Share

Chapter 1

Penulis: Amelia Siauw
last update Terakhir Diperbarui: 2021-01-20 11:25:44

     Negara Han boleh berbangga menyatakan bahwa negeri mereka dipenuhi oleh cerdik cendekia yang brilliant. Selain pandai, mereka juga sangat rajin, tekun, pula optimis serta berpikiran maju. Tak heran apabila Negara Han menjadi negara paling maju dan paling makmur di seluruh dunia. Negeri-negeri lain amat salut serta mengagumi Negara Han. Para pimpinan dunia sangat menghormati Kaisar penguasa Negeri Han, Kaisar Jing Xing. Sang Kaisar selain memiliki kearifan tertinggi di seluruh negeri, pula memiliki kebijaksanaan yang sempurna dalam mengatur negerinya dan menjalin hubungan dengaran negeri lain. Dan, yang paling disegani masyarakat dari Kaisar Jing Xing adalah, ia tidak mengambil selir, hanya mengambil satu wanita sebagai istrinya. Permaisuri Mei.

     Dari pernikahannya, Kaisar Jing Xing dikaruniai dua orang putera dan tiga orang puteri. Putera Mahkota Han Hao Shi, Puteri Pertama Han Mei Shi, Puteri Kedua Han Hua Shi, Pangeran Kedua Han Ming Shi, dan Puteri Ketiga Han Bao Shi. 

     Putera Mahkota Han Hao Shi benar-benar seorang pendiam. Ia jarang sekali berinteraksi dengan orang lain, bahkan keluarganya sendiri. Hobinya yang terutama adalah membaca buku dan melantunkan syair. Walaupun terkesima akan kepintaran Hao Shi dalam membuat syair, tetap saja Kaisar Jing Xing prihatin akan putera sulungnya itu. Bagaimanapun, Hao Shi adalah Putera Mahkota, ia harus pandai berinteraksi dengan manusia lain agar mampu menjadi pemimpin yang handal. 

     Berbanding terbalik dengan Putera Mahkota, Pangeran Kedua Han Ming Shi merupakan pemuda yang lugas dan pandai bersosialisasi dengan orang lain. Sejak kecil ia telah memiliki kharisma yang teramat kuat. Ia pula bepengetahuan luas, pandai menyusun taktik dan strategi serta berkompetensi menerapkan sistem pemerintahan yang baik. Semua orang yang mengenalnya segan sekaligus salut padanya, dan berani menyatakan bahwa dialah yang paling pantas untuk menjadi Kaisar selanjutnya. Sang Pangeran sendiripun juga merasa demikian. Ming Shi pula merupakan seorang yang berkemauan keras, ulet, kekuh, serta ambisius. Prinsip utamanya adalah, apa yang ia inginkan, harus berhasil ia capai.

     Termasuk menggantikan posisi ayahnya menjadi Kaisar selanjutnya.

     Ambisi yang satu ini bukan muncul tanpa sebab, melainkan dikarenakan sesuatu hal. Hal yang sangat berhubungan erat dengan masa lalu pemuda itu. Masa lalu itulah yang membuatnya menjadi tegar dan kuat, dan brilliant,  seperti sekarang ini.

     Suatu hari, Kaisar Jing Xing sakit keras. Berbagai obat telah diminumnya, namun beliau tak kunjung sembuh. Sang Raja pun berkesimpulan bahwa malaikat kematian akan menjemputnya sebentar lagi. Dan karena itu, sudah tiba waktunya untuk mewariskan tahtanya.

     Negara Han memiliki suatu kebiasaan yang unik dan berbeda dengan negeri lainnya dalam memilih pewaris tahta. Mereka memilih Kaisar berikutnya melalui jalur kompetisi antara para putera raja, berbeda dengan negeri lainnya di mana pewarisan tahta diberikan pada putera sulung sang pemimpin. 

     Kaisar Jing Xing telah menetapkan kapan dan di mana kompetisi diadakan, namun ia masih kesulitan memilih tema untuk pertandingan tersebut.

     Rupa-rupanya mengetahui kegundahan hati sang Kaisar, Perdana Menteri Kang memberanikan diri bertanya, “Yang Mulia, Anda tengah merisaukan masalah pewarisan tahta?”

