Rombongan Han dengan tergesa-gesa menyusuri Padang Qing-lue. Sebetulnya Kaisar Jing Xing amat menyangsikan putera keduanya berada di padang belantara itu. Tetapi Hua Shi sangat keras hati.
“Ayahanda, saya mohon percayalah pada saya. Bagaimanapun, ini juga demi Ming Shi!”
Terpaksa Kaisar Jing Xing dengan ragu-ragu mengikuti kemauan puterinya. Betapa terkejutnya ia saat melihat Ming Shi tengah berdiri di tengah-tengah sepetak tanah gersang amat luas, tercenung memandang langit biru. Cepat-cepat Kaisar turun dari kudanya, dan berseru, “Ming Shi!”
Perlahan, Ming Shi menoleh. Kaisar Jing Xing semakin terkejut melihat tatapannya yang hampa. Seketika pula penyesalan yang luar biasa besar menguasai hatinya, tersentuh akan keadaan Ming Shi yang mengenaskan. Ia melangkah cepat ke arah pemuda itu, dan setelah tiba di hadapannya, ia memeluknya.
“Ming Shi! Betapa mengenaska
Bila Ming Shi tengah terobsesi untuk membentuk dunia sesuai keinginannya, maka He Xian tengah berusaha untuk menggagalkan pembentukan dunia Ming Shi tersebut. Tepat keesokan hari setelah perbincangannya dengan Yan Xu di Khanate tempo lalu, He Xian bersama-sama Min Hwa dan Sasha berangkat menuju Qi. Bagi mereka, merupakan suatu sensasi tersendiri dapat pergi ke negeri yang dipercaya dihuni orang-orang pintar berkekuatan magis tersebut. Mereka merasa tegang, sekaligus bergairah. “Tapi kudengar, rakyat Qi bersikap apatis terhadap keadaan dunia. Persis seperti para pertapa yang mengasingkan diri mereka ke pegunungan. Apakah mereka akan bersedia membantu kita?” tanya Min Hwa harap-harap cemas. He Xian tersenyum menenangkan. “Kalau belum dicoba, siapa yang tahu.” Jarak Khanate dengan Qi amat jauh, dibutuhkan tiga hari perjalana
Dituding seperti itu, jantung He Xian berdetak keras. “Apa maksud Anda, Yang Mulia?” tanyanya khawatir. “Karena Sang Naga menyukaimu dari nurani murninya. Dengan kau melawannya, kau mengkhianatinya. Pengkhianatan adalah api terbesar yang membangkitkan kemurkaannya, api yang dapat meluluhlantakkan dunia.” Sang Ratu menatap He Xian lekat-lekat. “Kau tentunya tak menginginkan kerabatmu dan orang-orang tidak bersalah yang lain terkena imbasnya, bukan?” Tubuh He Xian mendadak gemetaran. “T...tapi... Kaisar Han telah menyeleweng dari jalan kebenaran, bagaimanapun juga saya tidak menyetujui perbuatannya. Saya harus mencegahnya!” “Tidak ada gunanya,” Ratu kembali menggelengkan kepalanya. “Selama kau masih melakukannya atas dasar kemarahan, tak akan berhasil. Kau hanya menghilangkan lebih banyak nyawa yang tidak bersalah karena keputusanmu ini.” Perkataan sang Ratu bagaikan tamparan
Keesokan harinya, Putri Svetlana datang. He Xian terpana melihatnya. Putri Svetlana merupakan gadis paling menawan dari semua wanita yang pernah dijumpainya. Karena ia bukan hanya cantik, tetapi ada suatu aura misterius yang menggugah perhatian semua orang tertuju padanya. Entah karena disebabkan tatapan bola mata hijau kebiruannya yang memandang tajam, ataukah air mukanya yang nampak tenang berwibawa. Dan gadis ini adalah selir Kaisar Han... Seketika He Xian teringat pada Yan Xu. Walaupun Yan Xu juga cantik jelita, namun kecantikan yang dimilikinya bersifat lugu dan polos, terasa benar aura kekanakan yang dipancarkan gadis itu. Berbeda sekali dengan Putri Svetlana ini. Dan Kaisar Han masih memiliki enam ratus lebih selir cantik dan mempesona seperti ini. Tiba-tiba He Xian merasa sangat kasihan pada Yan Xu. Karena dalam usia begitu muda, sang putri sudah harus terseret dalam persaingan para wanita di istana belakang. Sasha merangku
