"Benar, Pak Bos. Nama saya Zemi Rania." ucapnya tegas.Edward yang telah badmood karena kesembilan peserta sebelumnya tidak memenuhi kriteria sebagai calon sekretrisnya. Menjadi malas-malasan untuk mewawancarai peserta terakhir ini.Dia pun terlihat asal-asalan melempar beberapa pertanyaan kepadanya."Tujuan Anda datang ke kantor saya, untuk apa?" tanyanya lagi."Saya ke sini untuk wawancara, Pak Bos. Kebetulan saya adalah peserta terakhir." jawab Zemi tenang."Cih!" cibirnya masih memandang enteng kepada gadis itu.Malah saat ini, Edward asyik memainkan stick golf miliknya. Tentunya sambil melirik ke arah Mark yang berdiri di sudut ruangan itu.Keringat mulai menetes di dahi Mark. Mengisyaratkan jika dia mulai ketakutan. Bagaimana tidak. Perjanjiannya dengan Edward bertambah satu. Jika peserta terakhir wawancara juga ikut gagal, Mark bukan hanya akan kehilangan double bonus untuknya. Akan tetapi, dia juga harus merasakan pukulan stick golf milik Edward yang akan mendarat di kedua kak
Zemi ke luar dari gedung bertingkat itu dengan hati senang. Bagaimana tidak, akhirnya dialah pemenang dalam wawancara hari ini.Dengan hati bahagia, Zemi melangkah menuju ke sebuah mall menemui kedua temannya."Hello, guys! I am here!" ucap Zemi senang, sambil menghampiri mereka."Zemi!" seru Arlyn dan Agnes serentak."Bagaimana hasil wawancara, Lo?" tanya Agnes penasaran dan dibalas anggukan kepala dari Arlyn yang juga ikut penasaran."Aku juga lolos wawancara, sama seperti kalian, guys!" serunya sambil merangkul kedua pundak sahabatnya."Apa?" kaget keduanya."Selamat ya, Zem!" Lalu keduanya tak lupa mengucapkan selamat kepada Zemi, sang sahabat."Wah ... sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan untuk kita, deh!" tutur Agnes."Kita patut merayakannya!" sergah Arlyn."Setuju!" jawab Zemi.Lalu ketiganya pun berpesta es krim ria di pagi itu. Siangnya mereka berkeliling mall sambil cuci mata melihat-lihat barang-barang diskon. Siapa tahu saja ada yang mereka sukai. Waktu makan si
Satu bulan telah berlalu, ketiga sahabat itu sudah bekerja di kantor masing-masing, yang telah menerima mereka sebagai karyawan.Tak ada kendala yang berarti yang mereka dapatkan saat bekerja. Karena ketiganya memang lulusan terbaik di kampusnya. Bahkan terkadang ketiganya acap kali menghabiskan waktu bersama untuk makan siang di mall yang masih berada di kawasan perkantoran itu.ZM Corp,Arlyn, Frans, dan juga pimpinan ZM Corp baru saja selesai mengikuti meeting, bersama para kepala divisi lainnya untuk membahas proyek baru dengan klien, yang berasal dari luar negeri. "Arlyn, Frans. Saya titip kantor kepada kalian berdua." serunya lalu buru-buru meninggalkan tempat itu, dengan wajah yang sangat kusut. Bagaimana tidak, Rahez baru saja mendapatkan kabar dari rumah sakit, jika Oma Rika baru saja dirawat. Penyakit sang Oma kambuh lagi."Asisten Frans, Bos Rahez hendak pergi ke mana? Kok sepertinya buru-buru begitu?" tanya Arlyn, bingung."Oh, Si Bos mau ke rumah sakit. Omanya, Bos Ra