     Kaisar menghela nafas. “Aku masih belum mampu memutuskan tema terbaik dalam turnamen kali ini.”

     “Duli Yang Mulia, bagaimana kalau temanya mengenai ketatanegaraan. Siapa yang menulis paling baik, dia tentunya memiliki pengetahuan terbaik yang sepantasnya dimiliki para penguasa yang arif bijaksana.”

     Kaisar Jing Xing mengangguk-angguk tanda setuju.

***

     Dengan cepat, hal tersebut sampai ke telinga Ming Shi. Pemuda itu merutuk .

     “Si tua bangka Kang itu memang sengaja menjatuhkan aku. Dikiranya aku tidak tahu kalau dia itu pengikut setia kakakku. Dia sengaja mengusulkan tema mengarang esai itu, karena mengarang esai adalah keahlian kakakku!”

     Ming Shi berjalan mondar-mandir, gelisah tak keruan. Ia sendiri memang handal mengarang esai, tapi ia juga sadar, kemampuan sasteranya mau ia latih puluhan tahun pun tidak akan bisa menyambangi kakaknya. Tapi ia tidak ingin menyerah begitu saja. Menjadi Kaisar adalah impiannya sejak lama, bagaimanapun juga ia harus meraih cita-cita tersebut.

     “Ya,” gumammnya, giginya mengatup penuh tekad. “Bagaimanapun juga aku harus berhasil menjadi kaisar. Karena akulah yang paling pantas untuk menduduki jabatan itu. Kakakku boleh lebih ahli dalam bidang kepenulisan, karenanya aku akan melalui cara lain untuk mengunggulinya. Dan caraku ini, pasti berhasil.”

     Senyum merekah menghiasi wajahnya, membuat wajahnya yang memang sudah tampan menjadi semakin menawan. 

     “Sayang, kau nampak sangat senang hari ini…”

     Ming Shi menoleh ke belakangnya, mendapati seorang wanita cantik tengah balas menatapnya dengan mata berbinar. Senyumnya merekah semakin besar. 

     Bidak catur kemenanganku telah datang. Kini saatnya kugerakkan dia.

Bab terkait

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 2

    Keesokan harinya, seluruh pembesar istana duduk menanti dengan tegang. Mereka menatap bergairah kedua pangeran di pusat ruangan yang kini tengah duduk anggun sembari menanti waktu pertandingan dimulai. Setelah segalanya siap, Kaisar Jing Xing berdiri, serta-merta berseru. “Pertandingan kita mulai.” Hao Shi dan Ming Shi segera mengangkat pena masing-masing dan menuliskan kata demi kata di helaian kertas yang telah tersaji di depan mereka. Dengan sepenuh hati mereka menulis, berusaha mengeluarkan segenap kemampuan yang mereka miliki. Kaisar Jing Xing mengamati kedua puteranya yang begitu tekun melaksanakan amanatnya, hatinya tersenyum penuh kepuasan, sekaligus kegundahan. Waktu berlalu seakan sekejap, dan tibalah waktunya mengumpulkan. Kedua pangeran meletakkan pena masing-masing dengan tenang seraya menyerahkan kertas jawaban esai kepada seorang kasim, yang meletakkannya di atas ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-20
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 3

    “Sayang, aku sangat bangga padamu. Kaisar Han Wen Xing, terpandai sekaligus paling menawan dari seluruh kaisar generasi negeri kita.” Ming Shi tidak menoleh sama sekali kepada si pemberi pujian. Dari dulu ia memang tidak suka wanita itu memanggilnya “Sayang” dan mencumbuinya. Harga dirinya amat ternodai karena ia harus bercinta dengan orang terlarang, padahal dia sendiri masih belum menikah. Itu semua ia lakukan demi ambisi terbesarnya, karena wanita yang tergila-gila padanya itu adalah isteri Putera Mahkota Han Hao Shi, kakaknya sekaligus rival terbesarnya. Mei Qing, wanita yang dimaksud, adalah seorang wanita yang amat haus kasih sayang. Ia amat kecewa dengan perlakuan suaminya yang sama sekali tidak mempedulikannya dan lebih sering menghabiskan waktu dengan melamun dan menulis syair. Lalu, ia mendapatkan Ming Shi, nampak berkharisma, menawan, pula rupawan. Dan saat ia mencoba-coba merayu Ming Shi, pemuda

