Setelah perbincangan sengit terjadi, Agnes pun berpamitan kepada Tante Jasmine. "Tante, aku pamit dulu." ucap Agnes kepada Nyonya Jasmine."Baiklah, hati-hati di jalan. Kapan-kapan kamu main lagi ya, ke sini. Nanti Tante akan menghubungimu kapan kita demo memasak lagi, untuk next time.""Iya ... Tante," jawab Agnes sopan.Lalu dari arah dalam rumah terlihat Edward yang juga siap-siap akan pergi."Lho, Ed. Kamu mau ke mana?" tanya sang bunda."Aku mau mengantar Agnes pulang, Bunda," jawab sang putra santai."Lho, Ed. Bukannya Agnes bawa mobil sendiri?" tanya sang bunda bingung."Ya, nggak masalah bund, aku kan bisa mengikuti mobil Agnes dari belakang. Aku ingin memastikan jika dia sampai dengan selamat di rumahnya," seru Edward lagi."Oh begitu, rupanya?" "Iya, Bunda." ucap Edward kepada ibunya.Setelah berpamitan dengan Nyonya Jasmine keduanya pun berjalan menuju mobil yang telah terparkir. Sebelum Agnes masuk ke dalam mobil, Edward pun memulai ceramahnya dengan mewanti-wanti gadis
"Oh, jadi cincin ini pemberian Oma mu?" tanya Zemi tak percaya."I ... iya, Zem." jawab Agnes terbata."Tapi, Nes. Cincin itu seperti cincin lamaran dari seorang pria," selidik Zemi semakin curiga."Deg!" Tiba-tiba jantung Agnes berdegup sangat kencang. Gadis itu sangat takut jika sang sahabat mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Apalagi Agnes baru saja memulai kembali untuk menabung, setelah dirinya ditipu habis-habisan oleh sang mantan kekasih, Jameso. Masa dia akan kehilangan harta bendanya lebih banyak lagi gara-gara ketahuan melanggar perjanjian mereka."Sudah ah, ngapain bahas cincin dari omaku. Ngomong-ngomong wajahmu kok menjadi kusut begitu, Zem? Memangnya ada apa?" tanya Agnes penasaran."Gue lagi malas ngomong, Nes." "Lho kok begitu? Jujur saja nih ya, Zem. Gue nggak suka lihat wajah Lo cemberut begitu!" celutuk Agnes.Akhirnya karena dibujuk terus oleh Agnes, Zemi pun buka suara. Dia mulai menceritakan kegundahan hatinya karena pria misterius di aplikasi online itu.A
Setelah menempuh beberapa saat dalam perjalanan akhirnya mereka sampai juga di apartemen. Dengan sigap Tian turun duluan dari dalam mobil, berjalan mengitari mobil lalu mulai membuka pintu mobil untuk Arlyn."Duh, ngapain sih dia ikutan turun dari mobil? Bisa ketahuan nih gue sama Agnes dan Zemi! Alamat bakalan jatuh miskin gue? Shitt! Ini nggak bisa dibiarkan!" gerutu Arlyn dari dalam hatinya."Silakan turun. Oh ya, apartemen tempat tinggal mu yang mana? Sekalian saja biar aku mengantarmu," ucap Tian menawarkan dirinya untuk mengantar Arlyn."Eh ... nggak usah, Kak. Kamu tunggu di sini saja. Aku hanya sebentar, kok." serunya sedikit panik kepada pria itu. Bahkan Arlyn sampai melirik ke kiri dan ke kanan. Takut kedua sahabatnya tiba-tiba saja bisa muncul. "Nggak apa-apa, kok. Aku ikhlas membantumu. Siapa tahu saja barang bawaanmu banyak. Pasti kamu tidak akan sanggup membawanya," seru Tian sambil melemparkan senyum termanisnya di hadapan gadis itu."Duh ... senyumnya itu, lho!" Sepe
