Juyan segera menghubungi dokter Leo. Dokter tersebut saat ini sedang berada dalam perjalanan. King segera membaringkan tubuh Hera diatas kasur. Ia menepuk-nepuk pipi Hera. "Kulitnya sangat halus," gumamnya dalam hati. Ia memandangi sekujur tubuh Hera, ada yang serasa menggelitik di balik celananya. "Shit! ada apa denganku?" Hanya dengan memandang wajahnya saja senjata pamungkas King yang sudah lama tertidur, kembali tegak bediri, torpedonya seakan sesak dan siap untuk meluncurkan beberapa tembakan maha dahsyat yang sudah lama terpendam. King buru-buru melepas tangannya yang sedang mengelus pipi Hera. Bersamaan dengan itu dokter Leo sampai. Ia segera memerintahkan dokter Leo untuk memeriksanya. Disaat dokter Leo ingin memeriksa Hera, ia memegang pergelangan tangannya untuk memeriksa denyut nadinya. Namun tanpa di duga King menepis tangan dokter Leo sambil berkata "hei, Apa yang anda lakukan! Berani
King segera masuk ke dalam kamar dan bertanya kepada dokter Yuna, "mengapa dia menangis?" King bingung melihat Hera menangis dan meringis sakit. Dokter Yuna terlihat mengoles ngoleskan kapas alkohol di lengan Hera yang sudah di tusuk oleh jarum infus. Dokter Yuna menjelaskan kepada King jika cairan infus berisi nutrisi ini memang menyebabkan rasa nyeri saat mengaliri pembuluh darah, salah satu cara untuk meringankan rasa nyeri dengan mengoles ngoleskan kapas alkohol. "Dokter, Bisakah infusnya dilepas saja?" Hera benar-benar tidak dapat menahannya lagi. King mengangguk tanda setuju dengannya. Dokter Yuna melihat jika cairan infus tersebut sudah setengah masuk ke dalam tubuh Hera. "Baiklah nona, saya akan melepasnya tetapi sebelumnya saya ingin bertanya terlebih dahulu, apakah anda sering pingsan seperti ini?" Hera menjawab jika saat ini adalah pertama kalinya ia pingsan.
Hidangan untuk lunch telah tersedia diatas meja, saat ini King dan Hera sedang menikmati makan siang mereka, King menyodorkan beberapa macam lauk di atas piringnya, membuat piringnya penuh menggunung, ia bingung bagaimana cara menghabiskan semua hidangan ini, namun karena intimidasi dari King, ia harus menghabiskan semua makanan itu. Pelan-pelan, Hera mencoba menghabiskan semua hidangan yang terisi dalam piringnya. Setelah selesai makan, King menyodorkan kembali vitamin yang harus diminum oleh Hera. "Ini juga terakhir kalinya gue lihat lo sakit! gue nggak suka perempuan lemah dan penyakitan, apa lo mengerti?" King menatap tajam ke arah Hera. "Ba..baik tuan." Ujarnya kaku. Juyan yang mendengar semua perkataan King, semakin yakin jika rencananya ini akan berhasil, apalagi dukungan dari dokter Leo yang berpura pura menyukai Hera, dan ia juga harus memberi perhatian lebih kepada Hera untuk meman
Entah mengapa ada perasaan gelisah yang dialami King, saat Juyan dan Hera berlama-lama di dalam kamar. Keduanya pun keluar dari kamar. Masih terlihat Hera yang kaku berada di dekat King. Ia merasa tidak nyaman saat ini karena tatapan King yang sangat tajam mengarah kepadanya. Tanpa mengucapkan satu kata pun dari bibirnya. "Kenapa dia memandangku seperti itu? seharusnya ia mengatakan jika aku punya salah, jangan malah diam seperti ini," gumamnya dalam hati. Juyan memecah kesunyian dengan berpamitan kepada keduanya dan mengingatkan Hera untuk bersiap-siap karena jam 7 malam nanti, ia dan King akan bertemu dengan kedua orang tuanya. Sepeninggal Juyan, Hera semakin takut karena King masih terus menatapnya dengan sinis. "Hei, kenapa lo masih berdiam diri disitu, rapikan tempat ini! ingat perjanjian pra