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-20
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 4

    Tetapi ironisnya, rakyat Ming tidak menyadari negeri mereka telah berada di ambang kehancuran. Mereka masih tertawa bahagia, para anak muda bahkan menenggelamkan diri ke dalam pesta-pesta yang memabukkan. Di Paviliun Miao Yuan, pesta diadakan siang dan malam. Siang untuk anak-anak muda yang belum bekerja ataupun pengangguran, malam untuk para tua-tua keladi yang masih haus akan hiburan. Salah satu pelanggan setia Paviliun Miao Yuan adalah seorang pemuda awal dua puluhan bernama Sun He Xian. Ia datang boleh dibilang setiap hari. Sun He Xian adalah seorang pemuda yang periang, bebas dan selalu seenaknya sendiri. Ia pandai menikmati waktunya untuk bersenang-senang. Biasanya yang ia kerjakan di Miao Yuan adalah bernyanyi, menari, bersyair, pula membicarakan banyak tema yang suka diangkat orang dalam obrolan. Banyak orang salut akan wawasan dan cara berpikirnya yang dianggap dalam namun menginspirasi. Yang terakhir ini sangat aneh

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-20
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 5

    He Xian memang teramat sering melewati dan memandang Istana Chang Le, namun sama sekali tidak pernah terbayang olehnya ia akan mendapat kesempatan memasukinya. Ia memang selalu penasaran dengan bagian dalamnya. Betapa tercegangnya ia saat menyaksikan kemegahan istana bagian dalam masih melebihi luarnya. Dan sebentar lagi, ia akan menemui sang pemilik istana megah ini. Sang Kaisar Negara Ming. Seorang kasim datang menghampiri. "Tuan-tuan, silakan. Hamba akan mengantar ke Aula Utama." Perdana Menteri menepuk pundak He Xian. "Tenang sajalah, jangan gugup begitu." "Aku tidak gugup kok!" He Xian cepat-cepat menukas. Padahal hatinya berkata sebaliknya. Mereka mengikuti si kasim penunjuk jalan membawa ke aula di mana para pembesar lainnya telah berada. Tiba di sana, He Xian lebih keder lagi. Bukan karena ia mendapatkan para pembesar kerajaan - yang padahal selama ini

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-20
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 6

    Mereka telah sampai ke taman Istana Belakang yang sangat luas. Jenderal Wei membacakan titah Kaisar Han yang menentukan akan dibawa ke mana mereka, dan nasib apa yang akan menimpa mereka selanjutnya. Begitu dekrit dibacakan sampai Puteri Yan Xu, Ibu Suri kontan menjerit. "Puteri Ming Yan Xu, akan diangkat menjadi selir Perdana Menteri Kang." "TIDAK!!!" Ibu Suri meraung histeris, ia kini sibuk menyembah-nyembah. "Ampunilah Puteriku, dia baru lima belas tahun! Kalian boleh membunuhku, tapi jangan ambil puteriku!..." Jenderal Wei tidak mempedulikannya, "Mengenai Perdana Menteri Zhan..." Ibu Suri kini merangkak sampai tepat di bawah lutut Jenderal Wei, "Tuan Kami mohon kemurahan hati kalian, kami mohon..." "Diam kau, nenek tua! Bukan kau yang berkuasa lagi di sini!" Jenderal Wei menendang Ibu Suri, menyebabkan ia

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-20
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 7

    "Apa katamu?! Bisa-bisanya kalian malah membunuhnya!" Ming Shi tampak amat murka, Jenderal Wei yang ketakutan cepat-cepat berlutut meminta pengampunan, "Beribu maaf saya haturkan atas kesalahan saya, Yang Mulia, namun ini bukanlah hal yang kami sengajai. Semua ini terjadi karena kekacauan yang ditimbulkan seorang pemuda..." "Lantas, apa hanya karena seorang pemuda kalian jadi boleh melanggar perintahku seenaknya?! Kau tahu, bagitu inginnya aku bertemu dengan Perdana Menteri Zhan. Ia adalah Perdana Menteri legendaris, dengan adanya dia di sini akan sangat membantu kemajuan negeri kita!" "Saya sangat menyesal..." "Menyesal saja tidak cukup untuk menebus kesalahanmu. Satu-satunya yang bisa menebusnya hanyalah dengan nyawamu!" "Saya..." Tapi belum sempat Jenderal Wei melanjutkan kalimatnya, Sekretaris Li tiba-tiba maju dan berlut

