Chapter 16 Hasrat yang AsingXavier tidak memedulikan Andrea yang tampak cemberut dan bermuka masam saat mengambil selimut dan bantal kemudian naik ke atas sofa, memasang penutup mata yang berbentuk panda kemudian merebahkan tubuhnya.Ekspresi cemberutnya lumayan menggemaskan juga, pikir Xavier yang diam-diam melirik semua gerak-gerik Andrea tanpa satu pun terlewatkan. Ia kembali memfokuskan matanya pada jejeran huruf di buku yang dipegangnya dan setelah tiga puluh menit berlalu Xavier menutup buku kemudian diam-diam melirik Andrea yang meringkuk di sofa. Wanita itu sepertinya sudah terlelap, terlihat dari napasnya yang teratur dan tidak ada pergerakan sama sekali.Bibir Xavier menyunggingkan senyum tipis seraya kepalanya menggeleng pelan. Bisa-bisanya Andrea tertidur dalam hitungan menit, pikirnya. Sementara dirinya setiap malam harus susah payah membuat mayanya lelah barulah dapat memejamkan mata hingga merasa sedikit iri melihat Andrea yang terlihat tidak memiliki beban apa pun
Chapter 17Menjemput Andrea “Xavier, dari mana saja kau?” tanya Jasmine kepada Xavier ketika Xavier muncul di depan ruang kerjanya. Xavier baru datang ke kantornya hampir pukul dua belas dan tidak memberitahu Jasmine jika ia mendampingi kakeknya menghadiri rapat penasihat direksi yang menurutnya membosankan. Kakeknya berbicara panjang lebar dan orang-orang yang hadir di sana hanya menjadi pendengar, tidak satu pun di antara mereka menyanggah atau menyangkal gagasan-gagasan kakeknya yang menurutnya terlalu kuno. Namun, Xavier juga menjadi salah satu orang yang hadir di sana dan hanya diam mendengarkan ocehan kakeknya. Ia terlalu lelah untuk ikut campur, dua malam tidur di sofa membuat tulang punggungnya sepertinya tergeser. Belum lagi otaknya penuh dengan Andrea. Paha mulus wanita itu, kulitnya yang terlihat lembut, dan kaki jenjang itu.Sialan! Hasrat kelelakiannya menguasai otaknya bagai jutaan hiu yang berenang-renang di lautan.Xavier tidak menjawab pertanyaan Jasmine dan langsu
Hola, selamat malam Minggu! Chapter 18Gadis Nakal "Apa kau baik-baik saja?" tanya Neil ketika Andrea datang ke kantin sambil menjinjing boks makanan dengan wajah lusuh dan merengut."Aku ingin makan apa saja yang ingin kumakan, please," erang Andrea hampir putus asa."Ibumu perhatian sekali selalu mengirimkan makan siang, bukankah itu bagus?" ejek Sarah yang duduk di depan Neil. Ia tahu betul makanan itu pasti diatur Xavier. Bagus apanya, menunya terlalu datar sementara dirinya masih ingin makan makanan cepat saji, atau apa saja yang ada di kantin kampus atau bahkan makanan yang ia buat secara asal-asalan sendiri. Bukan makanan yang diatur ahli gizi dan dimasak oleh chef pribadi Xavier dan Andrea melotot kepada Sarah dan sahabatnya itu terkekeh karenanya. Andrea meletakkan kotak makanannya ke atas meja lalu duduk di bangku sebelah Sarah. "Aku bosan dengan makanan di rumah." "Kalau begitu, jangan dimakan," kata Neil dengan lembut."Dibuang? Tidak, aku tidak setuju membuang makana
