Edward"Whatssap, My Bro! Ada apa Lo menelepon gue?" Rahez"Gue lagi badmood, nih! Gue mau curhat sama Lo!" Edward yang juga sedang galau sepertinya tidak ingin mendengar curhatan sahabatnya itu. Apalagi setelah ini Edward ingin sekali berendam lama di dalam bathtub untuk bersantai ria.Edward"Waduh, Hez. Sepertinya gue tidak bisa malam ini."Rahez"Kenapa? Mau ke mana, Lo?" Edward"Gue nggak ke mana-mana, sih. Gue hanya mau berendam lebih lama malam ini."Rahez"Eleh! Bilang saja Lo mau nyambi olah raga! Iya kan?""Olah raga? Memangnya olah raga apa yang pantas dilakukan di dalam kamar mandi, Bro? Jangan ngawur, Lo!"Sepertinya Edward mulai kesal kepada Rahez karena bicaranya mulai tidak jelas saat ini.Rahez"Olah raga lima jari! Ha-ha-ha! Sampai besok, Bro!" Gelak tawa Rahez mulai terdengar dari seberang sana. Bersamaan dengan itu, dia mematikan sambungan telepon itu secara sepihak. Tersisa Edward yang menjadi kesal sendiri akibat ulah sahabatnya."Sialan Lo, Rahez! Ganggu moo
Ternyata rapat penting di malam itu tetap berlanjut juga. Zemi pun menjelaskan kepada kedua temannya, tentang rencananya untuk menghalau perjodohan itu."Apa? Jadi Lo mau ikut kencan buta gitu?" kaget Agnes."Gilingan Lo, Zem. Memangnya nggak ada cara lain apa? Bagaimana kalau ternyata, Lo kencan butanya sama om-om?" tegur Arlyn."Iya Zem, ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Arlyn. Apalagi dunia maya banyak bohongnya!" Agnes juga mencoba mengingatkan sahabatnya."Yaelah ... kalian, mah! Kok malah nakut-nakutin gue, sih?" Zemi juga mulai takut mendengar perkataan kedua sahabatnya."Makanya Lo jangan aneh-aneh," tutur Arlyn lagi. Agnes ikut menganggukkan kepalanya pertanda dia juga setuju dengan perkataan sahabatnya."Ya ampun kalian ini! Mikirnya sudah kejauhan banget, deh! Siapa juga yang mau serius dengan kencan buta itu?" tutur Zemi kepada keduanya."Terus, maksud Lo bagaimana Zem?" tanya Agnes memastikan."Kalian dengarkan baik-baik!" Lalu Zemi pun menjelaskan kepada kedua sa
Makan siang telah tiba, Seperti janji mereka tadi ketiga gadis cantik itu, akhirnya ketemuan di sebuah kafe yang berada di area perkantoran."Hai, guys! Kalian sudah lama menunggu?" seru Zemi yang datang terlambat dibandingkan dengan kedua temannya."Yaelah, Zem. Selalu kamu yang telat datangnya! Heran deh!" ketus Arlyn jengkel."Iya, Zem. Kok Lo lama banget datangnya, sih? Kita dari tadi nungguin Lo." Agnes ikut menggerutu.Bagaimana Arlyn dan Agnes tidak ngomel-ngomel kepada Zemi. Makan siang mereka hampir saja habis di atas piring masing-masing. Tapi sang sahabat tidak juga muncul."Sorry, Guys. Gue bukannya sengaja terlambat datang. Kalian tahu sendiri, Bos gue rada galak orangnya. Dia tidak memberi izin untuk makan siang jika laporan belum selesai." tutur Zemi menjelaskan."Tapi, Zem. Menurut gue sifat Bos Lo itu, sepertinya suka banget korupsi waktu. Kayak dia merasa penting banget di dunia ini! Gue rasa masih banyak orang-orang yang lebih penting darinya. Tapi tidak sok belagu