Setelah menempuh hampir beberapa jam dalam perjalanan, keduanya pun berhenti di rest area Cileunyi. Tian segera memarkirkan mobil dengan sempurna.Dia segera membangunkan Arlyn yang dari tadi tertidur selama dalam perjalanan."Ya ampun, Kak. Maaf, aku ketiduran," ucap Arlyn menyesal."Ya nggak apa-apa, kok. Mungkin kamu sedang dalam keadaan lelah," serunya kepada gadis itu."Duh ... pengertian banget sih, dia? Bagaimana aku tidak semakin terpesona dengannya?" gumamnya dalam hati.Namun suara hatinya yang lain berkata,"Tidak! Kamu jangan tergoda dengan daya tarik pria itu! Ingat tujuan utamamu Arlyn! Kamu harus fokus membangun kariermu!" Kebingungan melandanya saat ini. Sepertinya perasannya yang menghangat kepada pria itu, mampu menggoyahkan benteng logika yang telah dirinya bangun sejauh ini.Bahkan disaat Tian mengulurkan tangannya sewaktu Arlyn hendak turun dari mobil, gadis itu tak kuasa menolaknya. "Tanganmu kok sangat dingin?" seru Tian yang merasakan jika tangan Arlyn sanga
Alangkah sungguh kagetnya seorang Tiano Pisceso diperlakukan dengan kekerasaan seperti itu. Niat baiknya dan sang ibu yang ingin mengantarkan Arlyn ke rumah sang oma malah berbuntut, dirinya hendak digebukkin saat ini.Tian bukan tidak bisa beladiri. Dia seorang pemegang sabuk hitam pada cabang olahraga taekwondo. Akan tetapi pria itu mencoba membaca situasi kenapa dia ingin dihajar oleh kakaknya Arlyn.Seketika teras rumah Arlyn dipenuhi beberapa orang. Dari arah dalam rumah mulai bermunculan kedua orang tuanya, sang sepupu dan juga Oma Nur yang dikabarkan sedang sakit keras juga ikut menghampiri mereka.Dari kejauhan Tuan Darmawan Wijaya, ayah kandung Arlyn dapat melihat jika putra sulungnya Adrian Wijaya sedang menggertak seorang pria tinggi, tegap dan berwajah setengah bule.Adrian ingin menghajar orang itu namun sang ayah segera berkata dengan keras."Adrian, stop! Dia bukan Anand! Kamu salah orang!" hardik sang ayah."Hah?" kaget Arlyn."Jadi dia bukan Anand, Pa?" tutur Adrian.
Setelah kamar tamu selesai dibereskan oleh Arlyn, dia pun segera ke luar dari kamar dan mengabari kepada sang ibu jika dirinya telah selesai melakukan semuanya."Nak Tian, bagaimana jika kita lanjutkan besok berbincangnya? Hari juga sudah larut malam," tutur Papa Darmawan."Siap, Om." jawab Tian sopan. Dibantu oleh Adrian, Tian pun segera melangkah menuju ke kamar tamu. Sekilas, pemuda itu melirik ke arah Arlyn, mengisyaratkan jika dia akan pamit untuk tidur kepada gadis itu.Sesampai di depan kamar, Adrian pun berkata."Ini kamar untuk Anda, Bro. Ingat saya akan terus memperhatikan Anda! Awas saja jika Anda berani menyakitinya seperti mantan kekasihnya dulu!" ketus Adrian."Terima kasih, Bro. Tapi Anda juga harus ingat, saya Tiano Pisceso. Bukan mantan kekasihnya. Niat saya tulus kepada Arlyn. Selamat malam," serunya lalu masuk ke dalam kamar tamu.Tian menjawab kalimat dari Adrian tak kalah tegasnya. Karena dia memang sungguh-sungguh kepada gadis itu.Di ruang keluarga,"Ma, tahu n
"Bakwannya dari aku, Kak Arlyn." Tania terus saja menitikkan air matanya."Nggak usah lebay begitu kamu, Tania. Makanya lain kali jangan sembarangan menawarkan makanan kepada Kak Tian. Tanyakan dulu dia punya alergi atau tidak!" tegasnya.Pagi itu Arlyn memarahi sepupunya karena membuat pemuda yang diam-diam mulai dirinya sukai, malah menjadi kesusahan karena alergi."Maaf, Kak. Lain kali aku tidak begitu lagi," ucap Tania sambil menunduk."Sudah, Lyn. Kamu jangan terus memarahi Tania. Kan dia sudah mengaku salah," tutur sang ibu kepada putrinya."Iya, Ma. Tania kalau tidak dibilangin dengan benar, nggak bakalan mau nurut." Arlyn masih saja ngomel-ngomel kepada sepupunya.Padahal sebelum-sebelumnya, kedua gadis cantik itu sangatlah akrab. Tapi kali ini, ternyata tidak. Aura persaingan diantara keduanya sangat kelihatan. Demi untuk mencari perhatian seorang pria blasteran yang memiliki senyum yang mampu menawan hati sejuta umat perempuan, yang di muka bumi ini.Lalu tiba-tiba Mama Dewi