Tidak ada seorangpun yang menduga Svetlana tengah berniat menjebloskan mereka ke sarang maut. Mereka tengah sibuk menyusun strategi aksi perlawanan mereka. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali mereka bertiga telah duduk di salah satu ruang rapat, memandangi peta dunia yang baru saja dibentangkan He Xian. Pemuda itu mulai mengemukakan pendapatnya. “Ada tiga belas negara di dunia ini. Han, Ming, Tukhestan, Yeong-Shan, Chang, Wu, Song, Tse-Kuan, Khanate, Sutta, Kishov, Pheu Kam, dan Qi. Kecuali Qi, semua negara ini telah berada dalam kekuasaan Han. Namun karena pemerintahan Kaisar Han yang diktatoris, maka banyak terjadi pemberontakan melawannya. Jadi ideku begini. Pemberontakan-pemberontakan itu semuanya dilakukan sendiri-sendiri dan secara terpisah sehingga Han dapat dengan mudah menumpasnya. Kita akan menghimpun mereka menjadi satu, membentuk kesatuan besar yang kokoh dan dengan demikian akan sulit ditumpas.”  
Yan Xu tergugu, sementara Ming Shi kini melangkah mendekati meja di dekatnya, lalu mengambil kira-kira lima buah buku besar dan tebal bersampul keemasan yang tergeletak di atasnya. Ia menyodorkan buku itu pada Yan Xu. “Ini adalah buku yang membahas keadaan negeri Yeong-Shan secara keseluruhan. Aku ingin kau mempelajarinya secermat mungkin. Lalu kau juga memiliki tugas, mengangkat para pejabat dan anggota dewan Yeong-Shan,” melihat gelaga Yan Xu yang hendak menyela, Ming Shi cepat mengangkat tangannya, “Aku tahu, akan sangat sulit bagimu untuk memilih mereka sementara kau tidak mengerti keadaan Yeong-Shan sama sekali. Itulah mengapa kusuruh kau membaca buku-buku ini. Ingat, kau sekarang adalah pemimpin bangsa Yeong-Shan. Kau yang bertanggung jawab atas kesejahteraan negeri itu. Tentu saja, kau boleh minta pendapatku kapanpun kau mau...” Pemuda itu melengkungkan senyum mengejek, “Tapi kurasa kau tak akan mau, benar kan?” Yan Xu
Tabib Lu sangat kaget mendapati Ming Shi yang biasanya tampak begitu enerjik dan bersemangat kini dengan terburu-buru memasuki balai pengobatan dengan wajahnya sepucat tembok. Ia lekas-lekas berdiri, tergopoh-gopoh menopang sang junjungan. “Yang Mulia! Apa yang terjadi dengan Anda?!?” Terengah-engah Ming Shi menjawab, “Kepalaku rasanya sakit sekali” Sang tabib cepat-cepat memapahnya ke pembaringan yang ada, lalu memeriksa keadaannya. “Seharusnya Anda menyuruh salah seorang kasim memanggil saya mendatangi Anda, dan Anda tidak perlu repot-repot begini astaga!” Dengan cemas pria tua berjenggot itu memandang Ming Shi. “Yang Mulia, bagaimana mungkin Anda dapat menyembunyikan penyakit sekronis ini dan tidak segera memberitahukannya pada saya?” “Ada apa Tabib Lu? Aku tidak apa-apa bukan?” Ming Shi bertanya lirih. “Bagaimana tidak apa-apa? Kekacauan aliran Qi dalam tub
