Kembali ke dapur Tante Jasmine,Keduanya pun lalu bahu-membahu mulai mengolah adonan cake enak itu.Awalnya Agnes mengolesi dua buah loyang dengan margarin. Kemudian mengalasi dasarnya dengan kertas roti, yang juga telah diolesi margarin.Tante Jasmine memanaskan oven pada suhu seratus delapan puluh derajat celsius. Kemudian sang tante mengayak tepung terigu, baking powder, dan cokelat bubuk, lalu disisihkan.Agnes lalu mengocok mentega, gula pasir, dan brown sugar hingga mengembang dan kental. Setelah itu dia juga menambahkan kopi bubuk, lalu diaduk dengan spatula hingga tercampur. Sementara Tante Jasmine membantu Agnes dengan memasukkan telur satu per satu, sampai tercampur rata. Tante Jasmine juga memasukkan campuran tepung, sedikit demi sedikit secara bergantian dengan buttermilk, lalu esens vanili. Sambil diaduk oleh Agnes secara perlahan hingga rata.Setelah semua bahan-bahan pembuatan cake telah tercampur rata. Agnes pun menuangkan adonan tadi ke dalam dua loyang.Tante Jasmi
Setelah berhasil memotong-motong cake itu. Agnes pun mengambil satu potong cake lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.Agnes sangat asyik mencicipi cake coklat itu, yang membuat bibirnya mulai belepotan coklat. Edward tidak suka melihat bibir sang gadis yang sedikit dipenuhi coklat dari setiap sisinya."Hei! Kenapa dia tidak hati-hati memakan cake itu?" gumam Edward dalam hatinya.Dengan sigap Edward pun melangkah menuju ke arah gadis itu. Agnes yang sedang mencicipi cake sepertinya menyadari jika ada seseorang yang akan mendekatinya. Dia pikir itu adalah langkah Tante Jasmine. Agnes pun segera menoleh ke arah bayangan yang terus saja mendekatinya. Alangkah terkejutnya Agnes saat melihat sosok seorang pria bermata coklat yang selalu mampir dalam mimpi-mimpinya selama ini, tepat berada di depannya dan sedang berjalan mendekatinya sekarang."Ka ... kamu, siapa?" serunya kepada pria itu.Agnes mulai berjalan mundur karena sang pria terus saja ingin mendekatinya. Tatapan pria itu sangat t
Dengan cepat dan tanpa ragu-ragu, Agnes mulai mengigit bibir pria itu tanpa ampun. Dia melakukan itu karena ingin segera menyudahi kegiatan Edward yang mencium bibirnya tanpa permisi."Kamu!" seru Edward sambil menatap tajam ke arah gadis itu."Kamu kenapa menggigit bibirku?" ucapnya sambil meringis menahan sakit. Ternyata Agnes sangat kuat menggigit bibirnya.Agnes diam namun dia menatap ke arah Edward tak kalah tajam. Dirinya tak habis pikir kenapa bisa Edward yang marah. Padahal pria itu yang mencium bibirnya dengan sembarangan. Lalu dengan segera dia pun berkata,"Tuan, kenapa jadi Anda yang marah?" ucapnya kesal."Yaiyalah! Kan kamu yang menggigit bibirku dan aku merasa kesakitan! Banget!" seru Edward tak mau kalah.Agnes semakin kaget dengan kalimat yang meluncur begitu saja dari bibir pria itu. Dia masih tak habis pikir dengan tingkah pria di depannya saat ini."Tuan, memangnya tadi Anda sudah minta permisi kepada saya? Anda mencium bibir saya dengan sembarangan! Asal Anda tahu
