Seminggu telah berlalu, Hera masih tinggal di rumah ayahnya. Setiap dua hari sekali, agar tidak curiga,King menelpon ayah mertuanya dan mengabari jika ia masih berada di luar kota. Setelah itu ia tidak lupamengirim pesan kepada Hera untuk mengabarinya juga. Namun King tidak tau apakah Hera membaca pesannya atau tidak, karena istrinya itu mematikan semua notifikasi di ponselnya. Sudah seminggu juga, Hera tidak pernah masuk kantor, teman-teman kantornya juga tidak ada yang berani mengusiknya. Ternyata semua sudah dikondisikan oleh King, agar Hera dapat beristirahat di rumah dengan mengajukan cuti untuk istrinya itu. King selalu menghubungi Ewan untuk menanyakan kabar istrinya, takjarang Ewan juga mengirimkan beberapa foto Hera yang ia ambil secara diam-diam lalu ia kirimkan kepada kakak iparnya yang sedang dilanda rindu berat kepada istrinya.
"Ma..maksud mami apa?" Hera pura-pura bingung. Nyonya Yesi mengetahui kebimbangan Hera, ia segera meraih tangan Sang Menantu, memberi kekuatan kepadanya. "Mami sudah tau semua, anak mami yang keras kepala itu sudah menceritakan semuanya kepada papi dan mami," ujarnya lemah lembut. "Ma..maafkan aku mi.., aku.., aku..," Hera seketika tidak dapat berkata-kata, ia mulai menitikkan air matanya. Nyonya Yesi segeramenarik menantunya itu dalam pelukannya. "Mami tidak menyalahkanmu sayang.., yang kamu lakukan itu benar, kita tidak boleh memaksakan kehendak sesuka hati kita kepada orang lain," Hera semakin terisak dipelukan Sang Ibu Mertua. Setelah sekian lama, ia baru merasakan kehangatan seorang ibu. "Mami sangat berharap suatu saat kamu mau memaafkan kesalahan anak mami yang keras kepala itu..," Hera memilih diam dan tidak menanggapi perkataan ibu mer
"Apaan sih papi dan mami? kok jadi mengusirku seperti ini? aku ini anak kalian mi.., pi..," ujarnya memelas. "Kamu salah! Hera juga sudah menjadi anak kami mulai saat ini, jadi siapapun yang ingin mencoba menyakitinya lagi, akan berhadapan dengan mami!" tegas nyonya Yesi. Dengan berat hati King pun meninggalkan rumah orang tuanya, sebenarnya ia tidak mau tetapi karena kedua orang tuanya terus-terusan mengusirnya, terpaksa ia pun keluar dari rumah itu. Sambil menggerutu ia berjalan menuju mobilnya, "sebenarnya yang anak mereka siapa sih? kok jadi malah aku yang diusir?" tanyanya dalam hati. Ia pun berniat untuk kembali ke apartemennya. Namun sebelumnya, ia menghubungi Juyan untuk menjual kembali apartemen yang baru saja selesai itu, karena di tempat itulah, ia melakukan pemaksaan kepada Sang Istri yang pastinya akan menyisakan rasa trauma di hati istrinya.
Riuh suara peserta meeting bersahut-sahutan di ruangan itu. Sementara Juyan segera berlari mengejar King yang tak terlihat lagi, ia bagai melihat hantu sampai secepat itu menghilangnya. Hera kembali duduk dengan santai tidak mempedulikan ocehan-ocehan karyawan lain yang bertanya-tanya kenapa Sang CEO bisa berubah secepat itu yang tadinya marah-marah, namun tiba-tiba secepat kilat mengatakan jika rapat dibubarkan. "Jangan-jangan tuan King kesambet kali.., karena marah-marah terus, atau bisa saja ia melihat penampakan tepat di depan matanya makanya ia langsung kabur," beberapa orang tampak mulai menggosipkan King. Sementara sekretaris Wina mengambil alih meeting itu dan mengumumkan, meeting ditunda sampai dua Minggu berikutnya. "Hera, bukannya tadi, tuan CEO pergi dari ruang meeting saat lo berdiri kan?" seru Amel, rekan kerjanya.  
