Mereka semua terkejut dengan kedatangan Prof Ferguso yang sangat terkenal. Sebelumnya mereka hanya bisa melihat laki paruh baya dengan tubuh yang masih energik, wajah penuh senyum dan pembawaan yang tenang namun memiliki kekuasaan dan juga aset mendunia hanya dari layar kaca. Dan Prof Ferguso bukan orang yang mudah ditemui dengan sembarang. Suatu keberuntungan keluarga Miller bisa bertatap muka langsung dengannya. Ini merupakan sebuah penghormatan besar bagi keluarga Miller yang tentunya akan membuat iri semua orang. "Apa ada masalah?" Prof Ferguso memastikan sekali lagi sambil menatap ramah wajah-wajah keluarga Miller. "Tidak ada Prof," sahut Aland, kemudian dia mengalihkan dengan pembicaraan yang lain. "Suatu kehormatan bagi kami bisa bertemu anda di sini, Prof.""Jangan berlebihan," sahutnya dengan rendah hati. Dan seorang pengawal datang menghampiri untuk membakar cerutu prof Ferguso. "Silakan duduk," titahnya. Semua anggota keluarga Miller pun duduk dengan tenang. Bahkan Jill
"Hei dik, kemarilah."Felicia memanggil Salika tepat begitu si putri bungsu ini beranjak dari ruang tamu. "Ada apa kak?" tanyanya penasaran. "Ikutlah denganku," ajaknya. Felicia menarik lengan Salika dan membawanya ke kamar. Setibanya, Felicia mengunci rapat pintu dan semakin membuat suasana ini terasa begitu horor di mata Salika. "Kak, ada apa? Kenapa sepertinya serius sekali?" tanyanya dengan sangat penasaran. "Karena memang ini sangat penting," sahutnya, bersamaan dengan pantatnya yang sudah menapak di ranjang. Dia duduk berhadapan dengan Salika. Dahi Salika pun mengerut tajam, saking bingungnya. "Kak, sebenarnya ada apa? Cepat katakan padaku," desaknya. "Tentang masa depanmu," ujarnya, yang membuat Salika semakin bingung. "Kakak dengar kalau mama menginginkan Jilly menceraikan Vino.""Ya, baru saja mama mengatakan itu. Lalu?" "Oh shit! Kamu masih tidak mengerti?" Salika menatap bingung wajah Felicia dengan diam seribu bahasa. "Apa kamu tidak dengar kalau prof Ferguso akan
Enak saja kalian ingin menikmati kesenangan tanpaku. Dari dulu aku sudah terlalu banyak mengalah untuk kalian. Mama selalu membeda-bedakan aku dengan Jilly. Selalu saja dia yang menjadi prioritas mama. Aku tidak akan membiarkan kali ini Jilly mengalahkanku dan menikmati kesenangan itu. Felicia akan melakukan apapun demi mendapatkan perhatian dari pemuda tampan nan kaya yang pesonanya sudah menggerayangi pemikiran keluarga Miller, yang padahal melihat wajahnya saja belum pernah. Bagaimana kalau ternyata pemuda itu buruk rupa? Atau dia tidak setampan yang dikatakan? Nampaknya semua itu tidak penting. Bagi keluarga Miller harta dan kekayaan lah yang menjadi prioritas. Felicia tidak rela kalau laki-laki hebat itu sampai jatuh ke tangan Jilly atau Salika. Aku harus bisa merebutnya. Aku juga bagian dari keluarga Miller, bukan. Masalah suamiku biar nanti aku yang urus, pikirnya. Senyum licik itu mengurai polos tanpa dosa seolah menggambarkan kebahagian yang terpendam. Sementara Rosita
Joe yang masih berselimut rasa penasaran, tidak ingin segera pergi dari rumah ini. Perbincangan dengan Rose membuatnya semakin yakin kalau wanita itu lagi menyembunyikan sesuatu. Sepengalaman Joe yang selalu mengandalkan insting dan juga pemerhati yang tinggi dia tidak pernah salah mengira. Kemarin, Rosemery bisa dengan tenang menjawab semua pertanyaan Joe tanpa ada sikap yang mencurigakan. Bahkan dia bisa meyakinkan Joe dan Pevita dengan bukti yang ada. Namun Joe masih belum puas untuk menerima itu dengan lapang dada. "Aku yakin pasti ada sesuatu yang dia sembunyikan. Pandai sekali dia berlakon kemarin," sanggah Joe, yang masih penasaran dengan Rose. Pevita yang bingung sendiri pun, tidak bisa memberikan tanggapan pasti untuk dugaan Joe. "Tapi bagaimana dengan apa yang dia perlihatkan pada kita? Semuanya jelas dan memang dia tidak pernah bekerja dengan nyonya Kim. Apa mungkin dia Rose yang berbeda?" Joe pun membuang pandangannya sambil bertopang dagu dengan berdiri. "Sayangnya, a
Tidak lama setelahnya, Sandy kembali dengan membawa data diri Rosemery yang baru saja dia ambil di lemari penyimpanan file. Dia memberikan pada Joe. "Itu riwayat diri pegawaiku. Semuanya lengkap dari mana dia bekerja awal," terangnya. Joe yang sudah menerima berkas itu pun langsung membuka dan mempelajarinya. Terlihat kalau Rosemery sudah mulai bekerja sebagai asisten di keluarga berpunya sejak sepuluh tahun yang lalu. Bola mata Joe bergerak cepat memperhatikan dengan teliti satu per satu nama keluarga yang pernah Rosemery datangi. Sayangnya, apa yang Joe cari tidak ada di sana. Dia tidak menemukan nama nyonya Kim ada di daftar list riwayat Rosemery bekerja. Joe nampak lemas. Dan kemudian, berkas pun diambil alih Pevita. "Mungkin tuan menemukan sesuatu?" tanya Sandy yang nampak penasaran dengan ekrpesi Joe yang datar. "Tidak ada," sahut Joe. "Boleh saya tau, sebenarnya tuan sedang mencari apa?" Namun, belum sempat Joe menjawabnya Pevita sudah lebih dulu memotong pembicaraan Sand
"Jadi bagaimana selanjutnya, tuan? Aku khawtir kalau dia akan mengetahui semuanya," kata seseorang berbicara pada Sandy. Mendengar ini, Joe semakin penasaran dengan siapa yang berada di dalam sana. Suaranya tidak begitu jelas. Tapi dari khasnya, jelas kalau dia seorang wanita. "Kita tunggu saja perintah nyonya Haruka. Setelah itu baru kita ambil langkah," jawab Sandy. Sampai di sini Joe masih belum mengerti dengan pembicaraan ini. Apa yang mereka bahas? Apa yang mereka rencanakan? Namun sekilas Joe teringat akan nama yang baru saja disebut yang sama persis pernah dia lihat di berkas riwayat Rose bekerja. Sepertinya aku mengenal nama itu. Nyonya Haruka. Aku melihatnya tadi di berkas milik Rosemery, batin Joe. Joe yang masih tidak mengerti dengan pembicaraan ini ingin sekali masuk dan mengambil ponsel Pevita yang tertinggal di dalam. Dengan begitu dia bisa melihat siapa wanita yang sedang berbicara dengan Sandy. Dan itu memang akan Joe lakukan. Dia mengetuk pintu ruangan Sandy
"Kenapa lama sekali?" Pevita yang sudah menunggu Joe lebih dari setengah jam nampak gelisah. Seingatnya, perjalanan menuju kantor Sandy hanya membutuhkan waktu kurang dari lima menit. "Sedang apa dia di sana? Tidak mungkinkan Sandy mengajaknya minum teh kembali?" Rasa penasaran ingin tahu membuat Pevita keluar dari mobil dan menyusul Joe. Kemudian, dia berjalan menuju kantor Sandy. Namun tepat di depan pintu masuk yang menuju akses ke lift, Pevita berpapasan dengan Joe yang baru saja keluar dari lift. "Joe, kenapa lama sekali?" tanya Pevita heran. "Ada sedikit masalah. Tapi sekarang sudah beres. Ayo," sahutnya, lalu Joe mengajak Pevita kembali ke mobil. Ada yang berbeda dari sikap Joe. Dan Pevita tertarik untuk menanyakan itu nanti di dalam perjalanan. Joe berjalan cepat menuju mobil sementara Pevita mengikuti dari belakang. Aneh sekali. Ada apa dengan dia? batin Pevita. "Tolong antar aku ke rumah nyonya Kim," pinta Joe. "Nyonya Kim?" "Kita akan mendapatkan jawaban sepenuhny
Tidak banyak waktu, Joe bergegas untuk langsung menemui si tuan rumah. Keberadaan Joe nampaknya tidak diharapkan. Empat laki-laki dewasa yang ditugaskan nyonya Kim untuk menjaga kediamannya langsung menghadang Joe dengan wajah penuh intimidasi tepat di depan pagar. "Kau tidak diijinkan masuk, tuan rumah sedang tidak ada di tempat," seru salah seorang dari mereka sambil bersila tangan di atas dada dan menatap Joe angkuh. Tidak biasanya mereka seperti ini. Lagipula, siapa wajah-wajah baru ini? Kenapa aku baru melihatnya sekarang? Kemana penjaga rumah nyonya Kim yang biasanya? batin Joe menaruh curiga pada ke empat pria yang menghadang. "Aku merasakan ada yang tidak beres, Joe," bisik Pevita. Joe pun merasakan hal yang sama. Nampaknya ada sesuatu yang terjadi. "Sebaiknya kalian pergilah!" usir mereka. Apa mungkin nyonya Kim mempekerjakan bodyguard baru untuk menjaga dirinya dariku setelah dia tau aku mencari anaknya? Dia pikir, dia bisa menghentikanku dengan bocah-bocah ingusan sep
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel
Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya
Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal
"Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia