sendirian di tengah hutan, terus bikin dia pingsan, dan ujung-ujungnya, elo juga yang sok jadi pahlawan. Cih, menjijikan!" cerocosku panjang lebar di tengah si kakak tingkat yang terus menarikku agar ikut bersamanya.“Udah ngomongnya?” lontarnya tanpa menoleh. Membiarkanku terus mengikuti dirinya dengan langkah terseok-seok akibat tarikannya tersebut."Kalo udah, gue mau sekalian kasih tau lo soal ini. Gue gak berpikiran buat jadi pahlawan atau apapun yang udah lo bilang kayak tadi. Tapi posisinya, gue adalah ketua senat dan lo salah satu mahasiswi baru yang harus gue ayomi. Jadi alasan gue yang berubah pikiran buat nolongin lo, itu semata-mata kare

  • THIS LOVE   Bagian 9

    Author PovMahesa menyudahi pelukan gawat daruratnya ketika ia sudah melihat sosok mantannya pergi melengos. Ya, itulah alasan Mahesa memeluk tubuh Tria tanpa aba-aba. Dia hanya ingin menunjukkan pada sang mantan bahwa dirinya sudah bisa move on dan tidak lagi bergantung pada dirinya. Lagipula, bukankah Mahesa sudah menekankan segala sesuatunya pada mantannya itu. Mahesa sudah tidak mau memiliki hubungan apapun lagi dengan dia, maka jangan salahkan Mahesa jika pada akhirnya ia harus melakukan sesuatu yang akan melukai perasaan mantannya itu.Hingga setelah melihat mantannya pergi dengan wajah yang kesal dan dongkol, Mahesa pun akhirnya bisa bernapas lega sembari melonggarkan lingkaran tangannya di tubuh adik tingkatnya itu."Syukurlah dia udah pergi. Seenggaknya, gue gak perlu bersandiwara lagi setelah dia gak ada dalam jangkauan gue seperti tadi," bisiknya mendesah lega. Lalu kini, ia pun menurunkan pandangannya ke arah wajah Tria yang masih setia memeja

  • THIS LOVE   Bagian 10

    Setelah semuanya dipersiapkan dan sepuluh regu pun sudah terbentuk, kini masing-masing regu diharuskan untuk memulai penjelajahannya dipandu oleh penanggungjawab masing-masing. Kebetulan, Tria dan Viona mendapatkan nomor urutan yang sama. Jadi artinya, mereka berada di dalam satu regu bersama dengan Romeo juga yang mendapatkan nomor urutan serupa."Ayo regu dua, kita harus gerak cepat. Kalian gak mau kan menjadi tim yang kalah. Hukumannya lumayan berat loh misalkan regu kita gak bisa memenangkan pertandingan ini," tukas salah seorang panitia memberi semangat."Oh ya, gue selaku penanggungjawab akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Teruntuk kalian anggota regu yang bakal gue pandu, kenalkan, nama gue Regivo Pratama. Kalian bisa panggil gue dengan nama kecil gue yaitu Givo. Ya, dan tentunya gue gak sendirian menjadi pemandu kalian. Tapi gue bersama sahabat gue yang juga akan turut serta bertanggungjawab atas regu ini. Tapi by the way, temen gue itu lagi

  • THIS LOVE   Bagian 11

    Sudah setengah jalan setiap regu melewati jalur penjelahahan. Ada yang telah mendapatkan lebih dari 5 bendera, ada juga yang baru hanya mendapatkan 1 bahkan tidak sama sekali. Tergantung pada kecepatan dan ketelitian setiap anggota regu yang mengamati. Seperti halnya regu 2, setelah menempuh setengah perjalanan yang dijelahahi, mereka pun kini sudah berhasil mengumpulkan sekitar 4 bendera yang dipegang langsung oleh ketua regunya. Romeo yang kebetulan ditunjuk sebagai ketua oleh pemandu regu pun hanya memiliki tugas untuk memegang dan menjaga benderanya saja agar tidak hilang apalagi sampai rusak. Mengingat benderanya terbuat dari bahan yang mudah robek, maka para ketua pun bertugas untuk mengamankan benderanya dari apa-apa saja yang berpotensi membuat benderanya sampai robek.Sementara itu, para anggota lainnya diharuskan bersikeras mencari sisa bendera yang masih harus mereka kumpulkan demi memperbanyak jumlah totalnya nanti. Hingga pada saat Tria menemukan satu bende