"Memangnya rencana Lo apa, Hez?" tanya Tian."Nothing ...." jawabnya lesu."What? Nothing?" ulang Edward."Yap!" jawabnya lagi."Jadi, Lo pasrah? Dijodohkan?" selidik Tian.Rahez terdiam dan tak mampu berkata-kata."Kasihan banget ya kita, ganteng-ganteng tapi jomlo." seru Rahez murung."Woi! Semangat dong, Lo! Tolong kondisikan tuh wajah! Cemberut mulu dari tadi!" sembur Edward."Iya, Hez. Santai dong Lo. Selama ada kita berdua. Lo tidak bakalan dijodohkan. Lo tenang saja deh!" seru Tian memberi semangat kepada Rahez. Rahez tetap diam. Memang dia membenarkan jika kedua sahabatnya sangat mampu untuk menyelamatkannya pada perjodohan itu. Akan tetapi, Rahez tidak mungkin melarikan diri terus. Dia harus menghadapinya kali ini dengan elegan dan penuh percaya diri."Hez! Katakan sesuatu. Biar kita bisa tahu isi hati Lo," seru Tian mulai kesal melihat sahabatnya yang dari tadi berdiam diri dan tidak mengatakan apa pun.Rahez terlihat menghela napasnya panjang. Dia pun mulai berkata-kata,
"Yes! Akhirnya, Bro! Gue dapat partner yang bisa diajak kerja sama!" seru Rahez senang. Dia pun mulai bertukar pesan dengan gadis itu."Satu masalah selesai! Tinggal Lo nih, Ed." celutuk Tian."Iya, Ed. Lo maunya bagaimana? Biar kita berdua bantuin Lo juga." Rahez ikut menimpali.Lalu Edward pun menceritakan soal ibunya yang akan mengadakan acara memasak bareng di rumahnya. Sang ibu menginginkan Edward untuk hadir kala itu."What? Sejak kapan Lo tertarik dengan dunia pemasakan, Ed?" ucap Tian sambil tertawa mengejek temannya."Sialan Lo, Tian! Ini bukan kemauan gue! Tapi keinginan Nyokap gue! Bagaimana sih, Lo?" ketus Edward kesal."Terus mau Lo, bagaimana Ed?" ucap Rahez yang masih belum mengerti maksud dari temannya."Gue mau Lo berdua, culik gue saat itu. Bawa ke mana kek, asalkan gue tidak di rumah.""Gilingan! Bahasa Lo main culik segala? Memangnya kita perampok?" celutuk Tian."Ha-ha-ha!" Tawa ketiganya pun akhirnya pecah."Lo tenang saja, gue punya cara untuk menculik Lo dari r
Rahez dan Tian baru saja sampai di sirkuit yang berada di daerah Sentul. Mereka sengaja naik kendaraan masing-masing untuk menghindari kemacetan, karena jalur tol menuju ke arah puncak memakai sistem buka tutup."Woi, Bro! Lo ternyata sudah sampai!" sapa Tian kepada Rahez."Yes, gue baru saja sampai." sahut Rahez.Keduanya pun mengedarkan pandangan mereka untuk mencari tahu keberadaan Edward. Namun baik Tian maupun Rahez tidak mengetahui keberadaan Edward saat ini."Bro, Edward belum sampai juga?" tanya Rahez kepada temannya."Kayak nggak tahu saja bagaimana Edward orangnya!" sergah Tian."What? Jadi dia belum sampai juga?" tanya Rahez tak menyangka."Tadi dia telepon gue, mau ketemu sebentar dengan kedua bawahannya untuk mengambil beberapa dokumentasi. Setelah itu dia baru berangkat ke sini." tutur Tian menjelaskan."Busyet, dah! Gue pikir dia yang duluan nyampai ke sini. Tahu-tahunya malah yang paling lama datangnya," gerutu Rahez."Ayo kita balap satu kali putaran saja, selagi menu
"Lah gue ngapain di sini sendiri?" ucap Edward kesal."Memangnya Tuan Rahez dan Tuan Tian, ke mana?" Mark menjadi penasaran."Kedua bocah itu sudah pulang dari tadi, mereka balik secara tiba-tiba ke Jakarta!" ketus Edward masih saja kesal."Apa?" kaget Mark bukan kepalang.Sang asisten mengingat dengan seksama bagaimana perjuangannya melewati kemacetan saat hendak menuju ke tempat ini. Akan tetapi belum lima menit mereka sampai, Bos Edward dengan seenaknya menyuruhnya untuk kembali menyetir dan putar balik menuju ke Jakarta.Menyadari akan hal itu, Mark pun segera berkata,"Bos, Anda tahu sendiri bagaimana cara kita sampai di sini. Butuh perjuangan melawan kemacetan. Jika balik sekarang, kita pasti akan kena macet lagi." seru Mark, berharap Edward mau mempertimbangkan ucapannya. "Cari jalan tikus! Kita harus kembali sekarang!" ujarnya dengan marah sambil menatap tajam ke arah Mark."Ta ... tapi, Bos." Mark malah ingin bernegosiasi dengan Edward. Berharap sang bos mau mendengarkan kel