Chapter 19Menginginkan Andrea Xavier baru pulang dari kantornya dan pria itu mencari keberadaan Andrea yang tidak berada di kamar maupun ruang belajar. Biasanya setiap ia pulang, Andrea selalu berada di kamar sedang duduk membaca buku di atas sofa yang terletak di samping jendela.Beberapa hari ini istrinya menunjukkan keanehan, semacam bukan seperti Andrea yang ia tahu selama menjadi istrinya. Andrea lebih ceria, wanita itu juga sering mengajaknya berbicara sehingga Xavier menduga ada sesuatu yang disembunyikan Andrea dan benar saja saat ia memeriksa CCTV di kediamannya, Xavier mendapati Andrea bermain dengan kucingnya. Bahkan neneknya juga tahu hal itu. Jadi, Xavier hari ini sengaja pulang lebih awal untuk memergoki Andrea bermain kucing. Benar saja istrinya itu tidak berada di kamar maupun ruang baca, Xavier yakin Andrea sedang bermain dengan kucingnya.Di teras belakang ia mendapati Andrea sedang mengelus-elus kucingnya yang berada di pangkuannya dan mendengkur seolah tertidur
Chapter 20Nyonya Rumah "Jasmine, carikan orang yang bisa mendesain interior," kata Xavier pagi itu kepada Jasmine yang sedang menghidangkan kopi di mejanya."Kau mau renovasi rumah?" tanya Jasmine."Kucing Andrea butuh tempat tinggal yang layak.""Kucing? Tunggu, maksudmu Andrea punya kucing?" "Ya. Dia membawa kucingnya ke rumah." Seorang Xavier membiarkan ada hewan di rumahnya? Jasmine tidak menyangka jika Xavier bisa bermurah hati seperti itu. Xavier yang ia kenal terobsesi dengan kebersihan, tidak menyukai binatang, tidak menyukai apa pun selain bekerja dan kebersihan. Bahkan Xavier akan marah hanya dengan melihat satu titik debu di ruang kerjanya, tidak jarang pula petugas kebersihan dipecat hanya karena kesalahan sepele. Seperti debu yang hanya satu titik di ruang kerja Xavier, meja dan kursi yang kurang mengilat, aroma pewangi yang tidak sesuai dengan seleranya, dan alasan-alasan laian yang sebenarnya bisa dimaklumi. "Kau yakin baik-baik saja?" tanya Jasmine. "Maksudku apa
Chapter 21Dihasut Jasmine "Xavier memintaku untuk menemui Andrea," kata Jasmine sambil senyum manis tersungging di bibirnya, menyembunyikan kekesalannya."Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Carlina seraya menatap Jasmine dengan tatatapan datar."Xavier ingin membuat ruangan khusus untuk kucing Andrea," jawab Jasmine tanpa mengurangi senyum manisnya.Carlina menatap Andrea beberapa saat dan tersenyum. "Xavier memang sangat mencintaimu, dia sudah menerima kucingmu dengan baik," katanya pada Andrea.Jasmine merasakan darahnya menggelegak mendengar apa yang barusan Carlina katakan, jika benar Xavier semudah itu menerima kucing Andrea, pastilah ada sesuatu antara Xavier dan Andrea yang tidak bisa dibilang biasa. Tetapi , Jasmine mempertahankan ketenangannya dengan cara yang mungkin hanya dimiliki olehnya."Carlina benar, Xavier sangat mencintaimu, Andrea. Dia berusaha melakukan apa saja asal kau bahagia di sini," kata Jasmine seraya menatap Andrea dan tersenyum manis.Andrea ingin tert
Chapter 22Memeluk Xavier Andrea dan Carlina kembali dari berbelanja kebutuhan dapur, keduanya langsung pergi ke dapur, beberapa orang pelayan mulai membongkar hasil belanjaan Carlina dan Andrea sementara Carlina berbicara dengan juru masak untuk mengatur menu makan malam."Sayang, bisa kita bicara sebentar?" tanya Xavier yang berdiri di ambang pintu dapur kotor.Andrea yang sedang mencuci tangannya menoleh dan mendapati ekspresi datar Xavier, ia segera mematikan kran air lalu mengeringkan tangannya kemudian mendekati Xavier.Xavier berjalan menuju ruang baca dan Andrea mengikutinya, tiba di sana Xavier menutup pintu ruang baca dan berdiri, menatap Andrea dengan dingin dan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya."Lain kali tidak perlu repot-repot pergi ke supermarket," kata Xavier dengan nada dingin. "Carlina mengajakku dan kebetulan aku sedang tidak ada kelas," kata Andrea dengan riang. "Rasanya sangat menyenangkan bisa berbelanja sambil mengobrol bersama nenekmu, dia benar