"Edward, kamu jangan bercanda begitu! Kamu mau bikin Bunda jantungan?" sergah Tante Jasmine yang masih berpikir jika putra bungsunya hanya sekedar mengucapkan kata-kata gurauan semata.Walaupun dalam hatinya, Tante Jasmine sangat senang, akhirnya Edward setuju dijodohkan dengan Agnes. Akan tetapi sang bunda masih ingin memastikan apakah putranya bersungguh-sungguh dengan ucapannya atau hanya sekedar omong kosong belaka. Karena saat ini, Tante Jasmine merasakan syok bercampur bahagia. Apalagi Edward dengan beraninya telah menyematkan cincin peninggalan sang oma di jari manis Agnes, sebagai pertanda kesungguhan hatinya.Tante Jasmine sangat yakin, jika Edward bukan hanya sekedar bermain saat ini. Bahkan cincin peninggalan sang oma menjadi taruhan cintanya kali ini."Apaan sih, Bunda? Kok malah jantungan? Coba lihat ini." Edward lalu mengangkat satu tangan Agnes yang telah tersemat cincin pemberian Oma di jari manisnya ke udara, agar sang ibu dapat melihat bukti kesungguhan hatinya kepa
"Edward! Tanganmu!" bisik Agnes pelan, namun dirinya menatap tajam ke arah pria itu.Akan tetapi Edward tidak peduli dengan sorot mata Agnes yang memprotes tindakannya. Semakin Agnes ingin melepas tangannya, Edward malah dengan kuat menahan tangan gadis itu, agar tak mudah lepas darinya."Kamu! Berani melawanku?" ketus Edward kepada sang gadis."Kalau iya, kenapa?" jawab Agnes tegas."Waduh ... kalian berdua kok malah berdebat begitu? Ed ... lepaskan tangan Agnes! Kamu jangan menyakitinya begitu," tegur Bunda Jasmine."Dia yang duluan, Bunda!" tukas Edward."Apa? Aku yang duluan? Bukannya kamu yang dari tadi memegang tanganku sesuka hatimu?" ketus Agnes tak ada takutnya."Hei ... Nona Agnes jangan salahkan aku jika mulai tertarik kepadamu. Tapi salah kan dirimu sendiri kenapa sampai menghipnotisku dengan pesonamu!" "Hah? Apa?" kaget Agnes dan Bunda Jasmine bersamaan, mendengar ucapan Edward yang terasa aneh di indera pendengaran mereka."Ya ampun, Ed. Sejak kapan Agnes menjadi dukun?
Setelah perbincangan sengit terjadi, Agnes pun berpamitan kepada Tante Jasmine. "Tante, aku pamit dulu." ucap Agnes kepada Nyonya Jasmine."Baiklah, hati-hati di jalan. Kapan-kapan kamu main lagi ya, ke sini. Nanti Tante akan menghubungimu kapan kita demo memasak lagi, untuk next time.""Iya ... Tante," jawab Agnes sopan.Lalu dari arah dalam rumah terlihat Edward yang juga siap-siap akan pergi."Lho, Ed. Kamu mau ke mana?" tanya sang bunda."Aku mau mengantar Agnes pulang, Bunda," jawab sang putra santai."Lho, Ed. Bukannya Agnes bawa mobil sendiri?" tanya sang bunda bingung."Ya, nggak masalah bund, aku kan bisa mengikuti mobil Agnes dari belakang. Aku ingin memastikan jika dia sampai dengan selamat di rumahnya," seru Edward lagi."Oh begitu, rupanya?" "Iya, Bunda." ucap Edward kepada ibunya.Setelah berpamitan dengan Nyonya Jasmine keduanya pun berjalan menuju mobil yang telah terparkir. Sebelum Agnes masuk ke dalam mobil, Edward pun memulai ceramahnya dengan mewanti-wanti gadis
"Oh, jadi cincin ini pemberian Oma mu?" tanya Zemi tak percaya."I ... iya, Zem." jawab Agnes terbata."Tapi, Nes. Cincin itu seperti cincin lamaran dari seorang pria," selidik Zemi semakin curiga."Deg!" Tiba-tiba jantung Agnes berdegup sangat kencang. Gadis itu sangat takut jika sang sahabat mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Apalagi Agnes baru saja memulai kembali untuk menabung, setelah dirinya ditipu habis-habisan oleh sang mantan kekasih, Jameso. Masa dia akan kehilangan harta bendanya lebih banyak lagi gara-gara ketahuan melanggar perjanjian mereka."Sudah ah, ngapain bahas cincin dari omaku. Ngomong-ngomong wajahmu kok menjadi kusut begitu, Zem? Memangnya ada apa?" tanya Agnes penasaran."Gue lagi malas ngomong, Nes." "Lho kok begitu? Jujur saja nih ya, Zem. Gue nggak suka lihat wajah Lo cemberut begitu!" celutuk Agnes.Akhirnya karena dibujuk terus oleh Agnes, Zemi pun buka suara. Dia mulai menceritakan kegundahan hatinya karena pria misterius di aplikasi online itu.A
Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan akhirnya mereka sampai juga di apartemen. Dengan sigap Tian turun duluan dari dalam mobil, berjalan mengitari mobil lalu mulai membuka pintu mobil untuk Arlyn."Duh, ngapain sih dia ikutan turun dari mobil? Bisa ketahuan nih gue sama Agnes dan Zemi! Alamat bakalan jatuh miskin gue? Shitt! Ini nggak bisa dibiarkan!" gerutu Arlyn dari dalam hatinya."Silakan turun. Oh ya, apartemen tempat tinggal mu yang mana? Sekalian saja biar aku mengantarmu," ucap Tian menawarkan dirinya untuk mengantar Arlyn."Eh ... nggak usah, Kak. Kamu tunggu di sini saja. Aku hanya sebentar, kok." serunya sedikit panik kepada pria itu. Bahkan Arlyn sampai melirik ke kiri dan ke kanan. Takut kedua sahabatnya tiba-tiba saja bisa muncul. "Nggak apa-apa, kok. Aku ikhlas membantumu. Siapa tahu saja barang bawaanmu banyak. Pasti kamu tidak akan sanggup membawanya," seru Tian sambil melemparkan senyum termanisnya di hadapan gadis itu."Duh ... senyumnya itu, lho!" Sepe
Ketiga keluarga yang bersahabat diantaranya Keluarga Edward dan Agnes, Keluarga Tian dan Arlyn, serta keluarga Rahez dan Zemi telah merencanakan liburan ke Negara Sakura, Jepang tepatnya di Disneyland yang berada di Tokyo.Para ayah muda tersebut, saat ini sedang berkumpul di sebuah kafe untuk membicarakan rencana liburan tiga keluarga."Bro, bagaimana persiapan keluarga Lo dalam rangka rencana liburan kita ke Jepang?" tanya Rahez kepada Edward dan Tian."Keluarga gue aman, Bro. Semua barang-barang telah dipacking dengan baik sama Agnes." sahut Edward."Bagaimana dengan Lo, Tian?""Beres! Semua tinggal berangkat," sahut Tian.Mereka pun merencanakan keberangkatan ke sana, akhir minggu ini.Perjalanan udara dari Jakarta ke Jepang adalah petualangan yang menarik bagi keluarga Arlyn, Tian, Edward, Agnes, Rahez, dan Zemi beserta anak-anak mereka: Harvey, Eva, Isaac, Jacob, Josie, Fritz, dan Leticia. Mereka semua sangat bersemangat untuk menjelajahi keajaiban Disneyland, yang berada di Tok
Hari libur sekolah telah tibaRahez dan Zemi telah berjanji kepada kedua anaknya, Fritz dan Leticia akan membawa mereka ke Taman Safari yang terletak di daerah Puncak Bogor."Fritz, Leticia. Kita berangkat sekarang ke Taman Safari," tutur Papa Rahez kepada kedua anaknya."Hore! Aku sudah nggak sabar, Pa!" Leticia bersorak kegirangan sudah tidak sabar untuk segera sampai di sana."Ayo, Pa! Tunggu apalagi. Kita berangkat sekarang saja. Selagi masih pagi. Ntar semakin siang akan semakin macet." Fritz ikut mengingatkan sang ayah agar segera melajukan mobil.Mama mana? Kok nggak kelihatan?" tanya Papa Rahez kepada kedua anaknya.Lalu dari arah dalam rumah Mama Zemi terlihat sedang melangkah menuju ke tempat mobil berada."Mama, buruan! Nanti kita bisa kena macet!" teriak Leticia kepada sang ibu."Iya, Sayang. Mama memang akan masuk ke dalam mobil." ucap Zemi lalu masuk ke dalam mobil, dan mulai bergabung dengan anggota keluarga lainnya."Baik ... karena semua sudah lengkap. Kita berangkat