Kembali ke dapur Tante Jasmine,Keduanya pun lalu bahu-membahu mulai mengolah adonan cake enak itu.Awalnya Agnes mengolesi dua buah loyang dengan margarin. Kemudian mengalasi dasarnya dengan kertas roti, yang juga telah diolesi margarin.Tante Jasmine memanaskan oven pada suhu seratus delapan puluh derajat celsius. Kemudian sang tante mengayak tepung terigu, baking powder, dan cokelat bubuk, lalu disisihkan.Agnes lalu mengocok mentega, gula pasir, dan brown sugar hingga mengembang dan kental. Setelah itu dia juga menambahkan kopi bubuk, lalu diaduk dengan spatula hingga tercampur. Sementara Tante Jasmine membantu Agnes dengan memasukkan telur satu per satu, sampai tercampur rata. Tante Jasmine juga memasukkan campuran tepung, sedikit demi sedikit secara bergantian dengan buttermilk, lalu esens vanili. Sambil diaduk oleh Agnes secara perlahan hingga rata.Setelah semua bahan-bahan pembuatan cake telah tercampur rata. Agnes pun menuangkan adonan tadi ke dalam dua loyang.Tante Jasmi
Ketiga keluarga yang bersahabat diantaranya Keluarga Edward dan Agnes, Keluarga Tian dan Arlyn, serta keluarga Rahez dan Zemi telah merencanakan liburan ke Negara Sakura, Jepang tepatnya di Disneyland yang berada di Tokyo.Para ayah muda tersebut, saat ini sedang berkumpul di sebuah kafe untuk membicarakan rencana liburan tiga keluarga."Bro, bagaimana persiapan keluarga Lo dalam rangka rencana liburan kita ke Jepang?" tanya Rahez kepada Edward dan Tian."Keluarga gue aman, Bro. Semua barang-barang telah dipacking dengan baik sama Agnes." sahut Edward."Bagaimana dengan Lo, Tian?""Beres! Semua tinggal berangkat," sahut Tian.Mereka pun merencanakan keberangkatan ke sana, akhir minggu ini.Perjalanan udara dari Jakarta ke Jepang adalah petualangan yang menarik bagi keluarga Arlyn, Tian, Edward, Agnes, Rahez, dan Zemi beserta anak-anak mereka: Harvey, Eva, Isaac, Jacob, Josie, Fritz, dan Leticia. Mereka semua sangat bersemangat untuk menjelajahi keajaiban Disneyland, yang berada di Tok
Hari libur sekolah telah tibaRahez dan Zemi telah berjanji kepada kedua anaknya, Fritz dan Leticia akan membawa mereka ke Taman Safari yang terletak di daerah Puncak Bogor."Fritz, Leticia. Kita berangkat sekarang ke Taman Safari," tutur Papa Rahez kepada kedua anaknya."Hore! Aku sudah nggak sabar, Pa!" Leticia bersorak kegirangan sudah tidak sabar untuk segera sampai di sana."Ayo, Pa! Tunggu apalagi. Kita berangkat sekarang saja. Selagi masih pagi. Ntar semakin siang akan semakin macet." Fritz ikut mengingatkan sang ayah agar segera melajukan mobil.Mama mana? Kok nggak kelihatan?" tanya Papa Rahez kepada kedua anaknya.Lalu dari arah dalam rumah Mama Zemi terlihat sedang melangkah menuju ke tempat mobil berada."Mama, buruan! Nanti kita bisa kena macet!" teriak Leticia kepada sang ibu."Iya, Sayang. Mama memang akan masuk ke dalam mobil." ucap Zemi lalu masuk ke dalam mobil, dan mulai bergabung dengan anggota keluarga lainnya."Baik ... karena semua sudah lengkap. Kita berangkat