Akhir pekan pun tiba, di Kediaman Wilson tepatnya diPerumahan pondok Indah, Jakarta Selatan.Edward yang biasanya bangun pagi, tapi kali ini sepertinya, dia sedang ingin bermalas-malasan. Biasanya jika weekend telah tiba, Edward akan menghabiskan waktunya untuk bermain golf di Pondok Indah Padang Golf, yang masih berada satu kompleks dengan rumahnya. Namun sepertinya, hari ini dia tidak bisa menepati janjinya.Padahal para sahabatnya dari tadi sibuk meneleponnya secara bergantian. Namun Edward sengaja mengabaikannya dan memilih mendiamkan ponselnya.Bunda Jasmine yang baru saja selesai dengan urusan dapur bersama para ART nya, seketika melirik jam dinding. Waktu telah menunjukkan pukul delapan pagi."Bik, Edward masih belum bangun?" tanyanya kepada salah seorang ART rumahnya."Tuan Edward masih belum ke luar dari kamarnya Nyonya.""Lho, Bik. Kenapa tidak dibangunkan? Bibik kan tahu pagi ini kami akan ke Karawang." Nyonya Jasmine terlihat sedikit kesal dengan ART nya."Sebelumnya ka
"Ponsel gue nggak sengaja jatuh, Nes. Sekarang lagi di tukang servis hp." ucap Don, menjelaskan."Kali-kali saja, Bos Tian menghubungi kita." serunya lagi.Agnes pun mengangguk.Sebenarnya hari ini adalah hari libur bagi seluruh karyawan di kantor AT Corp. Namun karena hal mendesak, Bos Tian menyuruh mereka untuk mengikuti prosesi pemakaman salah seorang rekan bisnis AT Corp.Ponsel Asisten Don, layarnya retak karena terjatuh di lantai kamarnya, saat dirinya hendak mematikan alarm di hp-nya. Alhasil, Don tidak dapat melaporkan semua penyelidikannya tentang gadis misterius yang masih membuat Bos Tian uring-uringan. Terlebih lagi Nyonya Angelina, ibunda dari Bos Tian. Masih saja memaksakan kehendaknya untuk menjodohkan Bos Tian dengan seorang gadis pilihan orang tuanya.Tentu saja Tian tidak mau. Dia telah jujur kepada kedua orang tuanya, jika dirinya telah memiliki calon istri pilihannya sendiri. Walaupun pada kenyataannya, semua masih abu-abu.Kediaman Wilson,Setelah selesai sarapan,
Edward pun mengikuti langkah Bunda Jasmine yang mulai ke luar dari rumah megah itu, menuju ke garasi. Di sana telah ada Mark yang telah stand by menunggu kedatangan keduanya."Apa mobil sudah siap, Mark?" tanya Nyonya Jasmine memastikan jika semua telah beres."Sudah Nyonya. Bensin juga telah terisi penuh alias full tank." serunya bangga."Cih! Sok brithis, Lo!" sindir Edward kepada asistennya."He-he-he. Masih dalam tahap belajar sih, Bos." "Dih, gaya Lo!" ketus Edward.Nyonya Jasmine terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat tingkah keduanya."Edward, Mark! Cukup! Tolong kalian berhenti berdebatnya. Mark ayo, kita segera berangkat." ucap sang ibu lagi."Siap Nyonya! Laksanakan!" Lalu mereka pun masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan, hati Edward menjadi gundah gulana serta gelisah. Dia pun tak tahu penyebabnya. Edward lalu memilih memejamkan matanya untuk menetralisir kegelisahan yang sedang dirinya rasakan.Bunda Jasmine pun melirik ke arah putra bungsunya. Sang ibu t
Edward dengan segera membalikkan badannya, dan mulai mencoba mengejar gadis itu. Dia tidak peduli dengan rintik hujan yang membasahi tubuhnya. Namun sayangnya sang gadis telah lebih dulu masuk ke dalam mobil yang akan membawanya pergi dari tempat itu."Sial! Gue kalah cepat dengannya!" kesal Edward dalam hatinya. Dia pun berdiri terpaku di tengah rintik hujan itu, sambil memandang mobil yang membawa gadis misterius pujaan hatinya, mulai berlalu dan menjauh dari tempat itu.Sementara di dalam mobil Asisten Don yang sedang berada dibelakang kemudi. Dari tadi memperhatikan sosok seorang pemuda tampan yang memperhatikan mobil mereka dari belakang. Dia pun segera bertanya kepada Agnes,"Nes, itu siapa?" serunya."Siapa yang mana, Don?" Agnes malah balik bertanya kepada Asisten Don. Karena dia memang tidak mengerti maksud perkataan dari sang asisten."Tuh ... cowok yang di belakang. Dari tadi dia memandang terus ke arah mobil kita." tutur Don.Lalu Agnes pun menoleh ke belakang, namun karen