Hari ini Harvey dan Eva menerima raport dari sekolah. Mereka sungguh senang karena keduanya mendapatkan nilai yang bagus.Sang ayah pernah berkata jika mereka mendapatkan nilai bagus saat pembagian raport, Papi Tian dan Mami Arlyn akan membawa mereka untuk berjalan-jalan ke Ancol."Harvey, Eva .... Seperti janji Papi jika nilai kalian bagus, Papi akan membawa kalian untuk jalan-jalan ke Ancol. Jadi kita besok ya, kita ke sana." ucapnya kepada kedua putra-putri nya."Hore!" teriak Harvey."Asyik! Jalan-jalan ke Ancol!" Eva juga turut senang saat ini. "Ya sudah, anak-anak. Ayo kalian mandi dulu. Hari sudah sore," tutur Arlyn kepada kedua anaknya."Beres, Mami!" sahut keduanya.Keluarga Arlyn dan Tian sangat bersemangat ketika mereka memutuskan untuk menghabiskan hari istimewa di Sea World Ancol dan Dufan Ancol bersama kedua anak mereka, Harvey dan Eva. Hari itu pastinya akan dipenuhi dengan kebahagiaan dan petualangan yang tak terlupakan.Mereka tiba di Sea World Ancol di pagi cerah
Liburan sekolah telah tiba, Edward dan Agnes pun menghadiahi ketiga anak-anaknya untuk menghabiskan waktu liburan mereka di Pulau Komodo."Daddy! Jadi benar kita akan ke sana?" tanya Isaac tak percaya."So pasti, dong! Kan Daddy sama Mommy sudah janji kepada kalian,"serunya menjawab perkataan anak sulungnya."Dad, di sana kami bisa berenang dan snorkeling?" Kali ini Jacob, si putra kedua yang bertanya."Tentu saja boleh, Jacob. Asalkan kalian melakukan kegiatan di laut atas izin dari Daddy dan Mommy," jawab Edward kepada anak laki-lakinya yang ke dua."Hore .... Aku sudah tidak sabar ingin segera sampai ke sana, Dad!" Si bungsu Josie juga ikut antusias."Ya sudah, kalau begitu kalian bantu Mommy untuk packing," ujar Agnes kepada ketiga anaknya."Siap, Mommy!" jawab ketiganya serentak.Persiapan keluarga Agnes dan Edward untuk perjalanan dari Jakarta ke Pulau Komodo adalah momen yang penuh antusiasme bagi keluarganya.Dengan tiga anak mereka yang bersemangat, Isaac, Jacob, dan Josie, y
Saat siang hari, di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta Selatan,Rahez terlihat sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, dengan perasaannya yang campur aduk. Dia merasa cemas dan khawatir, akan tetapi juga penuh antusiasme. Sejak beberapa menit yang lalu, Zemi, istrinya telah dibawa ke ruang operasi untuk menjalani prosedur operasi caesar. Mereka akan segera menjadi orangtua untuk pertama kalinya.Saat Rahez sedang menunggu istrinya. Seketika dia mengingat momen-momen indah yang mereka telah lewati bersama selama perjalanan panjang menuju kehamilan ini.Keduanya telah bersiap dan merencanakan semuanya dengan cermat. Mereka ingin memastikan bahwa kelahiran Baby Fritz, berlangsung dengan aman dan baik.Di sisi lain, Rahez merasa sedikit cemas. Operasi caesar adalah tindakan medis yang serius, dan meskipun risiko adalah bagian dari setiap prosedur medis, dia ingin Zemi dan bayi mereka dalam keadaan sehat.Sang pria tak luput untuk berdoa agar semuanya berjalan lancar dan tanpa komplik
Di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta.Tiano Pisceso, suami dari Arlyn Virgolin. Terlihat sangat tegang saat ini. Pasalnya sang istri sedang berjuang di atas meja operasi untuk melahirkan bayi pertama mereka yang sesuai prediksi dokter, bayi dalam kandungan Arlyn itu berjenis kelamin laki-laki.Tian sengaja menunggu di luar karena pria itu tidak sanggup melihat istrinya disayat-sayat perutnya oleh alat-alat kedokteran. Tak berapa lama setelah itu, seorang dokter kandungan ke luar dari ruang operasi. Seraya berkata,"Tuan Tiano Pisceso.""Iya ... saya, dok." jawabnya dengan wajah tenang.Sang dokter segera mengulurkan tangannya kepada Tian dan mengucapkan selamat kepadanya,"Selamat, Tuan Muda. Bayi Anda terlahir sehat dan semua anggota tubuhnya juga lengkap," ucap sang dokter dengan mengulas senyum kepadanya."Keadaan istri saya bagaimana, dok? Apakah Arlyn baik-baik saja? Bisakah saya menemuinya? Saya sangat ingin melihatnya dokter. Terus terang saya sangat khawatir dengan keadaa