Hari ini Harvey dan Eva menerima raport dari sekolah. Mereka sungguh senang karena keduanya mendapatkan nilai yang bagus.Sang ayah pernah berkata jika mereka mendapatkan nilai bagus saat pembagian raport, Papi Tian dan Mami Arlyn akan membawa mereka untuk berjalan-jalan ke Ancol."Harvey, Eva .... Seperti janji Papi jika nilai kalian bagus, Papi akan membawa kalian untuk jalan-jalan ke Ancol. Jadi kita besok ya, kita ke sana." ucapnya kepada kedua putra-putri nya."Hore!" teriak Harvey."Asyik! Jalan-jalan ke Ancol!" Eva juga turut senang saat ini. "Ya sudah, anak-anak. Ayo kalian mandi dulu. Hari sudah sore," tutur Arlyn kepada kedua anaknya."Beres, Mami!" sahut keduanya.Keluarga Arlyn dan Tian sangat bersemangat ketika mereka memutuskan untuk menghabiskan hari istimewa di Sea World Ancol dan Dufan Ancol bersama kedua anak mereka, Harvey dan Eva. Hari itu pastinya akan dipenuhi dengan kebahagiaan dan petualangan yang tak terlupakan.Mereka tiba di Sea World Ancol di pagi cerah
Liburan sekolah telah tiba, Edward dan Agnes pun menghadiahi ketiga anak-anaknya untuk menghabiskan waktu liburan mereka di Pulau Komodo."Daddy! Jadi benar kita akan ke sana?" tanya Isaac tak percaya."So pasti, dong! Kan Daddy sama Mommy sudah janji kepada kalian,"serunya menjawab perkataan anak sulungnya."Dad, di sana kami bisa berenang dan snorkeling?" Kali ini Jacob, si putra kedua yang bertanya."Tentu saja boleh, Jacob. Asalkan kalian melakukan kegiatan di laut atas izin dari Daddy dan Mommy," jawab Edward kepada anak laki-lakinya yang ke dua."Hore .... Aku sudah tidak sabar ingin segera sampai ke sana, Dad!" Si bungsu Josie juga ikut antusias."Ya sudah, kalau begitu kalian bantu Mommy untuk packing," ujar Agnes kepada ketiga anaknya."Siap, Mommy!" jawab ketiganya serentak.Persiapan keluarga Agnes dan Edward untuk perjalanan dari Jakarta ke Pulau Komodo adalah momen yang penuh antusiasme bagi keluarganya.Dengan tiga anak mereka yang bersemangat, Isaac, Jacob, dan Josie, y
Saat siang hari, di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta Selatan,Rahez terlihat sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, dengan perasaannya yang campur aduk. Dia merasa cemas dan khawatir, akan tetapi juga penuh antusiasme. Sejak beberapa menit yang lalu, Zemi, istrinya telah dibawa ke ruang operasi untuk menjalani prosedur operasi caesar. Mereka akan segera menjadi orangtua untuk pertama kalinya.Saat Rahez sedang menunggu istrinya. Seketika dia mengingat momen-momen indah yang mereka telah lewati bersama selama perjalanan panjang menuju kehamilan ini.Keduanya telah bersiap dan merencanakan semuanya dengan cermat. Mereka ingin memastikan bahwa kelahiran Baby Fritz, berlangsung dengan aman dan baik.Di sisi lain, Rahez merasa sedikit cemas. Operasi caesar adalah tindakan medis yang serius, dan meskipun risiko adalah bagian dari setiap prosedur medis, dia ingin Zemi dan bayi mereka dalam keadaan sehat.Sang pria tak luput untuk berdoa agar semuanya berjalan lancar dan tanpa komplik
Di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta.Tiano Pisceso, suami dari Arlyn Virgolin. Terlihat sangat tegang saat ini. Pasalnya sang istri sedang berjuang di atas meja operasi untuk melahirkan bayi pertama mereka yang sesuai prediksi dokter, bayi dalam kandungan Arlyn itu berjenis kelamin laki-laki.Tian sengaja menunggu di luar karena pria itu tidak sanggup melihat istrinya disayat-sayat perutnya oleh alat-alat kedokteran. Tak berapa lama setelah itu, seorang dokter kandungan ke luar dari ruang operasi. Seraya berkata,"Tuan Tiano Pisceso.""Iya ... saya, dok." jawabnya dengan wajah tenang.Sang dokter segera mengulurkan tangannya kepada Tian dan mengucapkan selamat kepadanya,"Selamat, Tuan Muda. Bayi Anda terlahir sehat dan semua anggota tubuhnya juga lengkap," ucap sang dokter dengan mengulas senyum kepadanya."Keadaan istri saya bagaimana, dok? Apakah Arlyn baik-baik saja? Bisakah saya menemuinya? Saya sangat ingin melihatnya dokter. Terus terang saya sangat khawatir dengan keadaa