Di sebuah toko kue,Zemi sedang mengantri untuk memesan kue ulang tahun untuk Agnes. Dia sudah lebih dari tiga kali berganti ke toko kue. Namun tidak menemukan kue kesukaan sahabatnya. Untung saja di toko keempat, akhirnya Zemi menemukan cake enak itu.Sialnya lagi, Zemi melupakan ponselnya di apartemen. Hal itu juga turut menyulitkannya saat ini. Dia terpaksa harus ke toko kue, satu per satu untuk menanyakan tentang ketersediaan kue favorit sahabatnya.Cheese cake strawberry, demikian nama cake lezat itu. Dengan topping stroberi segar dan full cream, sehingga membuat rasa cake-nya menjadi lebih manis dan asam dengan sedikit sensasi gurih.Akhirnya Zemi berhasil membeli cake itu. Setelah antrian yang cukup panjang. Lalu dia pun melangkah ke luar dari toko itu. Dengan santainya, Zemi berjalan menuju parkiran. Setelah sampai di sana, dia pun mulai membuka pintu mobil di bagian bangku penumpang dan memasukkan cake ulang tahun tadi di dalam mobil. Disaat Zemi hendak menutup kembali pintu
Ketiga keluarga yang bersahabat diantaranya Keluarga Edward dan Agnes, Keluarga Tian dan Arlyn, serta keluarga Rahez dan Zemi telah merencanakan liburan ke Negara Sakura, Jepang tepatnya di Disneyland yang berada di Tokyo.Para ayah muda tersebut, saat ini sedang berkumpul di sebuah kafe untuk membicarakan rencana liburan tiga keluarga."Bro, bagaimana persiapan keluarga Lo dalam rangka rencana liburan kita ke Jepang?" tanya Rahez kepada Edward dan Tian."Keluarga gue aman, Bro. Semua barang-barang telah dipacking dengan baik sama Agnes." sahut Edward."Bagaimana dengan Lo, Tian?""Beres! Semua tinggal berangkat," sahut Tian.Mereka pun merencanakan keberangkatan ke sana, akhir minggu ini.Perjalanan udara dari Jakarta ke Jepang adalah petualangan yang menarik bagi keluarga Arlyn, Tian, Edward, Agnes, Rahez, dan Zemi beserta anak-anak mereka: Harvey, Eva, Isaac, Jacob, Josie, Fritz, dan Leticia. Mereka semua sangat bersemangat untuk menjelajahi keajaiban Disneyland, yang berada di Tok
Hari libur sekolah telah tibaRahez dan Zemi telah berjanji kepada kedua anaknya, Fritz dan Leticia akan membawa mereka ke Taman Safari yang terletak di daerah Puncak Bogor."Fritz, Leticia. Kita berangkat sekarang ke Taman Safari," tutur Papa Rahez kepada kedua anaknya."Hore! Aku sudah nggak sabar, Pa!" Leticia bersorak kegirangan sudah tidak sabar untuk segera sampai di sana."Ayo, Pa! Tunggu apalagi. Kita berangkat sekarang saja. Selagi masih pagi. Ntar semakin siang akan semakin macet." Fritz ikut mengingatkan sang ayah agar segera melajukan mobil.Mama mana? Kok nggak kelihatan?" tanya Papa Rahez kepada kedua anaknya.Lalu dari arah dalam rumah Mama Zemi terlihat sedang melangkah menuju ke tempat mobil berada."Mama, buruan! Nanti kita bisa kena macet!" teriak Leticia kepada sang ibu."Iya, Sayang. Mama memang akan masuk ke dalam mobil." ucap Zemi lalu masuk ke dalam mobil, dan mulai bergabung dengan anggota keluarga lainnya."Baik ... karena semua sudah lengkap. Kita berangkat