"Dok, sejak kapan anak saya mengalami penyakit itu?" tanya nyonya Yesi. "Hal itu terjadi sejak lima tahun lalu, biasanya saya meresepkan obat tidur kepadanya, namun belakangan ini, penggunaan obat tidur itu sudah saya hentikan mengingat bahaya yang mungkin akan terjadi ke depannya," nyonya Yesi kembali terkejut saat mengetahui sudah selama itu King menderita. Hera memilih diam dan menyimak semua penjelasan dari dokter. "Apakah nyonya baru mengetahuinya?" nyonya Yesi mengangguk. Tebakan dokter Jansen ternyata benar. Selama ini King menutupi penyakit insomnianya. Sebenarnya, dokter Jansen ingin mengatakan yang sesungguhnya kepada ibunda King, jika gangguan tidur itu mulai terjadi saat gadis yang disukai olehnya pergi untuk selamanya. Namun ia juga harus menjaga privasi si pasien. Untuk itu ia ingin berkonsultasi dulu dengan King saat ia sudah siuman nanti.
Hera melihat jika King sudah melepas infusnya, mau tidak mau ia pun mengulurkan tangannya, dengan cepat King meraih tangan istrinya dan mengecupnya lama sambil mengucapkan kata maaf berulang-ulang. Hera berdiri bagai patung saat dengan cepat King memeluknya, ia diam mencoba mengalahkan ketakutannya, keringat mulai bercucuran di dahinya, ia benar-benar menderita saat ini. Namun ia tidak bisa membiarkan ini terus terjadi, "ma..mas.., lepas.., kamu menyakitiku..," lirihnya. King seakan tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan, ia lalu mulai mengendurkan pelukannya. "Maafkan aku sayang.., aku terlalu merindukanmu..," lagi-lagi hati Hera serasa teriris belati saat mengetahui suaminya yang masih menyimpan gadis lain di hatinya, masih bisa mengatakan merindukannya. Ia kembali menuntun suaminya ke atas ranjang, infusnya kembali terpasang setelah sebelumnya Hera berjanji tidak akan
"Terima kasih sayang..," King merasa sangat senang karena istrinya lagi-lagimau menuruti permintaannya. Ia sengaja meminta Hera memandikannya,ia ingin pamer dengan tubuhnya yang atletis, selain ituia juga ingin Hera tertarik dengan godaan tubuhnya yang seksi. Hera mulaimenyalakan shower yang sudah di setel denganmode air hangat. King duduk di kursi dan menutupi torpedonya dengan handuk kecil. "Ma..mas, aku mulai ya, memandikan mas," ujarnya masih gugup. "Ok kamu mulai saja, oh ya sayang.., kamu bisa nggak sekalian membantuku untuk mencuci rambutku? aku merasa gerah saat ini. "Ba..baiklah mas," Hera mulai membasahi tubuh King dengan air shower, ia juga membasahi rambut King. Setelah itu ia mulai menyabuni tubuh suaminya, dan mengusap-usapnya dengan tangannya. Untuk pertama kalinya Hera
Mereka akhirnya sampai ke kamar, King menutup pintu dengan keras. "Kamu ngapain sih bertemu dengan Leo? kamu kan sudah tau sendiri dia itu suka banget mengganggumu, kamu kenapa menuruti permintaannya, kamu itu harus sadar diri! kamu itu wanita bersuami! apalagi rumah sakit ini milik papi! bagaimana kalau orang-orang tau menantu pemilik rumah sakit asyik berduaan dengan dokter mesum! seharusnya kamu tau semua resiko itu!" bentaknya berkali-kali. Hera mulai terisak, ia sangat takut jika King sedang marah. Tangisannyasemakin menjadi-jadi. "Ma..maafkan aku mas..,maafkan aku..," King menjadi terenyuh melihat istrinya yang terus menangis, ia pun berkata, "sayang..., aku juga minta maaf sudah membentakmu..," ia lalu menarik tubuh istrinya danmembawanya dalam pelukannya. Hera menangis sejadi-jadinya dalan pelukan King, entah mengapa ia merasa nyaman berada dalam pelukan Sang Suami.