  • THIS LOVE   Bagian 12

    Tria tahu, seharusnya sejak awal dia tolak saja kebaikan si kakak tingkat menyebalkan itu. Meskipun ia rela menggendongnya hanya demi kebaikan Tria semata, tapi tetap saja, kini ia berhasil menjadi objek terutama saat menduduki topik terhangat yang sudah menyebar di hampir seluruh telinga penghuni kampus Nusa Wijaya."Ya ampun, Tria. Jadi ceritanya, lo udah mulai akrab nih sama ketua senat ganteng itu?" Tanpa pernah disangka, tahu-tahu Viona asal nyeletuk saja yang seketika membuat Tria harus memutar bola matanya begitu jengah.Lagipula, kenapa sih Viona harus sesotoy itu. Siapa juga yang mulai akrab sama si kakak tingkat menyebalkan itu. Yang ada, Tria malah merasa risih kali ketika tanpa sengaja ia mendengar setiap orang yang sedang menggosipkannya pasca melihat dirinya yang digendong oleh Mahesa tadi.Ya, ketika Tria digendong Mahesa akibat kakinya mengalami keseleo, sepanjang jalan menuju tenda Tria pun dipandang takj

  • THIS LOVE   Bagian 13

    Saat giliranku tiba, aku pun menaiki panggung. Berdiri di hadapan semua orang yang sudah tidak sabar ingin menyaksikan penampilanku. Termasuk dua senior yang sejak tadi berada di dekatku dan saling berlomba untuk mendapatkan perhatianku.Aku tidak sedang merasa percaya diri atau bahkan sok merasa paling cantik sehingga di rebutkan oleh senior seperti mereka, tapi aku berkata yang sejujurnya. Aku berani bersumpah jika ada yang menganggap perkataanku bohong.Dirly memberiku senyuman semangat, sementara si cowok ajaib bernama lengkap Mahesa Gesa Geraldo itu hanya menatapku dengan sorot yang tak kumengerti.Aku memejamkan mataku sejenak, menarik nafas perlahan dan membuangnya dalam desahan panjang. Kurasa, sudah saatnya untuk aku menampilkan persembahanku. Harapanku hanya satu, mereka semua semoga terhibur dengan penampilanku.Saat musik mulai mengalun lembut, dengan segenap hati dan penghayatan yang dalam sebuah lagu yang sudah kupilih sejak mendafta

Bab terbaru

  • THIS LOVE   Bagian 45

    "I LOVE BEACH!!" teriak Tria penuh bahagia sambil berlompat-lompat girang saat tahu Esa mengajaknya ke pantai.Sepulang kuliah Esa tidak langsung mengantar gadisnya pulang. Justru dia malah membawa sang gadis ke sebuah pantai yang cukup lenggang. Mengingat ini bukan hari libur, jadi tidak banyak orang yang mengunjungi pantai tersebut."Yang!" panggil Esa sedikit menyenggol bahu gadisnya.Yang disenggol pun melirik kesal, "Ih, apa sih senggol-senggol," protesnya lantas mendelik."Hehe maaf, di sengaja...." Kekeh Esa membuat Tria semakin kesal."Kamu nih, ngerusak mood aja," gerutunya. Lalu dengan langkah dientak Tria pun melenggang menjauhi sang pacar yang sudah merusak moodnya."Yang, mau ke mana?" seru Esa tanpa mengejar."Ke mana aja lah, yang penting gak ada kamu!" sahut Tria asal, yang Esa ketahui saat ini gadisnya itu sedang dilanda kekesalan sesaat.Keadaan pantai di sore hari membuat semilir angin berhembus kencang, mene

  • THIS LOVE   Bagian 44

    "YUHUUUU!! AKU BISA NAIK SEPEDA, SAAA!" teriak Tria girang sambil memutari badan Esa dengan kayuhan sepedanya.Akhirnya, setelah hampir berkali-kali jatuh saat diajari bersepeda dan sudah hampir kurang lebih dua jam Esa mengajari tata cara mengayuh sepeda yang baik dan benar. Tria pun bisa juga mengatur keseimbangan tubuhnya dan hal itu membuat ia semakin mudah untuk mengendalikan sepeda yang dinaikinya. Dan kini, Tria benar-benar sudah lancar menggowes sepedanya tanpa harus dipegangi lagi oleh Esa."AKU BISA NAIK SEPEDA YEEE!" sorak Tria lagi membuat semua mata memandang aneh ke arahnya.Meskipun menjadi pusat perhatian, Tria tidak memperdulikan hal itu. Justru dia malah kegirangan sendiri, layaknya anak balita yang baru saja bisa berjalan dengan lancar. Begitupun juga dengan Tria, pada akhirnya dia bisa mengenyahkan rasa takut dan traumanya untuk belajar bersepeda.Hingga kini ia pun bisa mengendalikan kayuhannya dengan baik, dan itu semua berkat