Setelah pelukan itu, keduanya menjadi canggung. Bahkan saat pulang pun, baik Tian maupun Arlyn sama-sama berdiam diri. Di atas motor yang sedang melaju ke rumah Oma Nur. Tian mulai berpikir,"Ini tidak bisa dibiarkan. Kenapa kami malah saling diam-diaman, ya?" gumamnya dalam hati. Lalu Tian pun berkata,"Arlyn, bagaimana kalau nanti sore kita jalan-jalan ke pantai? Aku sudah lama ingin bermain di pantai. Kamu tahu di jakarta pantai yang terdekat hanyalah Ancol," tutur Tian kepada gadis itu. "Boleh deh, Kak." ucap Arlyn singkat tapi malu-malu. Namun dalam hatinya, dia merasa senang dapat menghabiskan waktu selama liburan di Pangandaran bersama lelaki yang telah mampu mencuri hatinya.Keduanya pun sampai di rumah Oma Nur. Arlyn segera masuk ke dapur untuk membantu Mama Dewi memasak. Sementara Tian terlihat sedang bermain catur dengan Papa Darmawan.Gelak tawa keduanya terdengar sampai di dapur. Papa Darmawan yang tergolong sangat kaku kepada orang lain. Namun dengan Tian, Beliau sang
Ketiga keluarga yang bersahabat diantaranya Keluarga Edward dan Agnes, Keluarga Tian dan Arlyn, serta keluarga Rahez dan Zemi telah merencanakan liburan ke Negara Sakura, Jepang tepatnya di Disneyland yang berada di Tokyo.Para ayah muda tersebut, saat ini sedang berkumpul di sebuah kafe untuk membicarakan rencana liburan tiga keluarga."Bro, bagaimana persiapan keluarga Lo dalam rangka rencana liburan kita ke Jepang?" tanya Rahez kepada Edward dan Tian."Keluarga gue aman, Bro. Semua barang-barang telah dipacking dengan baik sama Agnes." sahut Edward."Bagaimana dengan Lo, Tian?""Beres! Semua tinggal berangkat," sahut Tian.Mereka pun merencanakan keberangkatan ke sana, akhir minggu ini.Perjalanan udara dari Jakarta ke Jepang adalah petualangan yang menarik bagi keluarga Arlyn, Tian, Edward, Agnes, Rahez, dan Zemi beserta anak-anak mereka: Harvey, Eva, Isaac, Jacob, Josie, Fritz, dan Leticia. Mereka semua sangat bersemangat untuk menjelajahi keajaiban Disneyland, yang berada di Tok
Hari libur sekolah telah tibaRahez dan Zemi telah berjanji kepada kedua anaknya, Fritz dan Leticia akan membawa mereka ke Taman Safari yang terletak di daerah Puncak Bogor."Fritz, Leticia. Kita berangkat sekarang ke Taman Safari," tutur Papa Rahez kepada kedua anaknya."Hore! Aku sudah nggak sabar, Pa!" Leticia bersorak kegirangan sudah tidak sabar untuk segera sampai di sana."Ayo, Pa! Tunggu apalagi. Kita berangkat sekarang saja. Selagi masih pagi. Ntar semakin siang akan semakin macet." Fritz ikut mengingatkan sang ayah agar segera melajukan mobil.Mama mana? Kok nggak kelihatan?" tanya Papa Rahez kepada kedua anaknya.Lalu dari arah dalam rumah Mama Zemi terlihat sedang melangkah menuju ke tempat mobil berada."Mama, buruan! Nanti kita bisa kena macet!" teriak Leticia kepada sang ibu."Iya, Sayang. Mama memang akan masuk ke dalam mobil." ucap Zemi lalu masuk ke dalam mobil, dan mulai bergabung dengan anggota keluarga lainnya."Baik ... karena semua sudah lengkap. Kita berangkat