Lui langsung mencari sang mommy. "Selamat sore jagoan Opa?" sapa tuan Roland kepada cucunya. "Oma, Mommy kemana,kok nggak kelihatan?" ia bukannya membalas sapaan kakeknya. Ia malah menanyakan keberadaan sang mommy. Jadinya tuan Luther menjadi terbengong-bengong dengan sikap cucunya itu. Sifat Lui bertolak belakang dengan sifat kakaknya Kiran yang menyapa kedua kakek dan neneknya dengan semangat. "Welcome home.., Oma, Opa," ucap Kiran lalu memeluk keduanya. "Lui.., kamu nggak kangen sama Oma?" Nyonya Yesi pura-pura sedih. Ia sangat tau kelemahan cucunya. "Tentu saja, Lui kangen Oma," ujarnya lalu memeluk omanya dengan erat. Namun ia tidak mau memeluk opanya. "Opa jangan sedih ya, sini main sama aku saja," Kiran mengetahui raut kesedihan di&n
Empattahun kemudian,"Kiran.., anak Daddy, Where are youbaby..," ucap King yang mulai mencari keberadaan anak sulungnya itu di setiap ruangan dalam rumahnya, karena tadi ia sengaja mampir ke sekolah anaknya untuk menjemputnya, namun gurunya mengatakan jika si anak sudah dijemput duluan oleh seseorang.Jelas saja ia sangat kuatir karena Bu Gurunya kurang kenal dengan orang itu, ia hanya berkata jika ia adalah sopir keluarga Elwood.Ditambah lagi, istrinya Hera sedang ngambek dengannya sudah dua hari ini. Semua gara-gara putranya yang lahir setelah dua tahun Kiran hadir dalam kehidupan mereka.Lui Putra Elwood, demikian nama putra mereka. Walaupun Luimasih berumur 2 tahun namun tingkahnya seperti anak yang berumur lima tahun, ia sering kali menjalihi King.Satu persatu King menyebut nama-nama orang yang ada di rumahnya. Namun tidak ad
"Sayang.., pelan aduh..," King merasa sangat kesakitan karena untuk kesekiankalimya Hera menancapkan kuku-kukunya dilengan King.Saat ini Hera sedang berjuang di ruang persalinan untuk melahirkan bayi pertama mereka.King yang sok jago,melarang mami Yesi dan mama Lisma untuk menemaninya masuk ke ruang bersalin. Alhasil ia yang menjadi bulan-bulanan istrinya yang sedang berjuang melahirkan bayi mereka.Hera terlihat menahan rasa sakit yang teramat sangat, namun bibirnya sama sekali tak mengeluh, hanya sorot matanya yang mengeluarkan banyak air mata, mengisyaratkan rasa sakit yang mendalam."Sayang.., semangat baby, kamu pasti bisa!" King mencoba menyemangati Hera, ia juga menyeka keringat yangsudah bercampur air mata di wajah istrinya."Bu Hera, sekali lagi kita coba, kepala si kecil sudah mulai nongol nih, tarik napas dalam-dalam, l
Beberapa bulan kemudian,"Sayang.., i'm home baby.., where are you?" ucap King setengah berteriak mencari keberadaan istrinya di dalam kamar."Aku disini mas," jawab Hera yang baru saja selesai mandi."Kamu baru selesai mandi sayang? ayo buruan, aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar King lagi."Lho mas, bukannya pagi ini kamu akan menghadiri meeting penting?" seru Hera bingung. Soalnya mami Yesi mengatakan jika suaminya sangat sibuk hari ini jadi, ibu mertuanya yang akanmenggantikan King untuk mengantarkannya ke rumah sakit."Sayang.., yang terpenting bagiku saat ini hanya kamu dan bayi kita, yang lain mah.., lewat! lagian kamu nggak usah kuatir ada dua tim kuat yang ikut mendukung suksesnya perusahaan kita," jelas King kepada istrinya."Maksud mas, tim kuat yang bagaimana sih?"