  • THIS LOVE   Bagian 44

    "YUHUUUU!! AKU BISA NAIK SEPEDA, SAAA!" teriak Tria girang sambil memutari badan Esa dengan kayuhan sepedanya.Akhirnya, setelah hampir berkali-kali jatuh saat diajari bersepeda dan sudah hampir kurang lebih dua jam Esa mengajari tata cara mengayuh sepeda yang baik dan benar. Tria pun bisa juga mengatur keseimbangan tubuhnya dan hal itu membuat ia semakin mudah untuk mengendalikan sepeda yang dinaikinya. Dan kini, Tria benar-benar sudah lancar menggowes sepedanya tanpa harus dipegangi lagi oleh Esa."AKU BISA NAIK SEPEDA YEEE!" sorak Tria lagi membuat semua mata memandang aneh ke arahnya.Meskipun menjadi pusat perhatian, Tria tidak memperdulikan hal itu. Justru dia malah kegirangan sendiri, layaknya anak balita yang baru saja bisa berjalan dengan lancar. Begitupun juga dengan Tria, pada akhirnya dia bisa mengenyahkan rasa takut dan traumanya untuk belajar bersepeda.Hingga kini ia pun bisa mengendalikan kayuhannya dengan baik, dan itu semua berkat

  • THIS LOVE   Bagian 43

    Ting tong.Tria terhenyak sendiri di tengah waktu santai dan rebahan nyaman di atas kasurnya ketika dentingan bel terdengar dari balik pintu utama di luar sana.Ia melirik jam bulat yang menempel di sudut dinding kamarnya. Bahkan saat jarum jam masih bertengger di angka 10, rumah minimalisnya malah sudah didatangin tamu saja."Siapa sih, lagi mager gini kok malah ganggu?" gumam Tria mendumel sembari menaruh novel romance yang sedang dibacanya di atas bantal.Lalu dengan malas ia pun beringsut menuruni ranjang dan menyeret kaki cantiknya menuju pintu yang masih menghasilkan bunyi dentingan bel yang entah ditekan oleh siapa.Ting tong—CKLEK.Pintu lalu ditarik terbuka oleh nona rumah, karena sebutan tuan hanya dikhususkan untuk seseorang bergender laki-laki."Morning!" sapa seseorang di balik bucket mawar putih yang sengaja ia tutupkan menghalangi wajahnya."Esa?" tebak Tria langsung tahu, karena mau ditutupi ol

  • THIS LOVE   Bagian 42

    Tubuh Tria diempas kuat ke atas ranjang. Pria hidung belang itu tertawa membahana sembari berkacak pinggang seolah berkuasa. Gadis itu berniat untuk bergerak dalam posisinya, tapi sebelum itu terjadi, si pria bernama Hadi itu sudah lebih dulu melompat naik mengunci pergelangan tangan Tria yang ia rentangkan dua-duanya.“Mau ke mana gadis manis?” tatap Hadi berkilat.Tria menangis. Matanya bergerak liar, berusaha mencari akal agar ia bisa melepaskan diri dari pria tua berbahaya ini. Dia tidak sudi jika tubuhnya tersentuh sedikit pun oleh pria semacam Hadi. Tria lebih memilih untuk mati ketimbang masa depannya yang harus hancur akibat perbuatam Merlin yang melemparkan dirinya ke tangan si hidung belang yang kini tengah menatapnya penuh nafsu.Tidak! Tria takut. Dalam hatinya ia merapalkan sejumlah doa agar dia bisa terselamatkan dari bahaya yang akan segera menyerangnya.Esa.Hanya nama itu yang terucap dalam doanya. Dia berharap lelaki i