Hari ini Harvey dan Eva menerima raport dari sekolah. Mereka sungguh senang karena keduanya mendapatkan nilai yang bagus.Sang ayah pernah berkata jika mereka mendapatkan nilai bagus saat pembagian raport, Papi Tian dan Mami Arlyn akan membawa mereka untuk berjalan-jalan ke Ancol."Harvey, Eva .... Seperti janji Papi jika nilai kalian bagus, Papi akan membawa kalian untuk jalan-jalan ke Ancol. Jadi kita besok ya, kita ke sana." ucapnya kepada kedua putra-putri nya."Hore!" teriak Harvey."Asyik! Jalan-jalan ke Ancol!" Eva juga turut senang saat ini. "Ya sudah, anak-anak. Ayo kalian mandi dulu. Hari sudah sore," tutur Arlyn kepada kedua anaknya."Beres, Mami!" sahut keduanya.Keluarga Arlyn dan Tian sangat bersemangat ketika mereka memutuskan untuk menghabiskan hari istimewa di Sea World Ancol dan Dufan Ancol bersama kedua anak mereka, Harvey dan Eva. Hari itu pastinya akan dipenuhi dengan kebahagiaan dan petualangan yang tak terlupakan.Mereka tiba di Sea World Ancol di pagi cerah
Liburan sekolah telah tiba, Edward dan Agnes pun menghadiahi ketiga anak-anaknya untuk menghabiskan waktu liburan mereka di Pulau Komodo."Daddy! Jadi benar kita akan ke sana?" tanya Isaac tak percaya."So pasti, dong! Kan Daddy sama Mommy sudah janji kepada kalian,"serunya menjawab perkataan anak sulungnya."Dad, di sana kami bisa berenang dan snorkeling?" Kali ini Jacob, si putra kedua yang bertanya."Tentu saja boleh, Jacob. Asalkan kalian melakukan kegiatan di laut atas izin dari Daddy dan Mommy," jawab Edward kepada anak laki-lakinya yang ke dua."Hore .... Aku sudah tidak sabar ingin segera sampai ke sana, Dad!" Si bungsu Josie juga ikut antusias."Ya sudah, kalau begitu kalian bantu Mommy untuk packing," ujar Agnes kepada ketiga anaknya."Siap, Mommy!" jawab ketiganya serentak.Persiapan keluarga Agnes dan Edward untuk perjalanan dari Jakarta ke Pulau Komodo adalah momen yang penuh antusiasme bagi keluarganya.Dengan tiga anak mereka yang bersemangat, Isaac, Jacob, dan Josie, y
Saat siang hari, di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta Selatan,Rahez terlihat sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, dengan perasaannya yang campur aduk. Dia merasa cemas dan khawatir, akan tetapi juga penuh antusiasme. Sejak beberapa menit yang lalu, Zemi, istrinya telah dibawa ke ruang operasi untuk menjalani prosedur operasi caesar. Mereka akan segera menjadi orangtua untuk pertama kalinya.Saat Rahez sedang menunggu istrinya. Seketika dia mengingat momen-momen indah yang mereka telah lewati bersama selama perjalanan panjang menuju kehamilan ini.Keduanya telah bersiap dan merencanakan semuanya dengan cermat. Mereka ingin memastikan bahwa kelahiran Baby Fritz, berlangsung dengan aman dan baik.Di sisi lain, Rahez merasa sedikit cemas. Operasi caesar adalah tindakan medis yang serius, dan meskipun risiko adalah bagian dari setiap prosedur medis, dia ingin Zemi dan bayi mereka dalam keadaan sehat.Sang pria tak luput untuk berdoa agar semuanya berjalan lancar dan tanpa komplik
Di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta.Tiano Pisceso, suami dari Arlyn Virgolin. Terlihat sangat tegang saat ini. Pasalnya sang istri sedang berjuang di atas meja operasi untuk melahirkan bayi pertama mereka yang sesuai prediksi dokter, bayi dalam kandungan Arlyn itu berjenis kelamin laki-laki.Tian sengaja menunggu di luar karena pria itu tidak sanggup melihat istrinya disayat-sayat perutnya oleh alat-alat kedokteran. Tak berapa lama setelah itu, seorang dokter kandungan ke luar dari ruang operasi. Seraya berkata,"Tuan Tiano Pisceso.""Iya ... saya, dok." jawabnya dengan wajah tenang.Sang dokter segera mengulurkan tangannya kepada Tian dan mengucapkan selamat kepadanya,"Selamat, Tuan Muda. Bayi Anda terlahir sehat dan semua anggota tubuhnya juga lengkap," ucap sang dokter dengan mengulas senyum kepadanya."Keadaan istri saya bagaimana, dok? Apakah Arlyn baik-baik saja? Bisakah saya menemuinya? Saya sangat ingin melihatnya dokter. Terus terang saya sangat khawatir dengan keadaa