Dengan kasar, King menhempaskan tubuh Hera ke tempat tidur. Ia lalu membuka lemari dan melihat jika semua gaun yang ada di lemari itu modelnya sama semua,mengekspos bagian dada dan punggung. "Sialan! Kenapa semua baju-baju ini kekurangan bahan?" Ia mengambil semua gaun-gaun itu dan melemparkannya di bawah lantai kamar. "Tunggu disini, dan jangan mencoba untuk keluar dari kamar!"King berlalu dari kamar Hera dan mengunci istrinya itu di dalam kamar.Seolah-olah Hera ingin melarikan diri. Hera yang shock dengan sikap King yang tiba-tiba marah kepadanya, hanya mampu bersedih dan mencoba mengikuti semua keinginan suaminya itu. Sekitar setengah jam ia menunggu King datang. Ia memanfaatkan waktu untuk merapikan kembali gaun-gaun yang berserakan di lantai kamar dan kembali memasukkannya ke dalam le
King tiba-tiba tercengang saat ia bisa mencapai pelepasannya hanya dengan membayangkan tubuh istrinya itu. "Shit!" ada apa denganku? apakah aku sudah sembuh?" Tanpa seorang pun yang tau, sejak kepergian Gladis untuk selamanya. Alat tempur King tidak berfungsi dengan baik. Itu salah satu alasan ia menolak dekat dengan lawan jenisnya. Ia pernah mengkonsultasikannya kepada seorang dokter spesialis ternama. Dokter itu mengatakan jika alam bawah sadar King yang belum bisa lepas dengan Gladis yang membuat ia seperti itu. Dokter mengatakan hanya King yang dapat menyembuhkan luka batinnya sendiri. Sekalipun ia minum obat semahal apapun tidak dapat menjamin ia akan sembuh total. Ia mengguyur tubuhnya di bawah aliran shower, sambil berpikir kenapa ia dapat dengan mudahnya mencapai puncak nirwana. Namun ia tidak dapat menemukan jawabannya.  
Keduanya saling pandang. Hera tidak tau harus menjawab apa. King berpikir keras hendak menjawab apa, lalu ia ingat satu hal. "Mi, apa mami sudah mulai pikun ya?" ujarnya kepada nyonya Yesi. "Maksud kamu apa King?" tanya maminya. "Papi, apa papi ingat sesuatu?" ujarnya kepada tuan Roland. Keduanya serentak menggelengkan kepala. "Jelaskan King, jangan bikin penasaran deh!" seru Sang Mami. King pun menjelaskan disaat sebelum omanya meninggal, ia pernah berpesan jika kelak King menikah, harus menggunakan cincin pernikahan mereka. Itulah yang menjadi alasannya tidak membeli cincin pernikahan. "Sial..! kok gue bisa lupa beli cincin! untung saja gue masih ingat pesan mendiang oma dulu, kalau tidak bisa berabe semua," gumamnya dalam hati.
Bentakan King seketika membuat Hera takut ia buru-buru keluar dari kamar mandi. "Ma..maafkan saya tuan, saya terpaksa memakai baju dari mami, karena gaun yang saya pakai tadi sudah kotor," ujarnya sambil menunduk, tangannya mulai sibuk menutupi belahan duagundukannya yang terpampang nyata di depan mata King, belum lagi paha mulusnya yang juga terlihat oleh King. "Sial!" mata King seakan terbelalak melihat penampilan Hera yang begitu menggoda baginya, tanpa ia sadari alat tempurnya berubah wujud lagi, torpedonya kembali melesak berdiri tegak di balik celananya, ia buru-buru membelakangi Hera dan berjalan menuju lemari dan mengambil dengan sembarang kemeja panjangnya dan menyuruh Hera untuk memakainya. "Pakai ini!" ujarnya sambil menyerahkan kemejanya kepada Hera, ekor matanya masih sempat melihat dua gundukan kembar istrinya itu yang terasa pas di tangannya.