Hari ini Harvey dan Eva menerima raport dari sekolah. Mereka sungguh senang karena keduanya mendapatkan nilai yang bagus.Sang ayah pernah berkata jika mereka mendapatkan nilai bagus saat pembagian raport, Papi Tian dan Mami Arlyn akan membawa mereka untuk berjalan-jalan ke Ancol."Harvey, Eva .... Seperti janji Papi jika nilai kalian bagus, Papi akan membawa kalian untuk jalan-jalan ke Ancol. Jadi kita besok ya, kita ke sana." ucapnya kepada kedua putra-putri nya."Hore!" teriak Harvey."Asyik! Jalan-jalan ke Ancol!" Eva juga turut senang saat ini. "Ya sudah, anak-anak. Ayo kalian mandi dulu. Hari sudah sore," tutur Arlyn kepada kedua anaknya."Beres, Mami!" sahut keduanya.Keluarga Arlyn dan Tian sangat bersemangat ketika mereka memutuskan untuk menghabiskan hari istimewa di Sea World Ancol dan Dufan Ancol bersama kedua anak mereka, Harvey dan Eva. Hari itu pastinya akan dipenuhi dengan kebahagiaan dan petualangan yang tak terlupakan.Mereka tiba di Sea World Ancol di pagi cerah
Liburan sekolah telah tiba, Edward dan Agnes pun menghadiahi ketiga anak-anaknya untuk menghabiskan waktu liburan mereka di Pulau Komodo."Daddy! Jadi benar kita akan ke sana?" tanya Isaac tak percaya."So pasti, dong! Kan Daddy sama Mommy sudah janji kepada kalian,"serunya menjawab perkataan anak sulungnya."Dad, di sana kami bisa berenang dan snorkeling?" Kali ini Jacob, si putra kedua yang bertanya."Tentu saja boleh, Jacob. Asalkan kalian melakukan kegiatan di laut atas izin dari Daddy dan Mommy," jawab Edward kepada anak laki-lakinya yang ke dua."Hore .... Aku sudah tidak sabar ingin segera sampai ke sana, Dad!" Si bungsu Josie juga ikut antusias."Ya sudah, kalau begitu kalian bantu Mommy untuk packing," ujar Agnes kepada ketiga anaknya."Siap, Mommy!" jawab ketiganya serentak.Persiapan keluarga Agnes dan Edward untuk perjalanan dari Jakarta ke Pulau Komodo adalah momen yang penuh antusiasme bagi keluarganya.Dengan tiga anak mereka yang bersemangat, Isaac, Jacob, dan Josie, y
Saat siang hari, di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta Selatan,Rahez terlihat sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit, dengan perasaannya yang campur aduk. Dia merasa cemas dan khawatir, akan tetapi juga penuh antusiasme. Sejak beberapa menit yang lalu, Zemi, istrinya telah dibawa ke ruang operasi untuk menjalani prosedur operasi caesar. Mereka akan segera menjadi orangtua untuk pertama kalinya.Saat Rahez sedang menunggu istrinya. Seketika dia mengingat momen-momen indah yang mereka telah lewati bersama selama perjalanan panjang menuju kehamilan ini.Keduanya telah bersiap dan merencanakan semuanya dengan cermat. Mereka ingin memastikan bahwa kelahiran Baby Fritz, berlangsung dengan aman dan baik.Di sisi lain, Rahez merasa sedikit cemas. Operasi caesar adalah tindakan medis yang serius, dan meskipun risiko adalah bagian dari setiap prosedur medis, dia ingin Zemi dan bayi mereka dalam keadaan sehat.Sang pria tak luput untuk berdoa agar semuanya berjalan lancar dan tanpa komplik
Di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta.Tiano Pisceso, suami dari Arlyn Virgolin. Terlihat sangat tegang saat ini. Pasalnya sang istri sedang berjuang di atas meja operasi untuk melahirkan bayi pertama mereka yang sesuai prediksi dokter, bayi dalam kandungan Arlyn itu berjenis kelamin laki-laki.Tian sengaja menunggu di luar karena pria itu tidak sanggup melihat istrinya disayat-sayat perutnya oleh alat-alat kedokteran. Tak berapa lama setelah itu, seorang dokter kandungan ke luar dari ruang operasi. Seraya berkata,"Tuan Tiano Pisceso.""Iya ... saya, dok." jawabnya dengan wajah tenang.Sang dokter segera mengulurkan tangannya kepada Tian dan mengucapkan selamat kepadanya,"Selamat, Tuan Muda. Bayi Anda terlahir sehat dan semua anggota tubuhnya juga lengkap," ucap sang dokter dengan mengulas senyum kepadanya."Keadaan istri saya bagaimana, dok? Apakah Arlyn baik-baik saja? Bisakah saya menemuinya? Saya sangat ingin melihatnya dokter. Terus terang saya sangat khawatir dengan keadaa