Pagi hari pukul enam, Hera terbangun dan merasakan badannya terasa capek. Ia melihat sekelilingnya, "aku ada dimana?" gumamnya dalam hati.Ia lalu mengitari pandangannya di dalam ruangan itu. Akhirnya ia tau jika ia sedang berada di dalam rumah sakit.Tangannya juga telah di infus, ia lalu mengingat bayi di dalam kandungannya."Bayiku.., apakah kamu baik-baik saja nak?" Hera mulai terisak, dan menangis tersedu-sedu. Tuan Roland danNyonya Yesi yang sedang menjaga Hera seketika terbagun dari sofa yang mereka tiduri."Pi.., Hera sudah sadar! segera hubungi dokter!" pinta nyonya Yesi kepada suaminya.Sementara ia sendiri menghampiri ranjang tempat Hera terbaring."Ra.., kamu sudah bangun?" sapa nyonya Yesi lembut."Mi.., bayiku mi.., bayiku bagaimana mi?" isaknya lagi."Kamu tenang ya Ra, cucu mami
Juyan yang baru saja mendapat laporan dari Jonas, jika Hera saat ini di rawat di sebuahrumah sakit, segera membawa King menuju rumah sakit dimana Hera sedang dirawat.Sepanjang perjalanan King mencoba terus mengumpulkan kesadarannya. Ternyata pengaruh wine yang ia minumtadi mulai bereaksi.Sesampai di rumah sakit, ia langsung menerobos masuk ke dalam ruangan unit gawat darurat, ia tidak peduli lagi jika beberapa perawat menghalangi jalannya.Ia melihat istrinya yang terbaring tidak sadarkan diri, dengan wajah pucat dan infus yang terpasang di tangannya.Ia lalu menggenggam tangan istrinya sambil menangisia berkata, "Ra.., kamu kenapa sayang? maafkan aku, bangun baby.., maafkan aku..," lirihnya."Dokter bagaimana keadaan istri saya?" tanyanya kepada dokter yang bertugas di UGD saat itu."Kondisi pasien saat ini
Sepanjang malam King terus mengitari jalanan kota Jakarta malam itu, namun ia tidak dapat menemukan jejak istrinya Juyan yang merasa kasihan dengan bosnya dari tadi tetap setiap mengikuti mobil King kemana pun ia pergi. Sementara itu, di sebuah apartemen, Hera tak henti-hentinya menangis. Berbagai cara dilakukan oleh Fred agar Hera berhenti untuk menangis namun sama sekali tidak berhasil. "Sudahlah Ra, untuk apa kamu menangisi suamimu yang tidak becus itu! itu hanya akan membuang-buang energimu, sudahlah lupakan saja masalah itu, anggap saja semua hanyalahangin lalu!" Fred bukannya membuat Hera tenang malah yang ia lakukan semakin memprovokasi Hera. "Kurang ajar lo,King! semua ini gara-gara lo! tunggu saja pembalasanku!" Fred mengeraskan rahangnya saat ini. Ia lalu
"Saya baru dapat kabar, dari seorang pengintai,jika Hera terlihat bersama Fred," Jonas segera memperlihatkan ponselnya yang menampilkan Hera dan Fred yang terlihat masuk ke dalam sebuah mobil. "Bajingan! jadi lo kerjasama dengan dengannya?!"dengan cepat King melayangkan tinjunya ke wajah Jonas. "Jo..nas..," Amel berteriak histeris dan segera menghampiri Jonas yang terjatuh di lantai karena mendapat serangan tiba-tiba dari King. "Lo pikir gue nggak tau, jika bokap lo yang menghancurkan perusahaan ayah Tobi?" Juyan terlihat menahan King yang ingin kembali menghajar Jonas. Jonas terlihat meringis kesakitan, lalu bangkit dari lantai dan mencoba untuk berdiri dibantu oleh Amel. Ia mulai berkata, "gue sama sekali tidak tau-menahu tentang rencana Fred untuk menculik Hera! dan mengenai perusahaan ayahnya Hera
Sarah terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya karena Jodi juga ikut-ikutan menatapnya penuh emosi saat ia melihat foto Sarah yang memeluk King.Hatinya merasa marah karena diam-diam Sarah mulai menarik perhatiannya. Dan ia sudah bertekad untuk lebih mengenalnya. Namun lagi-lagi ia harus menelan rasa kecewa karena cinta karena Sarah ternyata bukan gadis baik-baik."Itu semua tidak benar, semua ini hanya salah paham, aku.., aku.. bisa menjelaskannya..," lirihnya sambil mulai menangis.Sarah tiba-tibamenyesal telah memeluk King saat itu. Ia tidak menyangka jika ada orang yang akan diam-diam mengambil beberapa fotonya dengan King.Awalnya memang niat Sarah masuk ke perusahaan King untuk merayunya dan mengacaukan pernikahannya dengan Hera.Namun seiring berjalannya waktu, King yang menugaskannya menjadi sekretaris Jodi telah merubah segalanya.