Hari ini adalah jadwal Agnes untuk melahirkan anak pertamanya bersama Edward. Sesuai kesepakatan bersama, sang istri akan menjalani operasi caesar.Tak tanggung-tanggung, Edward menyewa satu lantai rumah sakit, untuk menyambut kelahiran putra pertamanya.Para keluarga besar mereka juga turut hadir menunggu Agnes ke luar dari kamar operasi. Edward ikut masuk ke dalam ruang operasi untuk mendampingi istrinya.Agnes dan Edward telah sepakat memberi nama anak laki-laki pertama mereka dengan nama Isaac Connor Award.Tak lupa pemuda itu mengabadikan kelahiran Baby Isaac melalu rekaman video. Edward dari tadi sangat fokus untuk mengabadikan momen mendebarkan itu.Karena perkembangan zaman yang semakin canggih, kurang dari setengah jam Baby Isaac terlahir di dunia.Wajahnya kemerah-merahan, dengan hidung mancung dan rahang yang sangat kokoh seperti ayahnya. Sepertinya delapan puluh persen wajah Baby Isaac mendominasi wajah Edward.Agnes menangis terharu melihat bayi yang berada di dalam rahim
Ternyata para pria mesum itu, berhasil membuat istri mereka hamil yang berjarak beberapa minggu saja. Sepertinya istri-istri mereka akan melahirkan secara berdekatan.Sangat kebetulan juga, para istri saat ini sedang mengandung bayi laki-laki. Ternyata oh ternyata, pria-pria mesum itu memiliki bibit unggul yang sangat bagus sehingga dapat membuat istri-istri mereka hamil dengan berjenis kelamin laki-laki.Namun karena ketakutan mereka jika para istri kesakitan saat melahirkan. Baik Edward, Rahez, dan Tian pun memutuskan agar istri-istri mereka melahirkan secara operasi caesar.Walaupun sebenarnya para istri ingin melahirkan normal. Akan tetapi mereka tidak kuasa untuk menolak permintaan para suami yang suka memaksakan kehendak mereka itu."Baby, hati-hati jalannya!" ucap Edward kepada Agnes."Honey, pelan ya kamu jalannya!" Tian juga ikut khawatir dengan Arlyn."Sayang, satu-satu langkahnya!" Rahez ternyata juga mewanti-wanti Zemi.Sementara ketiga istri mereka terlihat saling pandang
"Andra! Anda belum rapi memangkas tanaman yang itu! Jangan sampai Pak Bos Rahez memecat Anda!" perintah Asisten Frans yang sedang mengawasi pemuda itu untuk membersihkan taman di depan kantor."Tolong, saya jangan dipecat Asisten Frans. Saya akan menata ulang taman ini agar lebih indah lagi.""Buruan kamu kerjakan!""I ... iya, saya akan melakukannya lagi." seru Andra sambil mulai mengerjakannya lagi."Asal Anda, tahu. Taman ini adalah salah satu spot kesukaan istri dari Bos Rahez. Jadi Anda harus mengerjakannya dengan baik. Bahan-bahan juga sudah lengkap. Anda tinggal menatanya kembali. Kalau Anda memang tidak mampu. Jujur saja! Bos Rahez bisa memperkerjakan orang lain yang lebih kompeten di bidangnya!" Asisten Frans lagi-lagi menakut-nakuti Andra."Jangan diganti orang lain, Asisten Frans. Saya akan melakukannya sendiri." sahut Andra.Sudah dua minggu lamanya dia bekerja sebagai tukang kebun di sebuah perusahaan besar itu. Andra terpaksa menerima pekerjaan ini karena bayarannya yang