Lui langsung mencari sang mommy. "Selamat sore jagoan Opa?" sapa tuan Roland kepada cucunya. "Oma, Mommy kemana,kok nggak kelihatan?" ia bukannya membalas sapaan kakeknya. Ia malah menanyakan keberadaan sang mommy. Jadinya tuan Luther menjadi terbengong-bengong dengan sikap cucunya itu. Sifat Lui bertolak belakang dengan sifat kakaknya Kiran yang menyapa kedua kakek dan neneknya dengan semangat. "Welcome home.., Oma, Opa," ucap Kiran lalu memeluk keduanya. "Lui.., kamu nggak kangen sama Oma?" Nyonya Yesi pura-pura sedih. Ia sangat tau kelemahan cucunya. "Tentu saja, Lui kangen Oma," ujarnya lalu memeluk omanya dengan erat. Namun ia tidak mau memeluk opanya. "Opa jangan sedih ya, sini main sama aku saja," Kiran mengetahui raut kesedihan di&n
Empattahun kemudian,"Kiran.., anak Daddy, Where are youbaby..," ucap King yang mulai mencari keberadaan anak sulungnya itu di setiap ruangan dalam rumahnya, karena tadi ia sengaja mampir ke sekolah anaknya untuk menjemputnya, namun gurunya mengatakan jika si anak sudah dijemput duluan oleh seseorang.Jelas saja ia sangat kuatir karena Bu Gurunya kurang kenal dengan orang itu, ia hanya berkata jika ia adalah sopir keluarga Elwood.Ditambah lagi, istrinya Hera sedang ngambek dengannya sudah dua hari ini. Semua gara-gara putranya yang lahir setelah dua tahun Kiran hadir dalam kehidupan mereka.Lui Putra Elwood, demikian nama putra mereka. Walaupun Luimasih berumur 2 tahun namun tingkahnya seperti anak yang berumur lima tahun, ia sering kali menjalihi King.Satu persatu King menyebut nama-nama orang yang ada di rumahnya. Namun tidak ad
"Sayang.., pelan aduh..," King merasa sangat kesakitan karena untuk kesekiankalimya Hera menancapkan kuku-kukunya dilengan King.Saat ini Hera sedang berjuang di ruang persalinan untuk melahirkan bayi pertama mereka.King yang sok jago,melarang mami Yesi dan mama Lisma untuk menemaninya masuk ke ruang bersalin. Alhasil ia yang menjadi bulan-bulanan istrinya yang sedang berjuang melahirkan bayi mereka.Hera terlihat menahan rasa sakit yang teramat sangat, namun bibirnya sama sekali tak mengeluh, hanya sorot matanya yang mengeluarkan banyak air mata, mengisyaratkan rasa sakit yang mendalam."Sayang.., semangat baby, kamu pasti bisa!" King mencoba menyemangati Hera, ia juga menyeka keringat yangsudah bercampur air mata di wajah istrinya."Bu Hera, sekali lagi kita coba, kepala si kecil sudah mulai nongol nih, tarik napas dalam-dalam, l
Beberapa bulan kemudian,"Sayang.., i'm home baby.., where are you?" ucap King setengah berteriak mencari keberadaan istrinya di dalam kamar."Aku disini mas," jawab Hera yang baru saja selesai mandi."Kamu baru selesai mandi sayang? ayo buruan, aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar King lagi."Lho mas, bukannya pagi ini kamu akan menghadiri meeting penting?" seru Hera bingung. Soalnya mami Yesi mengatakan jika suaminya sangat sibuk hari ini jadi, ibu mertuanya yang akanmenggantikan King untuk mengantarkannya ke rumah sakit."Sayang.., yang terpenting bagiku saat ini hanya kamu dan bayi kita, yang lain mah.., lewat! lagian kamu nggak usah kuatir ada dua tim kuat yang ikut mendukung suksesnya perusahaan kita," jelas King kepada istrinya."Maksud mas, tim kuat yang bagaimana sih?"