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-20
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 8

    "Yang Mulia, kami telah membawa Sun He Xian kemari." He Xian kini telah sampai ke ruang pribadi di mana Kaisar Han berada. Dengan pandang penuh kebencian ia mengarahkan tatapannya ke sang Kaisar. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan sang Kaisar sangat bertolak belakang dengan bayangannya tentang kaisar kejam dan mengerikan yang sangar; pemuda ini sangat tampan rupawan, mimik wajahnya pula amat ramah, dan saat ia membuka mulut berbicara, suaranya terdengar sangat lembut. "Selamat datang di istana kami, Tuan Sun, dan mohon maafkan kami bila Anda diperlakukan sangat buruk. Terjadi kesalahpahaman karena Anda dulunya adalah pejabat negeri Ming. Namun Anda boleh yakin kami tidak akan mengulangi kesalahan yang sama." He Xian menangkap sekilas kilatan aneh dalam bola mata sang Kaisar. "Kaisar Han, saya adalah pejabat musuh. Membiarkan saya hidup hanya akan me

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-20
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 9

    Setelah berpikir semalaman, He Xian siap melaporkan keputusannya pada Ming Shi. “Saya berterima kasih atas penghargaan Yang Mulia terhadap saya. Saya bersedia menjabat Menteri Teras Kiri... ” Pemuda itu berhenti sejenak. “... namun dengan satu syarat.” Aula langsung gaduh. Beberapa pejabat memprotes keras He Xian yang mereka anggap sudah kelewatan. Ming Shi mengangkat tangan, membuat mereka terdiam. “Silakan Tuan Sun katakan apa syarat Anda. Aku akan mempertimbangkan.” “Saya minta Yang Mulia tidak menghukum mati mantan junjungan saya, Kaisar Ming, serta kolega-kolega pejabat Ming.” Aula kembali gaduh, lebih dari pada sebelumnya. Ming Shi terdiam sejenak. “Baiklah,” katanya akhirnya. “Toh, pada dasarnya aku memang tidak berniat menghukum mati mereka. Sekarang juga aku akan menyuruh pengadilan

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-20

Bab terbaru

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 96

    “Run... Xiang...” Ming Shi bergumam lemah. “Juga... Yan Xu... kurasa aku tak akan bisa bertahan di dunia ini lebih lama...” “Kakanda! Jangan berkata seperti itu! Tabib akan dapat menyembuhkan luka Anda!...” Yan Xu menjerit histeris, sementara He Xian dan Sekretaris Li memandang Ming Shi dengan lesu. Luka di tubuhnya sudah terlalu parah untuk dapat disembuhkan. Nyawanya tak mungkin diselamatkan. “Percuma saja Yan Xu...”M ing Shi menatap Yan Xu lekat-lekat. “Aku hanya menyesalkan satu hal, mengapa aku tidak diperbolehkan berada di dunia ini lebih lama. Aku masih belum sempat membahagiakan permaisuri yang aku cintai...” Yan Xu tergugu. Selama ini tidak pernah ia mendengar Ming Shi mengatakan bahwa pria itu mencintainya. Jangankan itu, pria itu bahkan tidak pernah memujinya cantik seperti yang lumrah dilakukan seorang pria terhadap kekasihnya. Mendadak, ia merasa limbung luar bi

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 95

    Putri Chang menyentak sinar setar, begitu keras dan mengejutkan hingga membangkitkan suatu sengatan yang secepat kilat menstimulasi otak He Xian. Senyum sang putri mengembang. Ia telah berhasil memengaruhi He Xian sepenuhnya, dan pemuda itu akan mengangkat pedangnya untuk selanjutnya menyerang Ming Shi. “Kalian salah. Hatiku tidak lagi menyimpan kebencian dan dendam terhadap Kaisar Han. Dan itu jauh lebih baik. Dendam bagaikan kumpulan api yang panas membakar, belum tentu kalian berhasil meluapkannya, namun kobaran api tersebut sudah pasti melukai diri kalian sendiri. Dengan membuang kobaran api tersebut, aku menghentikan melukai diriku sendiri.” He Xian berkata bijaksana. “Aku tahu Tuhan menciptakan aku ke dunia ini bukan untuk mewujudkan misi negatif. Melainkan untuk mewujudkan sebuah misi positif dengan mengalahkan rintangan berupa hasrat negatif. Begitu juga dengan kalian. Singkirkanlah semua kebencian kalian, dan

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 94

    Mangkuk tersebut kini berada dekat sekali dengan tangan Ming Shi. Si wanita menyentak halus, dan Ming Shi mulai mengangkat mangkuk itu, siap meminumnya. TSRATTT! Lontaran panah secepat kilat menjatuhkan mangkuk beracun tersebut. Si wanita berbalik, siap membuat perhitungan pada orang yang berani mengacaukan pekerjaannya yang nyaris rampung itu. “Siapa kau?!” Ia berseru marah. Di saat bersamaan Ming Shi juga tersadar sepenuhnya dari hipnotis si wanita. “Sun He Xian dan Run Xiang?!” serunya. “Juga... Yan Xu! Bagaimana kalian bisa ada di sini?!” He Xian dan Sekretaris Li menghaturkan hormat, “Berkat Yang Mulia Permaisuri, Yang Mulia, beliaulah yang mendapatkan firasat Anda tengah mengalami bahaya. Dan syukurlah, rupanya kami datang tepat pada waktunya. Anda nyaris saja membunuh diri Anda sendiri!” &

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 93

    Mereka telah merencanakan akan mengadakan di bawah pohon willow raksasa ini. Dua orang telah berdiri di sana, menunggu dengan tak sabar orang ketiga yang tak kunjung datang. “Mengapa ia lama sekali datang?” si wanita berseru tak sabar. “Apa dia lupa kalau hari ini kita akan mengadakan pertemuan di sini?” Si pria menenangkan. “Tidak mungkin, Putri. Dia pastilah sedang sibuk, bagaimanapun dia adalah kepala kasim di istana ini.” “Huh, dia baru seorang kasim, sedangkan kau Menantu Raja!” “Aku bukanlah Menantu Raja dengan gelar resmi, Putri... Pernikahan kita hanya beratapkan sinar rembulan di dalam hutan...” “Bagaimanapun juga kau menikah denganku yang merupakan seorang putri!” ujar si wanita berapi-api. “Kau tidak seharusnya merendahkan diri seperti itu, ap

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 92

    Mulanya Yan Xu bingung melihat jumlah pengawal Istana Barat bertambah dua kali lipat, pula mendapati He Xian dan San Jin kini ganti mengiringinya ke mana-mana. Ming Shi sendiri pun selalu datang menemaninya tepat setelah pria itu menyelesaikan tugasnya di istana. “Apa kalian mau mengatakan si pembunuh kini ganti mengincarku?” tanyanya pada He Xian, yang menjawab, “Kami tidak tahu, Yang Mulia. Tetapi para selir telah mendapatkan pengawalan yang aman, sementara Anda tidak sama sekali, padahal Anda adalah permaisuri.” Yan Xu melengos. “Aku tidak apa-apa, kalian sama sekali tidak perlu mengkhawatirkanku. Apa kau tak tahu Tuan Sun, aku kan pernah membunuh Khan Khanate! Jadi si pelaku tentunya bukan tandinganku!” Ia berseloroh. “Ohya, tentu saja kau tak tahu. Kau kan tengah menuju negeri Qi saat itu.” Walaupun Yan Xu mencoba bergu

