"Thanks banget, guys. Gue gak bisa berkata apa pun kepada kalian saat ini. Gue janji, nanti kalau gue sudah dapat duit. Gue akan ganti ke kalian masing-masing," ucap Agnes, kepada kedua sahabatnya."Yaelah, Nes. Kita tulus bantuin Lo. Lo nggak usah mikirin apa-apa dulu," tukas Zemi."Ya, Nes. Satu orang kesusahan diantara kita, yang lain pasti akan membantu," Arlyn juga ikut menimpali.Dengan spontan, Agnes lalu merangkul kedua sahabatnya, dan menangis dalam pelukan mereka.Arlyn yang tidak biasa dipeluk-peluk begitu, segera berkata,"Ih ... ngapain Lo, Nes! Risih, tahu! Ngapain sih peluk-peluk? Gue masih normal, ya!" seru Arlyn lalu segera melepas pelukan Agnes dari tubuhnya."Memang deh, Lo! Aneh saja pikirannya. Ini pelukan persahabatan, tahu! Bukan karena hal lain," sergah Zemi sambil mengeleng-gelengkan kepalanya. "Aku sangat bahagia saat ini. Makanya aku memeluk kalian," ucap Agnes sambil tersipu."Ya udah, yuk. Kita tidur lagi. Besok kan kita mau pindahan. Ya, Zem?" tanya Arly
Ketiga gadis cantik itu, mulai merapikan apartemen tersebut. Mulai dari ruang tamu, ruang tv, dapur dengan mini bar dan juga satu kamar yang cukup luas yang dapat ditempati oleh tiga orang.Mereka mulai menyusun dan merapikan barang-barang pribadi mereka di dalam kamar. Ternyata sebelumnya Zemi telah membeli ranjang untuknya dan untuk kedua temannya. Masing-masing berukuran tiga kaki. Cukup untuk ditiduri satu orang dalam satu ranjang.Tak tanggung-tanggung Zemi membeli spring bed nomor satu. Sehingga sungguh sangat enak tempat tidur itu, untuk ditiduri."Zem, baiknya dirimu kepada kita!" celutuk Arlyn lalu mencoba membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk itu."Iya, dong. Zemi Rania, gitu lho!" pujinya kepada dirinya sendiri."Zem, lo tinggal hitung dengan benar ya, berapa utang kita berdua, ke Lo." tukas Agnes yang masih saja khawatir dengan isi dompetnya."Yaelah, kalian ini! Semua fasilitas gratis untuk kalian, guys!" ucap Zemi kepada keduanya."Apa?" kaget keduanya."Iya, semua f
"Tapi menurut gue, ya. Jago memasak bukan jaminan menjadi calon menantu idaman. Banyak aspek lainnya yang harus dilihat. Terus, gue mau nanya ke Lo berdua. Memangnya menantu idaman itu yang bagaimana sih, ciri khasnya?" tanya Agnes, kepada kedua sahabatnya."Kalau gue, sih. Jawabnya, i don't know!" tukas Zemi."Sama kita, Zem." Arlyn juga ikut berucap."Nah ... itu kan kalian saja nggak tahu kriteria menantu idaman yang seperti apa. Karena menurut gue hubungan menantu dan ibu mertua akan baik-baik saja, jika ada rasa saling." ucap Agnes kepada mereka."Rasa saling?" ujar keduanya bingung."Iya, rasa saling. Saling menghargai, saling menghormati, dan saling-saling lainnya!" seru Agnes."Prok-prok-prok." Arlyn dan Zemi tiba-tiba bertepuk tangan mendengar penjelasan Agnes yang menurut mereka sangat logis."Apaan sih, kalian? Malah bertepuk tangan!" cibirnya."Yaiyalah, Nes. Lo menyamai Mamah Dedeh yang sedang ceramah. Penuh logika dan sungguh menginspirasi." celutuk Zemi."Mamah Agnes, d
Pagi pun tiba, ketiganya telah bersiap-siap untuk mengikuti wawancara pagi ini.Setelah selesai sarapan, mereka pun ke luar dari unit apartemen, lalu melangkah menuju lift yang akan membawa ketiganya menuju ke parkiran, yang berada di basement gedung bertingkat itu.Hari ini, Zemi yang menyetir. Setelah mengetahui jika kedua sahabatnya telah masuk ke dalam mobil. Dia pun mulai melajukan mobilnya. Beruntungnya tujuan mereka sama yaitu ke Kawasan Epicentrum Rasuna Said, di Jakarta Selatan. Apartemen yang mereka tempat juga tidak terlalu jauh dengan kawasan perkantoran itu."Wah nggak nyangka banget kita melamar pekerjaan di satu kawasan perkantoran." tutur Arlyn kepada kedua sahabatnya. Sesaat setelah mereka ke luar semua dari dalam mobil."Iya, Lyn. Beruntung banget. Jadi kita bisa nebeng terus pakai mobil Zemi." celutuk Agnes."Iya, kalian bisa nebeng terus kok. Hanya saja gantian ya nyetirnya, tiap hari. Biar giliran gitu semuanya," seru Zemi."Beres, Zem!" jawab keduanya serentak.