Hari ini adalah jadwal Agnes untuk melahirkan anak pertamanya bersama Edward. Sesuai kesepakatan bersama, sang istri akan menjalani operasi caesar.Tak tanggung-tanggung, Edward menyewa satu lantai rumah sakit, untuk menyambut kelahiran putra pertamanya.Para keluarga besar mereka juga turut hadir menunggu Agnes ke luar dari kamar operasi. Edward ikut masuk ke dalam ruang operasi untuk mendampingi istrinya.Agnes dan Edward telah sepakat memberi nama anak laki-laki pertama mereka dengan nama Isaac Connor Award.Tak lupa pemuda itu mengabadikan kelahiran Baby Isaac melalu rekaman video. Edward dari tadi sangat fokus untuk mengabadikan momen mendebarkan itu.Karena perkembangan zaman yang semakin canggih, kurang dari setengah jam Baby Isaac terlahir di dunia.Wajahnya kemerah-merahan, dengan hidung mancung dan rahang yang sangat kokoh seperti ayahnya. Sepertinya delapan puluh persen wajah Baby Isaac mendominasi wajah Edward.Agnes menangis terharu melihat bayi yang berada di dalam rahim
Ternyata para pria mesum itu, berhasil membuat istri mereka hamil yang berjarak beberapa minggu saja. Sepertinya istri-istri mereka akan melahirkan secara berdekatan.Sangat kebetulan juga, para istri saat ini sedang mengandung bayi laki-laki. Ternyata oh ternyata, pria-pria mesum itu memiliki bibit unggul yang sangat bagus sehingga dapat membuat istri-istri mereka hamil dengan berjenis kelamin laki-laki.Namun karena ketakutan mereka jika para istri kesakitan saat melahirkan. Baik Edward, Rahez, dan Tian pun memutuskan agar istri-istri mereka melahirkan secara operasi caesar.Walaupun sebenarnya para istri ingin melahirkan normal. Akan tetapi mereka tidak kuasa untuk menolak permintaan para suami yang suka memaksakan kehendak mereka itu."Baby, hati-hati jalannya!" ucap Edward kepada Agnes."Honey, pelan ya kamu jalannya!" Tian juga ikut khawatir dengan Arlyn."Sayang, satu-satu langkahnya!" Rahez ternyata juga mewanti-wanti Zemi.Sementara ketiga istri mereka terlihat saling pandang
"Andra! Anda belum rapi memangkas tanaman yang itu! Jangan sampai Pak Bos Rahez memecat Anda!" perintah Asisten Frans yang sedang mengawasi pemuda itu untuk membersihkan taman di depan kantor."Tolong, saya jangan dipecat Asisten Frans. Saya akan menata ulang taman ini agar lebih indah lagi.""Buruan kamu kerjakan!""I ... iya, saya akan melakukannya lagi." seru Andra sambil mulai mengerjakannya lagi."Asal Anda, tahu. Taman ini adalah salah satu spot kesukaan istri dari Bos Rahez. Jadi Anda harus mengerjakannya dengan baik. Bahan-bahan juga sudah lengkap. Anda tinggal menatanya kembali. Kalau Anda memang tidak mampu. Jujur saja! Bos Rahez bisa memperkerjakan orang lain yang lebih kompeten di bidangnya!" Asisten Frans lagi-lagi menakut-nakuti Andra."Jangan diganti orang lain, Asisten Frans. Saya akan melakukannya sendiri." sahut Andra.Sudah dua minggu lamanya dia bekerja sebagai tukang kebun di sebuah perusahaan besar itu. Andra terpaksa menerima pekerjaan ini karena bayarannya yang