Suasana sunyi senyap untuk jeda waktu yang cukup lama, hingga suara Seo-Yu memecah keheningan, “Bila kau ingin menebus kesalahanmu, berikanlah kami ganjaran yang lain, tapi jangan menjadikan kami bawahan Kaisar Han. Taruhlah kami bersedia memaafkanmu, tetapi kami tidak memaafkan suamimu itu. Dan akan merupakan sebuah siksaan berat bagi kami jika kami harus berhadapan dengannya dan melaksanakan semua yang ia perintahkan dari waktu ke waktu.” Ryu-Na ikut berbicara. “Benar, Puteri Yan Xu. Jika kau tidak menginginkan nasib kami menjadi sama seperti dirimu, tolong jangan suruh kami bekerja di bawah perintah Kaisar Han!” “Oh, tidak. Kalian tidak perlu lagi berhadapan dengannya, apalagi bekerja di bawah perintahnya. Tidak. Ia telah menyerahkan seluruh kekuasaannya padaku kalau mengenai Yeong-Shan! Dan kini, aku menyerahkannya pada kalian!” Yan Xu lantas menyodorkan pedang kebesarannya itu pada Seo-Yu. Kedua wanita itu
Xi Jing pada dasarnya memang sebuah kota besar, tetapi Xi Jing yang sekarang jauh lebih besar, lebih ramai, dan lebih maju lagi. Pula nampak sangat rapi dan teratur. Boleh dibilang persis sama dengan keadaan An Chang, Ibukota Han. Lebih banyak kereta-kereta besar berlari di sepanjang jalan raya yang telah terpisah aman dari jalur pejalan kaki. Kota itu pula nampak sangat indah dengan tanaman-tanaman cantik menghias di sana-sini. Keadaan Xi Jing seakan menyihir He Xian dengan rasa kagum, sekaligus memancing keingintahuannya. Tiba-tiba seseorang dari keramaian berseru menunjuknya, “Ah... itu...” He Xian menoleh. Serta merta ia langsung mengenali pemanggilnya. Pemuda itu adalah salah seorang teman sekolahnya dulu, Zhu Renguan. He Xian lantas turun dari kuda. Ia baru akan menghampiri Renguan, ketika orang-orang di sekitarnya yang juga telah melihatnya mulai berseru riuh. “Rupanya Tuan Menteri
“Run... Xiang...” Ming Shi bergumam lemah. “Juga... Yan Xu... kurasa aku tak akan bisa bertahan di dunia ini lebih lama...” “Kakanda! Jangan berkata seperti itu! Tabib akan dapat menyembuhkan luka Anda!...” Yan Xu menjerit histeris, sementara He Xian dan Sekretaris Li memandang Ming Shi dengan lesu. Luka di tubuhnya sudah terlalu parah untuk dapat disembuhkan. Nyawanya tak mungkin diselamatkan. “Percuma saja Yan Xu...”M ing Shi menatap Yan Xu lekat-lekat. “Aku hanya menyesalkan satu hal, mengapa aku tidak diperbolehkan berada di dunia ini lebih lama. Aku masih belum sempat membahagiakan permaisuri yang aku cintai...” Yan Xu tergugu. Selama ini tidak pernah ia mendengar Ming Shi mengatakan bahwa pria itu mencintainya. Jangankan itu, pria itu bahkan tidak pernah memujinya cantik seperti yang lumrah dilakukan seorang pria terhadap kekasihnya. Mendadak, ia merasa limbung luar bi
Putri Chang menyentak sinar setar, begitu keras dan mengejutkan hingga membangkitkan suatu sengatan yang secepat kilat menstimulasi otak He Xian. Senyum sang putri mengembang. Ia telah berhasil memengaruhi He Xian sepenuhnya, dan pemuda itu akan mengangkat pedangnya untuk selanjutnya menyerang Ming Shi. “Kalian salah. Hatiku tidak lagi menyimpan kebencian dan dendam terhadap Kaisar Han. Dan itu jauh lebih baik. Dendam bagaikan kumpulan api yang panas membakar, belum tentu kalian berhasil meluapkannya, namun kobaran api tersebut sudah pasti melukai diri kalian sendiri. Dengan membuang kobaran api tersebut, aku menghentikan melukai diriku sendiri.” He Xian berkata bijaksana. “Aku tahu Tuhan menciptakan aku ke dunia ini bukan untuk mewujudkan misi negatif. Melainkan untuk mewujudkan sebuah misi positif dengan mengalahkan rintangan berupa hasrat negatif. Begitu juga dengan kalian. Singkirkanlah semua kebencian kalian, dan