Pagi hari pukul enam, Hera terbangun dan merasakan badannya terasa capek. Ia melihat sekelilingnya, "aku ada dimana?" gumamnya dalam hati.Ia lalu mengitari pandangannya di dalam ruangan itu. Akhirnya ia tau jika ia sedang berada di dalam rumah sakit.Tangannya juga telah di infus, ia lalu mengingat bayi di dalam kandungannya."Bayiku.., apakah kamu baik-baik saja nak?" Hera mulai terisak, dan menangis tersedu-sedu. Tuan Roland danNyonya Yesi yang sedang menjaga Hera seketika terbagun dari sofa yang mereka tiduri."Pi.., Hera sudah sadar! segera hubungi dokter!" pinta nyonya Yesi kepada suaminya.Sementara ia sendiri menghampiri ranjang tempat Hera terbaring."Ra.., kamu sudah bangun?" sapa nyonya Yesi lembut."Mi.., bayiku mi.., bayiku bagaimana mi?" isaknya lagi."Kamu tenang ya Ra, cucu mami
Juyan yang baru saja mendapat laporan dari Jonas, jika Hera saat ini di rawat di sebuahrumah sakit, segera membawa King menuju rumah sakit dimana Hera sedang dirawat.Sepanjang perjalanan King mencoba terus mengumpulkan kesadarannya. Ternyata pengaruh wine yang ia minumtadi mulai bereaksi.Sesampai di rumah sakit, ia langsung menerobos masuk ke dalam ruangan unit gawat darurat, ia tidak peduli lagi jika beberapa perawat menghalangi jalannya.Ia melihat istrinya yang terbaring tidak sadarkan diri, dengan wajah pucat dan infus yang terpasang di tangannya.Ia lalu menggenggam tangan istrinya sambil menangisia berkata, "Ra.., kamu kenapa sayang? maafkan aku, bangun baby.., maafkan aku..," lirihnya."Dokter bagaimana keadaan istri saya?" tanyanya kepada dokter yang bertugas di UGD saat itu."Kondisi pasien saat ini
Sepanjang malam King terus mengitari jalanan kota Jakarta malam itu, namun ia tidak dapat menemukan jejak istrinya Juyan yang merasa kasihan dengan bosnya dari tadi tetap setiap mengikuti mobil King kemana pun ia pergi. Sementara itu, di sebuah apartemen, Hera tak henti-hentinya menangis. Berbagai cara dilakukan oleh Fred agar Hera berhenti untuk menangis namun sama sekali tidak berhasil. "Sudahlah Ra, untuk apa kamu menangisi suamimu yang tidak becus itu! itu hanya akan membuang-buang energimu, sudahlah lupakan saja masalah itu, anggap saja semua hanyalahangin lalu!" Fred bukannya membuat Hera tenang malah yang ia lakukan semakin memprovokasi Hera. "Kurang ajar lo,King! semua ini gara-gara lo! tunggu saja pembalasanku!" Fred mengeraskan rahangnya saat ini. Ia lalu
"Saya baru dapat kabar, dari seorang pengintai,jika Hera terlihat bersama Fred," Jonas segera memperlihatkan ponselnya yang menampilkan Hera dan Fred yang terlihat masuk ke dalam sebuah mobil. "Bajingan! jadi lo kerjasama dengan dengannya?!"dengan cepat King melayangkan tinjunya ke wajah Jonas. "Jo..nas..," Amel berteriak histeris dan segera menghampiri Jonas yang terjatuh di lantai karena mendapat serangan tiba-tiba dari King. "Lo pikir gue nggak tau, jika bokap lo yang menghancurkan perusahaan ayah Tobi?" Juyan terlihat menahan King yang ingin kembali menghajar Jonas. Jonas terlihat meringis kesakitan, lalu bangkit dari lantai dan mencoba untuk berdiri dibantu oleh Amel. Ia mulai berkata, "gue sama sekali tidak tau-menahu tentang rencana Fred untuk menculik Hera! dan mengenai perusahaan ayahnya Hera
Sarah terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya karena Jodi juga ikut-ikutan menatapnya penuh emosi saat ia melihat foto Sarah yang memeluk King.Hatinya merasa marah karena diam-diam Sarah mulai menarik perhatiannya. Dan ia sudah bertekad untuk lebih mengenalnya. Namun lagi-lagi ia harus menelan rasa kecewa karena cinta karena Sarah ternyata bukan gadis baik-baik."Itu semua tidak benar, semua ini hanya salah paham, aku.., aku.. bisa menjelaskannya..," lirihnya sambil mulai menangis.Sarah tiba-tibamenyesal telah memeluk King saat itu. Ia tidak menyangka jika ada orang yang akan diam-diam mengambil beberapa fotonya dengan King.Awalnya memang niat Sarah masuk ke perusahaan King untuk merayunya dan mengacaukan pernikahannya dengan Hera.Namun seiring berjalannya waktu, King yang menugaskannya menjadi sekretaris Jodi telah merubah segalanya.