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 91

    Secara tak terduga Min-Hwa melintas di hadapan mereka. He Xian terpana. Min-Hwa kini nampak sangat feminim dan gemulai, dan jauh lebih cantik, dengan sorot matanya yang sendu dan sayu. Gadis itu sendiri juga melihat He Xian. Mulutnya pun membuka, “He Xian!...” Min-Hwa tak sempat melanjutkan kata-katanya; Ming Shi telah menotok jalur energi pada gadis itu. Ia segera terkulai lemas sementara pria itu segera merengkuhnya, sangat mesra. “Kaulihat, Sun He Xian. Aku sangat mencintai selirku, termasuk dia yang dulu pernah melawanku,” Ia berujar, jari-jari tangannya kini sibuk membelai-belai wajah Min-Hwa. “Bukankah dia merupakan rekan sejawatmu yang terbaik? Dia selalu membantumu dan menyertaimu, benar kan? Sekarang, ia bersedia menyerahkan dirinya menjadi milikku. Tidakkah kau membencinya? Tidakkah kau membenciku, yang telah merenggut orang yang kausayangi darimu?” Ming Shi menata

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 90

    Mau tak mau He Xian merasa heran juga. Sama sekali tidak melintas gejolak kemarahan dalam benaknya saat bertatap muka dengan Ming Shi tadi. Seakan semua dendam dan kemarahannya telah menguap habis tanpa sisa sedikitpun. Bagaimanapun, cerita Li Sha mengenai masa lalu Ming Shi memang telah mengubah total pandangannya akan sang kaisar, pula kehidupannya di Qi selama dua tahun ditambah pengalamannya membantu sesama semakin menguatkan tekadnya. Bahwa apa yang mampu membuatnya bahagia bukanlah menang atas musuhnya dan membalaskan dendamnya, atau mewujudkan keinginannya yang berdasar nafsu duniawi semata. Bahwa jika kita dapat melakukan panggilan terpendam hati kita, serta membuat orang di sekitar kita merasa bahagia, itu semualah yang akan memberikan kita kebahagiaan yang sesungguhnya. Karena landasan pikiran itulah mungkin, maka He Xian sama sekali tidak merasa marah ataupun dendam saat berhadapan dengan Ming Shi. Malah, raut kegelisahan san

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 89

    He Xian sangat terkejut saat mendapati para utusan Han mendatangi pemondokan tempat ia tengah berceramah. Walaupun ia telah menyiapkan batin dari jauh hari sebelumnya, ternyata tetap saja ia masih menyimpan trauma dan ketakutan saat menghadapi mereka. Bahkan kakinya nyaris berderap melarikan diri ketika batinnya mencelos, Bukankah misi utamaku adalah mengubah pola pikir Kaisar Han? Sekarang pihak istana mencariku, ini menandakan aku punya kesempatan untuk mewujudkan misiku. Maka iapun tetap berdiri di tempatnya, dengan tenang menyambut mereka semua. “Selamat datang Tuan-Tuan sekalian, ada yang bisa saya lakukan untuk Anda?” Di pihak lain, Sekretaris Li tidak kalah terkejut. Ternyata Sang Guru Besar adalah Sun He Xian. Sang sekretaris negara merutuk dalam hati. Kalau begini, keadaannya bisa menyulitkan. Dan ia apatis Ming Shi mau menerima si pemuda jangan-jangan malah sang kaisar aka

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 88

    Diawali dengan kematian salah seorang selir di harem paling terkucil. Para pelayan menemukan mayat gadis itu mengapung di atas kolam teratai taman istana pada pagi hari. Menurut pemeriksaan, selir tersebut mati atas dasar kemauannya sendiri - ia menggores pembuluh nadi besar di pergelangan tangannya sebelum menjatuhkan dirinya ke dalam kolam. Pisau pembunuh ditemukan di tepi kolam. Dan segalanya terjadi begitu cepat. Dalam seminggu tiba-tiba saja telah ada tiga selir lain yang bunuh diri, dan jumlah kematian para selir itu meningkat di minggu berikutnya. Kini, telah ada lebih dari selusin selir yang mati bunuh diri sementara alasan di balik tindakan mereka masih belum tersingkap. “Yang mengherankan, jika mereka bunuh diri atas kehendak sendiri, seharusnya gelagat nereka telah terlihat pada hari-hari sebelumnya. Akan tetapi, tidak terlihat sama sekali kesedihan dalam raut wajah mereka. Bahkan menurut para

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status