Hari ini adalah jadwal Agnes untuk melahirkan anak pertamanya bersama Edward. Sesuai kesepakatan bersama, sang istri akan menjalani operasi caesar.Tak tanggung-tanggung, Edward menyewa satu lantai rumah sakit, untuk menyambut kelahiran putra pertamanya.Para keluarga besar mereka juga turut hadir menunggu Agnes ke luar dari kamar operasi. Edward ikut masuk ke dalam ruang operasi untuk mendampingi istrinya.Agnes dan Edward telah sepakat memberi nama anak laki-laki pertama mereka dengan nama Isaac Connor Award.Tak lupa pemuda itu mengabadikan kelahiran Baby Isaac melalu rekaman video. Edward dari tadi sangat fokus untuk mengabadikan momen mendebarkan itu.Karena perkembangan zaman yang semakin canggih, kurang dari setengah jam Baby Isaac terlahir di dunia.Wajahnya kemerah-merahan, dengan hidung mancung dan rahang yang sangat kokoh seperti ayahnya. Sepertinya delapan puluh persen wajah Baby Isaac mendominasi wajah Edward.Agnes menangis terharu melihat bayi yang berada di dalam rahim
Ternyata para pria mesum itu, berhasil membuat istri mereka hamil yang berjarak beberapa minggu saja. Sepertinya istri-istri mereka akan melahirkan secara berdekatan.Sangat kebetulan juga, para istri saat ini sedang mengandung bayi laki-laki. Ternyata oh ternyata, pria-pria mesum itu memiliki bibit unggul yang sangat bagus sehingga dapat membuat istri-istri mereka hamil dengan berjenis kelamin laki-laki.Namun karena ketakutan mereka jika para istri kesakitan saat melahirkan. Baik Edward, Rahez, dan Tian pun memutuskan agar istri-istri mereka melahirkan secara operasi caesar.Walaupun sebenarnya para istri ingin melahirkan normal. Akan tetapi mereka tidak kuasa untuk menolak permintaan para suami yang suka memaksakan kehendak mereka itu."Baby, hati-hati jalannya!" ucap Edward kepada Agnes."Honey, pelan ya kamu jalannya!" Tian juga ikut khawatir dengan Arlyn."Sayang, satu-satu langkahnya!" Rahez ternyata juga mewanti-wanti Zemi.Sementara ketiga istri mereka terlihat saling pandang
"Andra! Anda belum rapi memangkas tanaman yang itu! Jangan sampai Pak Bos Rahez memecat Anda!" perintah Asisten Frans yang sedang mengawasi pemuda itu untuk membersihkan taman di depan kantor."Tolong, saya jangan dipecat Asisten Frans. Saya akan menata ulang taman ini agar lebih indah lagi.""Buruan kamu kerjakan!""I ... iya, saya akan melakukannya lagi." seru Andra sambil mulai mengerjakannya lagi."Asal Anda, tahu. Taman ini adalah salah satu spot kesukaan istri dari Bos Rahez. Jadi Anda harus mengerjakannya dengan baik. Bahan-bahan juga sudah lengkap. Anda tinggal menatanya kembali. Kalau Anda memang tidak mampu. Jujur saja! Bos Rahez bisa memperkerjakan orang lain yang lebih kompeten di bidangnya!" Asisten Frans lagi-lagi menakut-nakuti Andra."Jangan diganti orang lain, Asisten Frans. Saya akan melakukannya sendiri." sahut Andra.Sudah dua minggu lamanya dia bekerja sebagai tukang kebun di sebuah perusahaan besar itu. Andra terpaksa menerima pekerjaan ini karena bayarannya yang