Mangkuk tersebut kini berada dekat sekali dengan tangan Ming Shi. Si wanita menyentak halus, dan Ming Shi mulai mengangkat mangkuk itu, siap meminumnya. TSRATTT! Lontaran panah secepat kilat menjatuhkan mangkuk beracun tersebut. Si wanita berbalik, siap membuat perhitungan pada orang yang berani mengacaukan pekerjaannya yang nyaris rampung itu. “Siapa kau?!” Ia berseru marah. Di saat bersamaan Ming Shi juga tersadar sepenuhnya dari hipnotis si wanita. “Sun He Xian dan Run Xiang?!” serunya. “Juga... Yan Xu! Bagaimana kalian bisa ada di sini?!” He Xian dan Sekretaris Li menghaturkan hormat, “Berkat Yang Mulia Permaisuri, Yang Mulia, beliaulah yang mendapatkan firasat Anda tengah mengalami bahaya. Dan syukurlah, rupanya kami datang tepat pada waktunya. Anda nyaris saja membunuh diri Anda sendiri!” &
Mereka telah merencanakan akan mengadakan di bawah pohon willow raksasa ini. Dua orang telah berdiri di sana, menunggu dengan tak sabar orang ketiga yang tak kunjung datang. “Mengapa ia lama sekali datang?” si wanita berseru tak sabar. “Apa dia lupa kalau hari ini kita akan mengadakan pertemuan di sini?” Si pria menenangkan. “Tidak mungkin, Putri. Dia pastilah sedang sibuk, bagaimanapun dia adalah kepala kasim di istana ini.” “Huh, dia baru seorang kasim, sedangkan kau Menantu Raja!” “Aku bukanlah Menantu Raja dengan gelar resmi, Putri... Pernikahan kita hanya beratapkan sinar rembulan di dalam hutan...” “Bagaimanapun juga kau menikah denganku yang merupakan seorang putri!” ujar si wanita berapi-api. “Kau tidak seharusnya merendahkan diri seperti itu, ap
Mulanya Yan Xu bingung melihat jumlah pengawal Istana Barat bertambah dua kali lipat, pula mendapati He Xian dan San Jin kini ganti mengiringinya ke mana-mana. Ming Shi sendiri pun selalu datang menemaninya tepat setelah pria itu menyelesaikan tugasnya di istana. “Apa kalian mau mengatakan si pembunuh kini ganti mengincarku?” tanyanya pada He Xian, yang menjawab, “Kami tidak tahu, Yang Mulia. Tetapi para selir telah mendapatkan pengawalan yang aman, sementara Anda tidak sama sekali, padahal Anda adalah permaisuri.” Yan Xu melengos. “Aku tidak apa-apa, kalian sama sekali tidak perlu mengkhawatirkanku. Apa kau tak tahu Tuan Sun, aku kan pernah membunuh Khan Khanate! Jadi si pelaku tentunya bukan tandinganku!” Ia berseloroh. “Ohya, tentu saja kau tak tahu. Kau kan tengah menuju negeri Qi saat itu.” Walaupun Yan Xu mencoba bergu
Secara tak terduga Min-Hwa melintas di hadapan mereka. He Xian terpana. Min-Hwa kini nampak sangat feminim dan gemulai, dan jauh lebih cantik, dengan sorot matanya yang sendu dan sayu. Gadis itu sendiri juga melihat He Xian. Mulutnya pun membuka, “He Xian!...” Min-Hwa tak sempat melanjutkan kata-katanya; Ming Shi telah menotok jalur energi pada gadis itu. Ia segera terkulai lemas sementara pria itu segera merengkuhnya, sangat mesra. “Kaulihat, Sun He Xian. Aku sangat mencintai selirku, termasuk dia yang dulu pernah melawanku,” Ia berujar, jari-jari tangannya kini sibuk membelai-belai wajah Min-Hwa. “Bukankah dia merupakan rekan sejawatmu yang terbaik? Dia selalu membantumu dan menyertaimu, benar kan? Sekarang, ia bersedia menyerahkan dirinya menjadi milikku. Tidakkah kau membencinya? Tidakkah kau membenciku, yang telah merenggut orang yang kausayangi darimu?” Ming Shi menata