Hari ini adalah jadwal Agnes untuk melahirkan anak pertamanya bersama Edward. Sesuai kesepakatan bersama, sang istri akan menjalani operasi caesar.Tak tanggung-tanggung, Edward menyewa satu lantai rumah sakit, untuk menyambut kelahiran putra pertamanya.Para keluarga besar mereka juga turut hadir menunggu Agnes ke luar dari kamar operasi. Edward ikut masuk ke dalam ruang operasi untuk mendampingi istrinya.Agnes dan Edward telah sepakat memberi nama anak laki-laki pertama mereka dengan nama Isaac Connor Award.Tak lupa pemuda itu mengabadikan kelahiran Baby Isaac melalu rekaman video. Edward dari tadi sangat fokus untuk mengabadikan momen mendebarkan itu.Karena perkembangan zaman yang semakin canggih, kurang dari setengah jam Baby Isaac terlahir di dunia.Wajahnya kemerah-merahan, dengan hidung mancung dan rahang yang sangat kokoh seperti ayahnya. Sepertinya delapan puluh persen wajah Baby Isaac mendominasi wajah Edward.Agnes menangis terharu melihat bayi yang berada di dalam rahim
Ternyata para pria mesum itu, berhasil membuat istri mereka hamil yang berjarak beberapa minggu saja. Sepertinya istri-istri mereka akan melahirkan secara berdekatan.Sangat kebetulan juga, para istri saat ini sedang mengandung bayi laki-laki. Ternyata oh ternyata, pria-pria mesum itu memiliki bibit unggul yang sangat bagus sehingga dapat membuat istri-istri mereka hamil dengan berjenis kelamin laki-laki.Namun karena ketakutan mereka jika para istri kesakitan saat melahirkan. Baik Edward, Rahez, dan Tian pun memutuskan agar istri-istri mereka melahirkan secara operasi caesar.Walaupun sebenarnya para istri ingin melahirkan normal. Akan tetapi mereka tidak kuasa untuk menolak permintaan para suami yang suka memaksakan kehendak mereka itu."Baby, hati-hati jalannya!" ucap Edward kepada Agnes."Honey, pelan ya kamu jalannya!" Tian juga ikut khawatir dengan Arlyn."Sayang, satu-satu langkahnya!" Rahez ternyata juga mewanti-wanti Zemi.Sementara ketiga istri mereka terlihat saling pandang
"Andra! Anda belum rapi memangkas tanaman yang itu! Jangan sampai Pak Bos Rahez memecat Anda!" perintah Asisten Frans yang sedang mengawasi pemuda itu untuk membersihkan taman di depan kantor."Tolong, saya jangan dipecat Asisten Frans. Saya akan menata ulang taman ini agar lebih indah lagi.""Buruan kamu kerjakan!""I ... iya, saya akan melakukannya lagi." seru Andra sambil mulai mengerjakannya lagi."Asal Anda, tahu. Taman ini adalah salah satu spot kesukaan istri dari Bos Rahez. Jadi Anda harus mengerjakannya dengan baik. Bahan-bahan juga sudah lengkap. Anda tinggal menatanya kembali. Kalau Anda memang tidak mampu. Jujur saja! Bos Rahez bisa memperkerjakan orang lain yang lebih kompeten di bidangnya!" Asisten Frans lagi-lagi menakut-nakuti Andra."Jangan diganti orang lain, Asisten Frans. Saya akan melakukannya sendiri." sahut Andra.Sudah dua minggu lamanya dia bekerja sebagai tukang kebun di sebuah perusahaan besar itu. Andra terpaksa menerima pekerjaan ini karena bayarannya yang