Empat pasang mata menghunus tajam mempokuskan konsentrasi pada satu titik. Tentu saja mereka kompak menatap Joe. Seakan mereka sekelompok srigala buas yang akan mengeroyok seekor domba. "Aku tidak akan memiliki belas kasih terhadapmu, anak muda," seru pria yang berdiri persis di hadapan Joe, sambil menggertak jari-jemarinya untuk membuat shock terapi pada jiwa Joe. Pevita yang merasa seperti ada yang tidak beres, langsung menghampiri dan berbisik pada Joe, "tolong kali ini dengarkan aku. Jangan berkelahi dengan mereka. Mereka hanya ingin menjebakmu, Joe." Berkerutlah dahi Joe begitu mencorong ke dalam. Joe masih belum mengerti dengan maksud Pevita mengatakan ini. "Apa maksudmu?" balas Joe bersuara pelan. "Mereka tidak akan melawanmu. Tapi sebaliknya, mereka akan memberikan wajahnya untuk kamu hajar sampai puas. Dan setelah itu kamu akan ditangkap karena melakukan kekerasan." Joe masih mendengarkan dan menelaah kata-kata yang diucapkan Pevita."Jika pengakuan Rose dan Sandy itu b
"Again?"Lagi-lagi Pevita dibuat tercengang dengan aksi Joe berkelahi. Kenapa sepertinya dia mudah sekali melakukan tinju, tendangan, yang seharusnya itu sulit dilakukan kebanyakan orang. Dari mana dia belajar itu? Pevita merangkum keahlian Joe dari awal dia bertemu, kemudian aksi Joe mengalahkan anak buah papanya hingga sampai sekarang di mana dia melumpuhkan empat pria terlatih dengan begitu mudah. Sebenarnya terlahir dari apa kamu Joe? Aku curiga kalau dia tidak berasal dari planet bumi. Bersamaan dengan khayalan yang sudah kembali sadar, Pevita dikejutkan dengan mendapatkan nyonya Kim yang sedang disandra seseorang.Ada apa sebenarnya ini? Kenapa mereka melakukan ini pada nyonya Kim? Bukankah semua ini dia yang mengatur? Atau ini hanya siasatnya saja untuk mengelabuiku? Joe pun tidak mengerti. "Selangkah lagi kau mendekat, akan letuskan kepala nenek tua ini!" ancam pria itu sambil menodongkan senjata api ke kepala nyonya Kim. Sungguh, dia tidak main-main dengan kata-katanya. Jo
Yang dilakukan Joe selanjutnya adalah menghancurkan dokter Hadi. Dokter korup dan penipu itu tidak pantas untuk memimpin kota ini. Joe sudah membuat rencana dengan Elianor. Dan Pevita tidak masalah dengan keterlibatan dirinya dalam membantu Joe setelah apa yang dia lewati semua secara bersama. Jalan-jalan kota yang menuju alun-alun sudah begitu padat dengan karnaval orang-orang yang mendukung dokter Hadi. Secara di atas kertas sepertinya dokter Hadi akan mudah menang dari lawannya, Nick Morgan. Di depan sana sudah tersedia panggung untuk calon walikota baru memberi petuah sepatah dua patah kata untuk pada pendukungnya masing-masing. "Jangan kau pikir kau bisa memenangkan pemilihan ini dengan mudah setelah apa yang sudah kau lakukan pada putriku dokter bajingan," gumam Joe, menatap marah dokter Hadi yang sedang tersenyum puas sambil berjabat tangan menyambut para pendukungnya. Bahkan dokter sendiri tidak tahu kalau Joe sudah mengumpulkan bukti-bukti kuat atas kebusukan dokter Hadi
Senyuman dokter Hadi yang lebar seakan menandakan kalau dirinya sudah resmi menjabat sebagai walikota yang baru, yang padahal penghitungan suara pun belum selesai. Namun melihat jumlah persentase suara dokter Hadi yang jauh diatas pesaingnnya, Nick Morgan, dia merasa sudah mengangkat piala dan meraihnya. Dan keadaan pun semakin mendukung kemenangan dokter Hadi setelah memastikan kalau satu wilayah terakhir yang berada dikota ini pun memberikan suara penuh pada dokter paruh baya itu. Perhitungan suara pun selesai. Walaupun baru sementara, namun dapat dipastikan kalau dokter Hadi menang telak atas lawannya, Nick Morgan dengan mendapatkan enam puluh satu persen suara. Sungguh, benar-benar luar biasa. Perayaan pun terjadi spontan. Suasana semakin ricuh lantaran para pendukung beramai-ramai ingin mengucapkan secara langsung kemenangan ini kepada dokter Hadi. Tidak mau kalah juga tim sukses yang ikut cari muka di depannya. "Selamat ya, dok. Saya sudah yakin kalau andalah pemenangnya dal
Joe merayakan kemenangannya atas membungkam kebusukan dokter Hadi dengan tersenyum lebar. Baru saja Elianor melambaikan tangan yang menandakan kalau misinya berhasil sempurna. Dan setelah itu Elianor bersama anak buahnya pergi meninggalkan alun-alun.Kota X akhirnya memiliki pemimpin baru, yaitu Nick Morgan yang dinyatakan menang tunggal setelah dokter Hadi didiskualifikasi karena ketahuan curang. Dan warga yang tadinya mendukung dokter Hadi kini beralih menjadi pengikut setia Nick Morgan. Mereka sorak meramaikan kemenangan Nick Morgan. Pesta kemenangan kota pun dimulai. "Selamat ya, akhirnya kamu bisa membungkam kesombongan si dokter mesum itu," ujar Pevita."Memang seharusnya seperti itu. Dia tidak pantas memimpin kota ini," sahut Joe."Ini." Pevita tiba-tiba memberikan dua buah tiket pada Joe. "Tiket apa apa ini?" tanya Joe bingung. "Bukankah selanjutnya kita akan mengejar Rose ke negeri Menara?" jawabnya."Oh tidak. Jadi-.""Ayo. Kita tidak punya banyak waktu." Pevita memotong
Dalam perjalanan tadi di dalam pesawat, Joe teringat akan sahabatnya, Ceasar. Bagaimana keadaannya saat ini? Semoga dokter Rafly bisa menanganinya. Namun uniknya, bagaimana Ceasar bisa begitu tepat mengatakan kalau Nauara adalah Kiara? Padahal dia dalam keadaan sakit. Aneh juga, Joe sampai geleng-geleng kepala memikirkan ini. Sementara itu di negeri Menara John piere bersama prof Ferguso sudah menyiapkan pesta meriah untuk menyambut kedatangan Joe, begitu Joe mengatakan kalau dirinya sedang dalam perjalanan ke negeri Menara. Tentu saja semua kolega termasuk Jeriko dan juga keluarga Miller pun diundang di dalamnya. Salika yang beberapa hari kebelakang sudah mendekati prof Ferguso agar dia bisa mencuri start dari saingannya Jilly, nampak kurang puas dengan tanggapan prof Ferguso yang justru menyikapinya dengan sangat biasa. Bahkan prof Ferguso terang-terang mengatakan, "kalau anakku itu bukan laki-laki yang bisa dipaksakan keinginannya. Kalau kamu beruntung, dia akan menjadi milikmu.
Joe baru saja tiba di negeri Menara. Sungguh mengaharukan, dia hanya mengenakan pakaian seadanya yang serupa dengan para pekerja kasar di sini. Memang, di negeri yang kaya ini sudah tidak ada lagi pengemis. Namun tetap saja strata kalangan bawah masih ada. Mereka adalah para pekerja rendahan yang setara dengan posisi manager di negeri Asal. Sangat tidak berimbang memang, tapi begitulah kemajuan di Negeri Menara. Tidak penting aku datang menemui prof Ferguso dengan pakaian seperti ini. Lagipula, aku ke sini masih dengan misi yang sama. Aku harus menemukan Kiara. Prof Ferguso sangat berlebihan menyambutku, gumam Joe dalam hati.Dia berpikir sudah tidak ada waktu lagi untuk berbelanja di mall. Keinginannya cuma satu, yaitu menemui prof Ferguso lalu menceritakan pada laki-laki itu kalau putrinya berada di sini. Dengan begitu Joe akan semakin mudah menemukan Kiara. Sialnya, prof Ferguso justru berpandangan berbeda. Kedatangan Joe dipikirnya adalah kembalinya putra pangeran dari tugas yan
"Nampaknya jiwa rakyat tidak lepas dari anda master Joe." Ceasar mengomentari penampilan Joe yang tidak berubah. Padahal dia sudah kembali ke negeri Menara, tapi penampilannya tetap saja seperti pekerja pegawai rendahan di negeri Asal. Ceasar pun geleng-geleng kepala. "Tidak penting bagiku itu saat ini. Aku harus mendapatkan Kiara. Lagipula, aku tidak pernah meminta prof Ferguso untuk merayakan pesta penyambutan untukku yang berlebihan," balas Joe. "Master seperti tidak mengenal prof Ferguso saja." Tidak ada yang tahu kalau laki-laki yang berjalan dengan Ceasar adalah pria yang saat ini ditunggu-tunggu prof Ferguso dan John Piere. Padahal, sebagian tamu undangan sudah berpapasan dengannya. Namun mereka hanya tersenyum pada Ceasar yang memang dikenal lantaran mengenakan pakaian keanggotaan. Sementara Joe, terlihat tidak lebih dari seorang pesuruh saja. Begitupun dengan keluarga Miller di dalam sana yang sudah tidak sabar ingin bertemu pangeran tampan yang menjadi sosok utama di
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel
Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya
Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal
"Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia