Hera terbangun, dan mendapati ia sedang berada di atas tempat tidur. King jugasedang tidur di sampingnya. Ia melihat sekelilingnya."Lho bukannya ini, kamar di rumahnya bibi Carol? kok aku bisa ada disini? bagaimana caranya?"karena yang ia ingat, mereka sedang dalam perjalanan menuju ke rumah bibi Carol."Jangan-jangan aku ketiduran di mobil, lalu mas King menggendongku ke dalam kamar. Duh.., malunya.., aku kok bisa ketiduran sih?" Ia hendak membangunkan suaminya. Namun ia melihat jika King tidur sangat lelap. Ia pun bergegas untuk mandi. Waktu sudah menunjukkan jam 6 malam waktu London.Setelah selesai mandi, tenggorokannya terasa haus. Ia lalu keluar dari kamar dan hendak menuju dapur untuk minum segelas air.Namun tiba-tiba suara bibi Mona mengagetkannya, "Hera kamu sudah bangun..?""Su..sudah bi.., baru saja." Hera masih kaget karena bibi Mona yang tib
"King.., tunggu dulu nak, mami mau bicara." Tukas nyonya Yesi. "Ada apa lagi sih mi?" kesalnya semakin menjadi-jadi. "King.., mami mohon, kamu jangan memarahi istrimu, mami yangsalah telah menyuruhnya keluar rumah tanpa seizinmu. Mami harap, kamu bisa mengontrol emosimu." Ujar nyonya Yesi kepada anaknya. "Mi, aku heran deh dengan jalan pikiran mami, mami pasti tau kan jika Jodi berada disini?" pandangannya penuh selidik kepada ibunya. "Iya King mami tau." Jujur nyonya Yesi. "Tapi, mami kok tidak memberitahukannya kepadaku? bikin kesal saja!" "Lho kenapa jika Jodi berada disini? dia kan sepupu Bernard calon suami Shasa. Mami nggai berhak melarangnya King." "Tapi mi, setidaknya jika mami kasi tau. Aku nggak bakalan
Tidak sampai disitu saja, Hera mulai melucuti pakaiannya sendiri sehingga kedua gundukannya terasa penuh di dada King."Sayang.., what's wrong with you?" King masih mengira jika ia dlsedang bermimpi melihat istrinya yang sangat liar malam ini."Biar aku yang memimpin malam ini mas!" ujarnya menatap wajah suaminya dengan tatapan penuh damba." Wow..! i like you for to night!Okay baby, go ahead! do it what do you want to do for me!" dengan cepat King membuka bajunya. Hera yang melihat jika suaminya sudah bertelanjang dada, dengan segera meraba dada suaminya dan mengecupnya dengan liar. King juga tidak tinggal diam, tangannya sibuk meremas kedua aset pribadi istrinya.King benar-benar melayang saat ini. Terlebih istrinya sedang mengelus tropedonya yang berada di balik celananya. King membantu Hera melucuti celananya. Lalu dengan cepat mengelus torpedo King.
"Ramuan itu mengandung vitamin sayang.., kan berasal dari rempah-rempah alami.""Tapi kok aku merasa berbeda setelah meminumnya mas?""Berbeda bagaimana? menurutku kamu tetap sama cantik dan sangat menggodaku," King malah merayu istrinya."Ih.., gombal!" ujar Hera cemberut karena King tidak mau mendengar keluhannya. Padahal, ia menaruh curiga dengan ramuan bibi Carol itu.Sarah yang merasa dipermalukan oleh keluarga King menyimpan sakit hati di dalam dirinya. Ia tetap berniat untuk merebut King dari istrinya.Untuk itu ia menambah cutinya beberapa hari lagi untuk tetap tinggal di London. Berbekal undangan pernikahan dari Shasa ia pun bertekad untuk menghadiri undangan pernikahan Shasa seorang diri.Saat ini ia sedang berada di sebuah salon mewah yang berada di pusat kota London.Ia ingin merubah penampilannya s
Ia lalu meraih tangan istrinya dan membawa ke sebuah ruangan kecil yang ada di gedung itu. Ia lalu memperhatikan sekeliling ruangan itu. Memastikan jika tidak ada kamera tersembunyi. Hera terus memperhatikan tingkah King. Ia masih bingung, untuk apa suaminya membawanya ke tempat ini. "Sepertinya ini adalah ruangan untuk kamar ganti" pikirnya dalam hati. Setelah semua ia rasa aman, King pun menghampiri Hera. "Come on baby..," "Ki..kita mau ngapain disini mas?" "Hehehe menjinakkan yangini sayang..," ia kembali meletakkan tangan Hera di atas torpedonya. "Ta..tapi cuma sebentar ya mas? maksud aku, satu ronde saja. Okay?" Hera memastikan lebih dulu karena ia juga ada janji dengan Shasa untuk menemaninya ke salon.
Wanita itu sangat mirip dengan Gladis. Suasana salon sedang ramai saat itu. Ia kembali melihat ke arah gadis itu namun ia tidak mendapatinya."Mas.., mas.., kamu lihatin apa sih?" tanya istrinya yang melihat King melirik kesana kemari."Oh.., nggak apa-apa kok sayang, aku hanya berpikir salon ini sangat rame, apakah tidak sebaiknya kita cari salon lain saja?" ujarnya mulai berkelit ia tidak mau jika Hera tau karena bisa saja istrinya mulai cemburu lagi dan itu sangat menyusahkan menurutnya."Sebentar ya mas, aku tanya Shasa dulu," Hera segera menghampiri Shasa dan mengutarakan maksudnya."Tapi Kak King, salon yang satu lagi harganya agak lebih mahal dari salon ini," ujar Shasa menjelaskan."Ya nggak apa-apa saya yang bayar semuayang penting kalian ganti salon, jangan disini!" sebenarnya Hera sedikit curiga dengan keinginan King itu namun karena
King menunggu kedatangan Hera di dalam kamar. Namun setelah menunggu beberapa menit, Hera tidak kunjung menyusulnya ke dalam kamar. King semakin bad mood karena istrinya mengabaikannya."Hebat bangetdia mengabaikanku! menyebalkan!" ujarnya lalu menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan posisi tengkurap tanpa melepas sepatunya."Kak.., kakak sabar baget ya menghadapi sifat kak King. Jika seandainya saja aku ada di posisi kakak, sudah lama tuh aku ninggalin kak King. Untung saja Bernard sifatnya tidak seperti kak King. Kalau tidak setiap saat aku pasti makan hati." Ujar Shasa terang-terangan."Awalnya memang kakak sangat kewalahan dengan sifatnya mas King, namun seiring berjalannya waktu. Kakak sudah terbiasa. Dia kan suami kakak sudah sewajarnya kakak sabar menghadapi sifatnya mas King. Jawabnya sambil tersenyum. Diam-diam Shasa mengagumi sifat Hera yang lembut itu.
"Maaf.., saya tidak sengaja," ujarnya lalu membantu Hera berdiri."Kamu..!" Hera menatap tajam ke arah Sarah."Sayang.., kamu kenapa?"King yang menyadari istrinya lama tidak kembali dari toilet, segera menyusulnya dan ikut membantu Hera berdiri saat ini."Ma..maaf kak, aku nggak sengajak menabrak istri kakak, tadi aku buru-buru keluar dari toilet." Serunya dengan tatapan menyesal."Mana yang sakit baby?" tanya King kepada Hera."Aku nggak apa-apa mas..," Hera mencoba terlihat biasa saja. Namun ia merasakan jika King dari tadi mencuri-curi pandang ke arah Sarah."Kak.., aku permisi dulu ya, sekali lagi aku minta maaf." Hera memilih diam dan tidak menyahut permintaan maaf Sarah. Hanya King yang mengangguk.Setelah kejadian di toilet itu. Hera menjadi tidak bersemangat. Ki
Lui langsung mencari sang mommy. "Selamat sore jagoan Opa?" sapa tuan Roland kepada cucunya. "Oma, Mommy kemana,kok nggak kelihatan?" ia bukannya membalas sapaan kakeknya. Ia malah menanyakan keberadaan sang mommy. Jadinya tuan Luther menjadi terbengong-bengong dengan sikap cucunya itu. Sifat Lui bertolak belakang dengan sifat kakaknya Kiran yang menyapa kedua kakek dan neneknya dengan semangat. "Welcome home.., Oma, Opa," ucap Kiran lalu memeluk keduanya. "Lui.., kamu nggak kangen sama Oma?" Nyonya Yesi pura-pura sedih. Ia sangat tau kelemahan cucunya. "Tentu saja, Lui kangen Oma," ujarnya lalu memeluk omanya dengan erat. Namun ia tidak mau memeluk opanya. "Opa jangan sedih ya, sini main sama aku saja," Kiran mengetahui raut kesedihan di&n
Empattahun kemudian,"Kiran.., anak Daddy, Where are youbaby..," ucap King yang mulai mencari keberadaan anak sulungnya itu di setiap ruangan dalam rumahnya, karena tadi ia sengaja mampir ke sekolah anaknya untuk menjemputnya, namun gurunya mengatakan jika si anak sudah dijemput duluan oleh seseorang.Jelas saja ia sangat kuatir karena Bu Gurunya kurang kenal dengan orang itu, ia hanya berkata jika ia adalah sopir keluarga Elwood.Ditambah lagi, istrinya Hera sedang ngambek dengannya sudah dua hari ini. Semua gara-gara putranya yang lahir setelah dua tahun Kiran hadir dalam kehidupan mereka.Lui Putra Elwood, demikian nama putra mereka. Walaupun Luimasih berumur 2 tahun namun tingkahnya seperti anak yang berumur lima tahun, ia sering kali menjalihi King.Satu persatu King menyebut nama-nama orang yang ada di rumahnya. Namun tidak ad
"Sayang.., pelan aduh..," King merasa sangat kesakitan karena untuk kesekiankalimya Hera menancapkan kuku-kukunya dilengan King.Saat ini Hera sedang berjuang di ruang persalinan untuk melahirkan bayi pertama mereka.King yang sok jago,melarang mami Yesi dan mama Lisma untuk menemaninya masuk ke ruang bersalin. Alhasil ia yang menjadi bulan-bulanan istrinya yang sedang berjuang melahirkan bayi mereka.Hera terlihat menahan rasa sakit yang teramat sangat, namun bibirnya sama sekali tak mengeluh, hanya sorot matanya yang mengeluarkan banyak air mata, mengisyaratkan rasa sakit yang mendalam."Sayang.., semangat baby, kamu pasti bisa!" King mencoba menyemangati Hera, ia juga menyeka keringat yangsudah bercampur air mata di wajah istrinya."Bu Hera, sekali lagi kita coba, kepala si kecil sudah mulai nongol nih, tarik napas dalam-dalam, l
Beberapa bulan kemudian,"Sayang.., i'm home baby.., where are you?" ucap King setengah berteriak mencari keberadaan istrinya di dalam kamar."Aku disini mas," jawab Hera yang baru saja selesai mandi."Kamu baru selesai mandi sayang? ayo buruan, aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar King lagi."Lho mas, bukannya pagi ini kamu akan menghadiri meeting penting?" seru Hera bingung. Soalnya mami Yesi mengatakan jika suaminya sangat sibuk hari ini jadi, ibu mertuanya yang akanmenggantikan King untuk mengantarkannya ke rumah sakit."Sayang.., yang terpenting bagiku saat ini hanya kamu dan bayi kita, yang lain mah.., lewat! lagian kamu nggak usah kuatir ada dua tim kuat yang ikut mendukung suksesnya perusahaan kita," jelas King kepada istrinya."Maksud mas, tim kuat yang bagaimana sih?"
Pagi hari pukul enam, Hera terbangun dan merasakan badannya terasa capek. Ia melihat sekelilingnya, "aku ada dimana?" gumamnya dalam hati.Ia lalu mengitari pandangannya di dalam ruangan itu. Akhirnya ia tau jika ia sedang berada di dalam rumah sakit.Tangannya juga telah di infus, ia lalu mengingat bayi di dalam kandungannya."Bayiku.., apakah kamu baik-baik saja nak?" Hera mulai terisak, dan menangis tersedu-sedu. Tuan Roland danNyonya Yesi yang sedang menjaga Hera seketika terbagun dari sofa yang mereka tiduri."Pi.., Hera sudah sadar! segera hubungi dokter!" pinta nyonya Yesi kepada suaminya.Sementara ia sendiri menghampiri ranjang tempat Hera terbaring."Ra.., kamu sudah bangun?" sapa nyonya Yesi lembut."Mi.., bayiku mi.., bayiku bagaimana mi?" isaknya lagi."Kamu tenang ya Ra, cucu mami
Juyan yang baru saja mendapat laporan dari Jonas, jika Hera saat ini di rawat di sebuahrumah sakit, segera membawa King menuju rumah sakit dimana Hera sedang dirawat.Sepanjang perjalanan King mencoba terus mengumpulkan kesadarannya. Ternyata pengaruh wine yang ia minumtadi mulai bereaksi.Sesampai di rumah sakit, ia langsung menerobos masuk ke dalam ruangan unit gawat darurat, ia tidak peduli lagi jika beberapa perawat menghalangi jalannya.Ia melihat istrinya yang terbaring tidak sadarkan diri, dengan wajah pucat dan infus yang terpasang di tangannya.Ia lalu menggenggam tangan istrinya sambil menangisia berkata, "Ra.., kamu kenapa sayang? maafkan aku, bangun baby.., maafkan aku..," lirihnya."Dokter bagaimana keadaan istri saya?" tanyanya kepada dokter yang bertugas di UGD saat itu."Kondisi pasien saat ini
Sepanjang malam King terus mengitari jalanan kota Jakarta malam itu, namun ia tidak dapat menemukan jejak istrinya Juyan yang merasa kasihan dengan bosnya dari tadi tetap setiap mengikuti mobil King kemana pun ia pergi. Sementara itu, di sebuah apartemen, Hera tak henti-hentinya menangis. Berbagai cara dilakukan oleh Fred agar Hera berhenti untuk menangis namun sama sekali tidak berhasil. "Sudahlah Ra, untuk apa kamu menangisi suamimu yang tidak becus itu! itu hanya akan membuang-buang energimu, sudahlah lupakan saja masalah itu, anggap saja semua hanyalahangin lalu!" Fred bukannya membuat Hera tenang malah yang ia lakukan semakin memprovokasi Hera. "Kurang ajar lo,King! semua ini gara-gara lo! tunggu saja pembalasanku!" Fred mengeraskan rahangnya saat ini. Ia lalu
"Saya baru dapat kabar, dari seorang pengintai,jika Hera terlihat bersama Fred," Jonas segera memperlihatkan ponselnya yang menampilkan Hera dan Fred yang terlihat masuk ke dalam sebuah mobil. "Bajingan! jadi lo kerjasama dengan dengannya?!"dengan cepat King melayangkan tinjunya ke wajah Jonas. "Jo..nas..," Amel berteriak histeris dan segera menghampiri Jonas yang terjatuh di lantai karena mendapat serangan tiba-tiba dari King. "Lo pikir gue nggak tau, jika bokap lo yang menghancurkan perusahaan ayah Tobi?" Juyan terlihat menahan King yang ingin kembali menghajar Jonas. Jonas terlihat meringis kesakitan, lalu bangkit dari lantai dan mencoba untuk berdiri dibantu oleh Amel. Ia mulai berkata, "gue sama sekali tidak tau-menahu tentang rencana Fred untuk menculik Hera! dan mengenai perusahaan ayahnya Hera
Sarah terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya karena Jodi juga ikut-ikutan menatapnya penuh emosi saat ia melihat foto Sarah yang memeluk King.Hatinya merasa marah karena diam-diam Sarah mulai menarik perhatiannya. Dan ia sudah bertekad untuk lebih mengenalnya. Namun lagi-lagi ia harus menelan rasa kecewa karena cinta karena Sarah ternyata bukan gadis baik-baik."Itu semua tidak benar, semua ini hanya salah paham, aku.., aku.. bisa menjelaskannya..," lirihnya sambil mulai menangis.Sarah tiba-tibamenyesal telah memeluk King saat itu. Ia tidak menyangka jika ada orang yang akan diam-diam mengambil beberapa fotonya dengan King.Awalnya memang niat Sarah masuk ke perusahaan King untuk merayunya dan mengacaukan pernikahannya dengan Hera.Namun seiring berjalannya waktu, King yang menugaskannya menjadi sekretaris Jodi telah merubah segalanya.