Arlyn segera melepas tubuhnya dari rangkulan pemuda itu. Dengan muka cemberut."Halo, Nona cantik. Ternyata kita bertemu kembali." ucap pria tampan itu kepadanya. Sambil menunjukkan senyum terbaiknya."Dasar bule kesasar! Kok kita bisa ketemu terus, sih? Lo ngikutin gue, ya!" tukas Arlyn sambil menatap penuh selidik ke arah pria itu."No. Saya tidak mengikuti Anda, Nona. Saya ..." Belum sempat pria itu menjelaskan. Arlyn malah berkata,"Stop! Gue tidak mau mendengar apa pun! Permisi!" serunya lalu meninggalkan sang pria yang terus saja memandang ke arahnya.Tian, nama pria itu merasa tertarik dengan wanita tadi. Dia pun berjanji di dalam hatinya untuk menjadikan gadis itu, satu-satunya miliknya. "Don!" panggilnya kepada sang asisten yang tidak jauh berdiri dengannya."Siap, Tuan Muda." sahut, Don."Cari tahu semua tentang gadis tadi. Secepatnya.""Baik, Tuan. Ta ... tapi untuk apa Tuan?" Don menjadi penasaran."Ya, mau gue jadiin istrilah! Memangnya gue apain lagi?""Ta-pi, bukannya
Ternyata oh ternyata yang merekam semua kejadian yang menimpa Nyonya Angelina, tak lain dan tak bukan adalah Asisten Don.Dia pun segera berlalu dari tempat itu sebelum ketahuan oleh keduanya."Terima kasih ya, kamu sudah menyelamatkan Tante." ucap Nyonya Angelina, sambil menatap lekat-lekat wajah gadis cantik di depannya saat ini.Dengan sigap, Arlyn membantu Nyonya Angelina untuk berdiri sempurna. Tadi dia sampai terduduk karena copet yang tiba-tiba saja muncul dan menarik dompetnya."Sama-sama, Madam." sahut Arlyn, sambil tersenyum ke arah Nyonya Angelina."Jangan panggil, Madam. Panggil saja saya, Tante Angelina." tuturnya."Oh ... iya Maaf, Tante Angelina. Perkenalkan nama saya, Arlyn Virgolin. Biasa dipanggil Arlyn." sahutnya."Arlyn ... nama yang indah." puji Tante Angelina."Kamu ngapain di sini masih pagi-pagi?" tanyanya kepada Arlyn."Saya habis selesai wawancara kerja, Tante." jawab Arlyn ramah."Oh ya, Nak. Kamu sedang sibuk nggak?" "Nggak sibuk sih, Tante. Kebetulan wawa
"Cih! Baiklah. Lima peserta lagi versus double bonus buat Lo bulan ini!" ujar Edward tiba-tiba dengan senyum penuh misteri, menatap ke arah asistennya."Ma ... maksudnya apa, ya Bos?" tanya Mark, yang tidak mengerti arti dari perkataan Edward."Mark ... percuma Lo lulusan S2. Tapi tidak tahu arti dari kata 'versus' apa perlu gue mengajari Lo satu SKS tentang kata itu?" Edward kembali membuat kepala sang asisten menjadi mumet, dengan setiap kalimat yang keluar dari ucapan sang bos.Mark mencoba mencerna maksud dari perkataan Edward. Dia mulai berpikir, dan berkoordinasi dengan otak kiri dan otak kanannya kemudian akhirnya dia pun mendapatkan spekulasi yang mungkin saja tepat."Tunggu dulu! Bukankah kata versus artinya melawan. Oh jadi maksud Bos Edward, double bonus milikku akan dipertaruhkan dengan kelima peserta wawancara berikutnya?" gumamnya dalam hati.Seketika Mark menjadi tertunduk lemas. "Bos, kok double bonus saya yang menjadi sasarannya, sih?" Mark mulai mengungkapkan isi ha
"Benar, Pak Bos. Nama saya Zemi Rania." ucapnya tegas.Edward yang telah badmood karena kesembilan peserta sebelumnya tidak memenuhi kriteria sebagai calon sekretrisnya. Menjadi malas-malasan untuk mewawancarai peserta terakhir ini.Dia pun terlihat asal-asalan melempar beberapa pertanyaan kepadanya."Tujuan Anda datang ke kantor saya, untuk apa?" tanyanya lagi."Saya ke sini untuk wawancara, Pak Bos. Kebetulan saya adalah peserta terakhir." jawab Zemi tenang."Cih!" cibirnya masih memandang enteng kepada gadis itu.Malah saat ini, Edward asyik memainkan stick golf miliknya. Tentunya sambil melirik ke arah Mark yang berdiri di sudut ruangan itu.Keringat mulai menetes di dahi Mark. Mengisyaratkan jika dia mulai ketakutan. Bagaimana tidak. Perjanjiannya dengan Edward bertambah satu. Jika peserta terakhir wawancara juga ikut gagal, Mark bukan hanya akan kehilangan double bonus untuknya. Akan tetapi, dia juga harus merasakan pukulan stick golf milik Edward yang akan mendarat di kedua kak
Ketiga keluarga yang bersahabat diantaranya Keluarga Edward dan Agnes, Keluarga Tian dan Arlyn, serta keluarga Rahez dan Zemi telah merencanakan liburan ke Negara Sakura, Jepang tepatnya di Disneyland yang berada di Tokyo.Para ayah muda tersebut, saat ini sedang berkumpul di sebuah kafe untuk membicarakan rencana liburan tiga keluarga."Bro, bagaimana persiapan keluarga Lo dalam rangka rencana liburan kita ke Jepang?" tanya Rahez kepada Edward dan Tian."Keluarga gue aman, Bro. Semua barang-barang telah dipacking dengan baik sama Agnes." sahut Edward."Bagaimana dengan Lo, Tian?""Beres! Semua tinggal berangkat," sahut Tian.Mereka pun merencanakan keberangkatan ke sana, akhir minggu ini.Perjalanan udara dari Jakarta ke Jepang adalah petualangan yang menarik bagi keluarga Arlyn, Tian, Edward, Agnes, Rahez, dan Zemi beserta anak-anak mereka: Harvey, Eva, Isaac, Jacob, Josie, Fritz, dan Leticia. Mereka semua sangat bersemangat untuk menjelajahi keajaiban Disneyland, yang berada di Tok
Hari libur sekolah telah tibaRahez dan Zemi telah berjanji kepada kedua anaknya, Fritz dan Leticia akan membawa mereka ke Taman Safari yang terletak di daerah Puncak Bogor."Fritz, Leticia. Kita berangkat sekarang ke Taman Safari," tutur Papa Rahez kepada kedua anaknya."Hore! Aku sudah nggak sabar, Pa!" Leticia bersorak kegirangan sudah tidak sabar untuk segera sampai di sana."Ayo, Pa! Tunggu apalagi. Kita berangkat sekarang saja. Selagi masih pagi. Ntar semakin siang akan semakin macet." Fritz ikut mengingatkan sang ayah agar segera melajukan mobil.Mama mana? Kok nggak kelihatan?" tanya Papa Rahez kepada kedua anaknya.Lalu dari arah dalam rumah Mama Zemi terlihat sedang melangkah menuju ke tempat mobil berada."Mama, buruan! Nanti kita bisa kena macet!" teriak Leticia kepada sang ibu."Iya, Sayang. Mama memang akan masuk ke dalam mobil." ucap Zemi lalu masuk ke dalam mobil, dan mulai bergabung dengan anggota keluarga lainnya."Baik ... karena semua sudah lengkap. Kita berangkat
Hari ini Harvey dan Eva menerima raport dari sekolah. Mereka sungguh senang karena keduanya mendapatkan nilai yang bagus.Sang ayah pernah berkata jika mereka mendapatkan nilai bagus saat pembagian raport, Papi Tian dan Mami Arlyn akan membawa mereka untuk berjalan-jalan ke Ancol."Harvey, Eva .... Seperti janji Papi jika nilai kalian bagus, Papi akan membawa kalian untuk jalan-jalan ke Ancol. Jadi kita besok ya, kita ke sana." ucapnya kepada kedua putra-putri nya."Hore!" teriak Harvey."Asyik! Jalan-jalan ke Ancol!" Eva juga turut senang saat ini. "Ya sudah, anak-anak. Ayo kalian mandi dulu. Hari sudah sore," tutur Arlyn kepada kedua anaknya."Beres, Mami!" sahut keduanya.Keluarga Arlyn dan Tian sangat bersemangat ketika mereka memutuskan untuk menghabiskan hari istimewa di Sea World Ancol dan Dufan Ancol bersama kedua anak mereka, Harvey dan Eva. Hari itu pastinya akan dipenuhi dengan kebahagiaan dan petualangan yang tak terlupakan.Mereka tiba di Sea World Ancol di pagi cerah
Liburan sekolah telah tiba, Edward dan Agnes pun menghadiahi ketiga anak-anaknya untuk menghabiskan waktu liburan mereka di Pulau Komodo."Daddy! Jadi benar kita akan ke sana?" tanya Isaac tak percaya."So pasti, dong! Kan Daddy sama Mommy sudah janji kepada kalian,"serunya menjawab perkataan anak sulungnya."Dad, di sana kami bisa berenang dan snorkeling?" Kali ini Jacob, si putra kedua yang bertanya."Tentu saja boleh, Jacob. Asalkan kalian melakukan kegiatan di laut atas izin dari Daddy dan Mommy," jawab Edward kepada anak laki-lakinya yang ke dua."Hore .... Aku sudah tidak sabar ingin segera sampai ke sana, Dad!" Si bungsu Josie juga ikut antusias."Ya sudah, kalau begitu kalian bantu Mommy untuk packing," ujar Agnes kepada ketiga anaknya."Siap, Mommy!" jawab ketiganya serentak.Persiapan keluarga Agnes dan Edward untuk perjalanan dari Jakarta ke Pulau Komodo adalah momen yang penuh antusiasme bagi keluarganya.Dengan tiga anak mereka yang bersemangat, Isaac, Jacob, dan Josie, y
Saat siang hari, di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta Selatan,Rahez terlihat sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, dengan perasaannya yang campur aduk. Dia merasa cemas dan khawatir, akan tetapi juga penuh antusiasme. Sejak beberapa menit yang lalu, Zemi, istrinya telah dibawa ke ruang operasi untuk menjalani prosedur operasi caesar. Mereka akan segera menjadi orangtua untuk pertama kalinya.Saat Rahez sedang menunggu istrinya. Seketika dia mengingat momen-momen indah yang mereka telah lewati bersama selama perjalanan panjang menuju kehamilan ini.Keduanya telah bersiap dan merencanakan semuanya dengan cermat. Mereka ingin memastikan bahwa kelahiran Baby Fritz, berlangsung dengan aman dan baik.Di sisi lain, Rahez merasa sedikit cemas. Operasi caesar adalah tindakan medis yang serius, dan meskipun risiko adalah bagian dari setiap prosedur medis, dia ingin Zemi dan bayi mereka dalam keadaan sehat.Sang pria tak luput untuk berdoa agar semuanya berjalan lancar dan tanpa komplik
Di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta.Tiano Pisceso, suami dari Arlyn Virgolin. Terlihat sangat tegang saat ini. Pasalnya sang istri sedang berjuang di atas meja operasi untuk melahirkan bayi pertama mereka yang sesuai prediksi dokter, bayi dalam kandungan Arlyn itu berjenis kelamin laki-laki.Tian sengaja menunggu di luar karena pria itu tidak sanggup melihat istrinya disayat-sayat perutnya oleh alat-alat kedokteran. Tak berapa lama setelah itu, seorang dokter kandungan ke luar dari ruang operasi. Seraya berkata,"Tuan Tiano Pisceso.""Iya ... saya, dok." jawabnya dengan wajah tenang.Sang dokter segera mengulurkan tangannya kepada Tian dan mengucapkan selamat kepadanya,"Selamat, Tuan Muda. Bayi Anda terlahir sehat dan semua anggota tubuhnya juga lengkap," ucap sang dokter dengan mengulas senyum kepadanya."Keadaan istri saya bagaimana, dok? Apakah Arlyn baik-baik saja? Bisakah saya menemuinya? Saya sangat ingin melihatnya dokter. Terus terang saya sangat khawatir dengan keadaa
Hari ini adalah jadwal Agnes untuk melahirkan anak pertamanya bersama Edward. Sesuai kesepakatan bersama, sang istri akan menjalani operasi caesar.Tak tanggung-tanggung, Edward menyewa satu lantai rumah sakit, untuk menyambut kelahiran putra pertamanya.Para keluarga besar mereka juga turut hadir menunggu Agnes ke luar dari kamar operasi. Edward ikut masuk ke dalam ruang operasi untuk mendampingi istrinya.Agnes dan Edward telah sepakat memberi nama anak laki-laki pertama mereka dengan nama Isaac Connor Award.Tak lupa pemuda itu mengabadikan kelahiran Baby Isaac melalu rekaman video. Edward dari tadi sangat fokus untuk mengabadikan momen mendebarkan itu.Karena perkembangan zaman yang semakin canggih, kurang dari setengah jam Baby Isaac terlahir di dunia.Wajahnya kemerah-merahan, dengan hidung mancung dan rahang yang sangat kokoh seperti ayahnya. Sepertinya delapan puluh persen wajah Baby Isaac mendominasi wajah Edward.Agnes menangis terharu melihat bayi yang berada di dalam rahim
Ternyata para pria mesum itu, berhasil membuat istri mereka hamil yang berjarak beberapa minggu saja. Sepertinya istri-istri mereka akan melahirkan secara berdekatan.Sangat kebetulan juga, para istri saat ini sedang mengandung bayi laki-laki. Ternyata oh ternyata, pria-pria mesum itu memiliki bibit unggul yang sangat bagus sehingga dapat membuat istri-istri mereka hamil dengan berjenis kelamin laki-laki.Namun karena ketakutan mereka jika para istri kesakitan saat melahirkan. Baik Edward, Rahez, dan Tian pun memutuskan agar istri-istri mereka melahirkan secara operasi caesar.Walaupun sebenarnya para istri ingin melahirkan normal. Akan tetapi mereka tidak kuasa untuk menolak permintaan para suami yang suka memaksakan kehendak mereka itu."Baby, hati-hati jalannya!" ucap Edward kepada Agnes."Honey, pelan ya kamu jalannya!" Tian juga ikut khawatir dengan Arlyn."Sayang, satu-satu langkahnya!" Rahez ternyata juga mewanti-wanti Zemi.Sementara ketiga istri mereka terlihat saling pandang
"Andra! Anda belum rapi memangkas tanaman yang itu! Jangan sampai Pak Bos Rahez memecat Anda!" perintah Asisten Frans yang sedang mengawasi pemuda itu untuk membersihkan taman di depan kantor."Tolong, saya jangan dipecat Asisten Frans. Saya akan menata ulang taman ini agar lebih indah lagi.""Buruan kamu kerjakan!""I ... iya, saya akan melakukannya lagi." seru Andra sambil mulai mengerjakannya lagi."Asal Anda, tahu. Taman ini adalah salah satu spot kesukaan istri dari Bos Rahez. Jadi Anda harus mengerjakannya dengan baik. Bahan-bahan juga sudah lengkap. Anda tinggal menatanya kembali. Kalau Anda memang tidak mampu. Jujur saja! Bos Rahez bisa memperkerjakan orang lain yang lebih kompeten di bidangnya!" Asisten Frans lagi-lagi menakut-nakuti Andra."Jangan diganti orang lain, Asisten Frans. Saya akan melakukannya sendiri." sahut Andra.Sudah dua minggu lamanya dia bekerja sebagai tukang kebun di sebuah perusahaan besar itu. Andra terpaksa menerima pekerjaan ini karena bayarannya yang