  • THIS LOVE   Bagian 41

    BRAK.Dirly berhasil menendang pintu di depannya dengan sangat kencang, sehingga membuat pintu berbahan kayu jati itu terbuka secara paksa hingga menghantam dinding. Dengan cepat ia segera mengajak Esa dan yang lainnya masuk ke dalam ruangan itu, kegelapan seketika menyambut saat mereka menerobos ke dalam ruangan itu."Tria!" panggil Viona langsung, mencari sahabatnya di tengah kegelapan."Dir, sakelarnya ada di mana? Gue mana bisa nyari Tria kalo ruangannya gelap begini," ujar Givo mengeluh.Dirly lantas melangkah ke arah dinding yang ditempeli saklar, lalu tak lama kemudian dia pun berhasil menekan sakelar sehingga ruangan seketika menjadi terang."Loh, Kak Esa, kenapa banyak banget foto lo sama Merlin di sini?" komentar Viona yang pertama kali melihat beberapa foto folaroid tergantung dari langit-langit ruangan.Esa menghampiri tempat di mana Viona berdiri sekarang. Tatapannya ia edarkan ke arah sejumlah foto yang memang benar terisi potr

  • THIS LOVE   Bagian 40

    Esa mengusap mukanya frustrasi, sudah ke semua penjuru jalan raya dia mencari tapi yang dicari pun tak kunjung ditemukan.“Kak Esa!” seru Viona yang baru saja datang bersama Givo dengan motor gedenya.Mereka memang sengaja Esa panggil untuk menemuinya di tempat Tria menghilang entah ke mana. Dan sekarang mereka sudah datang. Viona menuruni harley milik Givo dan mengguncang lengan Esa dengan raut paniknya.“Kak Esa, gimana bisa Tria hilang? Bukannya pas pulang kuliah dia barengan sama elo? Tapi kenapa—““Justru itu, sebelum nganter dia pulang ke rumahnya. Gue ngajakin dulu dia ke kedai es krim. Setelah itu gue mutusin buat nganter dia pulang ... karena gue rasa gak ada lagi tempat yang mau kita datengin, tapi pas lagi perjalanan pulang tiba-tiba ada sebuah zeep yang nyalip dan ngehadang perjalanan kita. Udah gitu kita turun dulu, di tengah gue yang nyamperin zeep itu dengan tujuan mau negur orang yang udah ngemudiin mobi

  • THIS LOVE   Bagian 39

    PRAANG.Pantulan di depan dirinya hancur seketika. Menciptakan beberapa keretakan yang membagi bagian tubuhnya menjadi beberapa bagian di dalam cermin riasnya itu. Setelah mendengar kabar bahwa pasangan itu kembali akur, perempuan ber-softlens abu itu lantas mengamuk dengan melempari cermin di kamarnya menggunakan benda apa saja yang terjangkau tangannya.Dia menangis histeris, tidak terima dengan keakuran yang terjadi pada pasangan Esa dan Tria. Pasalnya, setelah membuat Esa mengakui perlakuannya di masa lalu tepat di hadapan dirinya dan bersamaan ketika Tria datang. Merlin sudah berharap besar kalau mereka berdua akan terpisahkan untuk selamanya.Namun harapan tinggal harapan, alih-alih terpisah justru ntah dengan cara apa mereka bisa kembali berbaikan seperti kata informannya yang memberi tahu.“Arghhttt! GUE GAK TERIMA. GUE GAK TERIMA KALO MEREKA SAMPE AKUR LAGI. GUE GAK TERIMAAAA,” teriaknya membabi buta. Lantas mengobrak-abrik seis

  • THIS LOVE   Bagian 38

    Gadis itu terduduk sambil memeluk lutut. Dia membenamkan wajah kesalnya ke lipatan lutut. Ingin melarikan diri tapi tidak bisa, pintu satu-satunya yang bisa ia gunakan sebagai jalan keluar justru dengan sengaja dikunci dari luar. Entah ulah siapa, tapi Tria yakin kalau itu pasti termasuk ke dalam rencananya si lelaki resek itu.“Tria!” panggil Esa dengan lembut sembari membelai puncak kepala sang gadis.Seolah tidak mau tersentuh tangan Esa, Tria lantas menepisnya dengan kasar. Saat pengakuannya tempo hari kembali terngiang, dia menjadi jijik jika tangan itu membelai bagian tubuhnya.Esa menghela sabar saat diperlakukan sekasar itu oleh Tria. Mungkin jauh lebih baik daripada didiamkan berhari-hari.“Mungkin aku emang salah....” ucap Esa memulai sesi penjelasannya. “Seharusnya aku mengatakan semua itu sejak awal. Sejak pertama kali aku memutuskan buat ngebangun hubungan yang baru sama kamu,” lanjutnya tersenyum samar. &ldq

DMCA.com Protection Status