Mau tak mau He Xian merasa heran juga. Sama sekali tidak melintas gejolak kemarahan dalam benaknya saat bertatap muka dengan Ming Shi tadi. Seakan semua dendam dan kemarahannya telah menguap habis tanpa sisa sedikitpun. Bagaimanapun, cerita Li Sha mengenai masa lalu Ming Shi memang telah mengubah total pandangannya akan sang kaisar, pula kehidupannya di Qi selama dua tahun ditambah pengalamannya membantu sesama semakin menguatkan tekadnya. Bahwa apa yang mampu membuatnya bahagia bukanlah menang atas musuhnya dan membalaskan dendamnya, atau mewujudkan keinginannya yang berdasar nafsu duniawi semata. Bahwa jika kita dapat melakukan panggilan terpendam hati kita, serta membuat orang di sekitar kita merasa bahagia, itu semualah yang akan memberikan kita kebahagiaan yang sesungguhnya. Karena landasan pikiran itulah mungkin, maka He Xian sama sekali tidak merasa marah ataupun dendam saat berhadapan dengan Ming Shi. Malah, raut kegelisahan san
He Xian sangat terkejut saat mendapati para utusan Han mendatangi pemondokan tempat ia tengah berceramah. Walaupun ia telah menyiapkan batin dari jauh hari sebelumnya, ternyata tetap saja ia masih menyimpan trauma dan ketakutan saat menghadapi mereka. Bahkan kakinya nyaris berderap melarikan diri ketika batinnya mencelos, Bukankah misi utamaku adalah mengubah pola pikir Kaisar Han? Sekarang pihak istana mencariku, ini menandakan aku punya kesempatan untuk mewujudkan misiku. Maka iapun tetap berdiri di tempatnya, dengan tenang menyambut mereka semua. “Selamat datang Tuan-Tuan sekalian, ada yang bisa saya lakukan untuk Anda?” Di pihak lain, Sekretaris Li tidak kalah terkejut. Ternyata Sang Guru Besar adalah Sun He Xian. Sang sekretaris negara merutuk dalam hati. Kalau begini, keadaannya bisa menyulitkan. Dan ia apatis Ming Shi mau menerima si pemuda jangan-jangan malah sang kaisar aka
Diawali dengan kematian salah seorang selir di harem paling terkucil. Para pelayan menemukan mayat gadis itu mengapung di atas kolam teratai taman istana pada pagi hari. Menurut pemeriksaan, selir tersebut mati atas dasar kemauannya sendiri - ia menggores pembuluh nadi besar di pergelangan tangannya sebelum menjatuhkan dirinya ke dalam kolam. Pisau pembunuh ditemukan di tepi kolam. Dan segalanya terjadi begitu cepat. Dalam seminggu tiba-tiba saja telah ada tiga selir lain yang bunuh diri, dan jumlah kematian para selir itu meningkat di minggu berikutnya. Kini, telah ada lebih dari selusin selir yang mati bunuh diri sementara alasan di balik tindakan mereka masih belum tersingkap. “Yang mengherankan, jika mereka bunuh diri atas kehendak sendiri, seharusnya gelagat nereka telah terlihat pada hari-hari sebelumnya. Akan tetapi, tidak terlihat sama sekali kesedihan dalam raut wajah mereka. Bahkan menurut para