Chapter 23Tidur Bersama Xavier Ketika terbangun Xavier mendapati Andrea tidur di sampingnya dan tangannya menggenggam tangan Xavier, Xavier hendak menjauhkan tangannya dari tangan Andrea, tetapi ia urung melakukannya. Dipandanginya wajah Andrea, wanita yang entah dari mana datangnya itu memiliki paras yang cantik, alis yang menaungi matanya tebal dan indah. Hidungnya lancip dan memiliki bibir yang sensual, kulit wajahnya juga halus dan bersih tanpa bintik-bintik cokelat. Bibir Xavier mengulas senyum tipis, tidak dipungkiri jika dirinya mengagumi paras Andrea, tetapi juga iba terhadap nasib Andrea. Ia telah menyelidiki latar belakang Andrea siang tadi dan menemukan fakta yang mencengangkan yaitu Andrea adalah saudara tiri Jasmine. Entah apa motif keduanya sehingga Andrea dan Jasmine bersandiwara bahwa mereka berdua hanyalah kenalan dan membuat cerita jika Andrea berasal dari panti asuhan. Tetapi, setelah memperhatikan Andrea selama hampir dua Minggu, Xavier bertanya-tanya. Tekanan
ENDAndrea melepaskan sepasang anting berlian yang melekat di telinganya, ia baru saja selesai melakukan foto untuk praweding yang bertemakan foto outdoor. Meskipun tema foto adalah outdoor sebenarnya Xavier dan Andrea mengambil foto tersebut di taman mansion tempat tinggal mereka. Menurut Andrea pengambilan foto di taman kediaman mereka lebih menghemat waktu sehingga ia dan Xavier tidak harus menyisihkan banyak waktu hanya untuk mendapatkan beberapa jepretan foto. “Apa kau perlu bantuanku?” tanya Xavier seraya memasukkan ponsel ke dalam saku celananya lalu melangkah mendekati Andrea. Ia baru saja selesai berbicara dengan sekretarisnya. Andrea tersenyum. “Bukankah kau harus segera pergi ke kantor?” “Masih ada empat puluh lima menit lagi sebelum pertemuan.” “Kau seharusnya memberikan contoh sebagai bos yang baik,” kata Andrea dan menatap Xavier dengan tatapan menggoda.“Aku lebih senang bersama istriku dibanding datang lebih awal untuk rapat yang membosankan itu.” Xavier menarik pi
Chapter 37Fakta yang TerkuakXavier tidak menggubris pertanyaan Jasmine, ia melangkah melewati Jasmine menghampiri Andrea kemudian mengulurkan tangannya kepada Andrea.“Ayo pulang,” kata Xavier dengan begitu tenang.Andrea terlihat ragu-ragu, tetapi akhirnya menerima uluran tangan Xavier dan mereka pun berjalan melewati Jasmine yang masih berdiri terpaku di tempatnya. Tiba-tiba Xavier berhenti. “Jasmine, kuharap kau tahu posisimu,” kata Xavier dengan nada sangat dingin. “Di antara kita tidak pernah ada hubungan apa pun selain urusan pekerjaan.” “Aku tidak mengerti maksudmu,” kata Jasmine dengan sangat tenang.“Aku mendengar semua percakapan kalian tadi.” “Aku tidak bermaksud buruk, aku hanya bermaksud untuk melindungimu.” “Aku bisa menjaga diriku.”“Semua yang kulakukan adalah untuk melindungimu dari wanita yang mungkin hanya mengincar kekayaanmu saja.”“Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu,” kata Xavier Lalu kembali melangkah meninggalkan Jasmine. Mereka menuju pintu keluar rest
Chapter 36Mencintai IstrikuAndrea berdiri di samping Xavier, menggamit lengan pria itu memasuki pesta di sebuah restoran di tengah kota Los Angeles. Ia mengenakan gaun berwarna hitam panjang dengan potongan leher asimetris dari desainer ternama, Andrea memilih gaun itu karena menimbang modelnya tidak terlalu terbuka di bagian leher.Baru saja mereka tiba di dalam ruangan VIP restoran, pandangan Andrea tertuju pada Jasmine yang duduk di samping seorang pria tua. Andrea menebak pria itu adalah tuan Lane, ayah Jasmine. Di ruangan itu ada empat orang, seorang pria berambut putih bangkit dari duduknya menyambut kedatangan Xavier dengan ramah. Pria itu adalah rekan bisnis yang Xavier maksud dan seorang wanita seusia Jasmine yang juga berada di sana mungkin putrinya, terlihat dari penampilannya yang mengenakan pakaian yang tidak sederhana dan tidak juga formal. “Silakan duduk, Tuan Muda Xarxas,” kata Mr. Sheldon, pria berambut putih dan Xavier menarik sebuah kursi di samping Jasmine untu
Chapter 35Sebuah Fakta Andrea berdiri di balkon rumah sakit seraya berpikir jika analisa Sarah pastilah salah, ia tidak mungkin jatuh cinta pada Xavier meskipun ia tidak menampik jika Xavier memiliki paras rupawan dan daya tarik yang luar biasa. Wanita mana yang bisa menolak daya tarik Xavier? Apalagi di samping memiliki wajah rupawan Xavier juga pewaris satu-satunya kekayaan keluarga Xarxas yang menjadi nilai plus bagi pria itu. Andrea mencoba berpikir jernih. Xavier adalah pria yang bekerja sama dengan Jasmine, pria yang membuatnya terjerat dalam pernikahan yang tidak direncanakan, dan ingin membuatnya menjadi mesin pencetak anak untuk keluarga Xarsas sehingga dengan kesadaran itu sangat mustahil menurut Andrea kalau dirinya sampai jatuh cinta pada Xavier. Jika dirinya dan Xavier begitu akrab dan intim, menurutnya itu adalah hal yang mengalir begitu saja karena telah terbiasa dengan keberadaan satu sama lain selama ini. Tetapi, benarkah murni karena terbiasa dengan keberadaan Xa
Chapter 34Jatuh Cinta Andrea terkejut manakala mendapati ibunya, Lilian Lane berdiri di depan konter ruangan staf kesehatan. “Andrea, bisa kita bicara sebentar?” kata Lilian. Andre menyapukan pandangan ke sekitar dan beberapa orang perawat ada di sana, ingin sekali mengusir Lilian tetapi seperti mustahil hingga akhirnya Andrea mengangguk dan menyusul langkah Lilian. “Bagaimana kabarmu, Sayang?” tanya Lilian ketika mereka tiba di pojok lorong yang sepi. “Ada apa?” tanya Andrea malas. Ia menduga kedatangan ibunya ada kaitannya dengan Jasmine. Lilian tersenyum menatap Andrea. “Bagaimana hubunganmu dengan Xavier?” “Hubunganku dan Xavier cukup baik.” “Baguslah, dan kuharap kalian tidak perlu bercerai.” “Kau sudah pernah mengatakannya.” “Aku serius,” kata Lilian sembari memindahkan tas di tangan kirinya ke tangan kanan.Andrea menatap ibunya dan tas mahalnya lalu tersenyum sinis. “Demi kepentinganmu? Kau tidak akan mendapatkan apa-apa dari ini. jangan bermimpi.” “Aku memang bers
Chapter 33Ciuman Rasa Kopi Andrea tidak mengejawantahkan perintah Xavier, ia justru membalas tatapan Xavier, sementara debaran di jantungnya semakin kuat. Rasa hangat melingkupinya, getaran-getaran aneh menjalari seluruh tubuhnya bagaikan sengatan listrik. Ia belum pernah merasakan perasaan aneh seperti itu sebelumnya, terhadap siapa pun. Apakah karena jaraknya terlalu dekat dengan Xavier sehingga perasaan asing itu muncul? Andrea berusaha menemukan jawabannya secepat mungkin tetapi ia tidak mendapatkannya hingga bibir Xavier telah mendarat di bibirnya dan ia menerima ciuman Xavier. Membalasnya seperti Xavier menciuminya.Andrea perlahan menutup matanya, menikmati ciuman Xavier yang beraroma kopi. Tangannya mencengkeram kaus yang Xavier kenakan saat lidah Xavier membelai lidahnya, kenikmatan menjalari tubuhnya. Andrea semakin kuat mencengkeram kaus yang dikenakan Xavier.Sementara Xavier menahan tengkuk Andrea dengan satu tangannya lalu memindahkan satu tangan Andrea ke pinggangnya
Chapter 32Kopi & GulaMalamnya Xavier duduk di depan Andrea terpisahkan meja menatap Andrea yang serius menatap layar MacBook dan sesekali wanita itu menguap. “Kau sudah menguap beberapa kali, sebaiknya kau tidur,” kata Xavier dengan lembut. “Aku harus menyelesaikan laporan ini,” kata Andrea tanpa menoleh kepada Xavier. “Apa tidak bisa dikerjakan besok pagi?” “Aku tidak bisa tidur nyenyak jika ini belum selesai,” jawab Andrea seperti menggerutu. Xavier tersenyum lalu bangkit dari duduknya, pria itu kemudian kembali dengan dua cangkir kopi di tangannya. “Aku akan menemanimu bergadang,” kata Xavier seraya meletakkan secangkir kopi di tangannya di depan Andrea.Andrea mendongak dan tersenyum. “Terima kasih,” ucapnya lalu mengangkat cangkir kopi dan mendekatkan ke bibirnya. “Hati-hati, panas,” ucap Xavier. Andrea meniup kopinya beberapa kali lalu menyeruputnya, seketika rasanya pahit menyebar di mulutnya. Ia menjauhkan cangkir kopi dari bibirnya dan menatap Xavier untuk melayangk
Chapter 31Mencintai Pria lainXavier dan Andrea keluar dari lift, telapak tangan Andrea digenggam oleh Xavier membuat beberapa orang sekretaris Xavier yang berada di depan ruang kerja Xavier menatap kedua orang itu penuh tanda tanya. Bos mereka yang dingin, kaku, angkuh, gila kebersihan, dan irit bicara datang ke kantor dengan seorang wanita asing dan bergandengan tangan.Tidak pernah terpikirkan oleh mereka, Xavier begitu dekat dengan seorang wanita selain Jasmine karena selama ini hanya ada Jasmine, satu-satunya wanita yang ada di sisi Xavier dan seluruh staf kantor mengetahui hal itu. Nyatanya ada wanita lain yang kelihatannya telah mengambil hati bos mereka dan wanita itu terlihat lebih muda dibandingkan dengan Jasmine dan dari segi penampilan terlihat lebih sederhana dari Jasmine membuat mata yang melihat semakin bertanya-tanya siapa wanita yang bisa menaklukkan hati bos mereka."Lucas, batalkan semua jadwalku siang ini," kata Xavier. Lucas mengangguk dengan hormat. "Baik, Sir.
Chapter 30Ciuman di Lift Sudah tiga hari Jasmine mengamati Xavier dan merasa ada sesuatu yang aneh dari pria itu, Xavier yang dulu selalu makan siang dengan makanan yang dimasak khusus oleh juru masak profesional pribadinya kini lebih sering makan siang di luar dan Xavier tidak meminta rekomendasi tempat makan lagi darinya. “Kau melamun lagi, Nona Lane,” kata Lucas seraya meletakkan cangkir berisi kopi di mejanya. Jasmine mengalihkan pandangannya kepada Lucas dengan malas. “Apa kau bisa Tidak mengomentariku?” “Aku mengkhawatirkanmu yang akhir-akhir ini sering tidak fokus, tadi di ruang rapat juga kau seperti tidak biasanya. Kusarankan kau mengambil cuti beberapa hari untuk beristirahat merelaksasikan diri,” kata Lucas dengan nada serius. Terakhir dirinya cuti adalah saat Natal dan tahun baru, sekarang musim panas hampir berakhir. Itu berarti dirinya hampir satu tahun belum mengambil cuti. Namun, yang diinginkan hanya berada di samping Xavier dan selalu berada di dalam lingkara