Home / Urban / THE GREAT MAN / DEBAT RINGAN

Share

DEBAT RINGAN

Author: Eshal Arrayyan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Maafkan aku selama ini aku begitu bodoh!"

Pevita begitu menyesali perbuatannya. Tak kuasa menahan air mata yang membendung, dia menangis di pelukan Joe.

"Aku terlalu naif untuk mempercayai James. Kamu benar, ternyata James itu laki-laki bajingan!"

Sebenarnya, James hanyalah pengalihan Pevita saja karena frustasi atas sikap Joe yang terus menggantungkan persaaannya. Kalau saja Joe bisa lebih aware atas perasaan Pevita, mungkin kejadian ini tidak akan terjadi. Puncaknya setelah dari rumah nyonya Kim, di mana Pevita yang sudah dibuat terbang sampai ke atas awan lantaran ucapan Joe yang menginginkan anak, ternyata itu hanya omong kosong belaka.

Joe pun sadar akan hal itu. Setidaknya dia juga menyesali perbuatannya yang dianggap sudah mempermainkan hati seorang wanita. Tapi, Joe memang belum bisa menegaskan dirinya kalau dia juga mencintai Pevita. Mungkin setelah kejadian ini, entah lah.

"Bagaimana bisa kamu mendapatiku di sini?" tanya Pevita, yang secara bersamaan mengangkat wajahny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • THE GREAT MAN   BERDAMAI LAGI

    "Bagaimana mungkin?" Nampak keraguan dalam diri keduanya. Baik Joe maupun Pevita bahkan tidak percaya kalau nyonya Kim lah yang ternyata memelihara Kiara. Tapi melihat alamat yang Joe berikan, itu memang menunjuk pada kediaman Kim Wulan, alias nyonya Kim. "Nyonya Kim memang memiliki anak angkat. Namanya Naura. Tapi apa mungkin Naura itu Kiara?" ujar Pevita. "Aku belum bisa memastikan. Aku sendiri belum melihat Naura," sahut Joe. "Sebaiknya kita langsung saja ke sana." "Kemana?" Joe menatap Pevita heran. "Ke rumah nyonya Kim. Aku jadi penasaran juga dengan anak angkat nyonya Kim."Joe pun mengerti. Dan kemudian, Joe mengarahkan kendaraanya bertolak ke rumah nyonya Kim. Dalam perjalanan, Joe penasaran dengan apa yang menyumbat di dalam perasaannya sejak tadi. "Boleh aku bertanya sesuatu?"Pevita cepat mengangguk. "Sebenarnya, apa yang terjadi padamu dengan James?"Di sini Pevita nampak enggan membahas kejadian yang memuakkan itu. Karena itu dia membuang pandangannya ke arah jen

  • THE GREAT MAN   MENGULAS YANG MENYAKITKAN

    Come on! Bola mata Pevita masih sibuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk melawan James. Bertepatan dengan itu, James sudah menutup pembicaraannya. Dan wajahnya sudah kembali menatap Pevita. "Pasti kamu sudah tidak sabar menungguku, bukan. Baiklah, kita akan melakukannya sekarang. Dan tidak akan ada lagi yang mengganggu," ujar James dengan gayanya yang menijijikan. James melempar ponselnya ke sembarang tempat. Dan kemudian dia bergerak mendekati Pevita. "Seharusnya, sambil menungguku tadi kamu sudah melepaskan pakaianmu. Jadi aku tidak perlu lagi repot untuk membukanya. Umm atau mungkin ... kamu lebih suka aku yang melakukannya?" Pevita masih mencoba bergerak menghindari James. Namun karena kondisi ranjang yang tidak terlalu luas, sungguh membuatnya sulit bergerak bebas. Dan sekarang James sudah berada di hadapannya. Persis suami yang siap menggauli istrinya. Seketika itu juga pikiran Pevita mengatakan untuk menendang alat vital James dengan dengkul. Lalu mendorong James sam

  • THE GREAT MAN   MENINGGALKANKU DEMI KIARA

    Joe mengerti dengan membungkamnya mulut Pevita pasti sudah terjadi sesuatu yang berat yang menimpanya. Hanya saja Joe tidak mau menerka-nerka itu apa. Dan juga tidak ingin mendesak Pevita agar menceritakan semua itu padanya. Sisi lain, Joe berharap pikiran negatif yang terlintas di benaknya itu semua salah. "Kamu masih punya kesempatan kalau ingin pergi dariku, Joe. Semua ini karena kebodahanku.""Tidak baik menyalahkan diri sendiri terus-menerus seperti itu. Tidak ada yang ingin pergi darimu.""Tentunya, setelah kamu menemukan putrimu kamu akan pergi bersama dia, bukan? Dan kamu akan melupakanku."Di sini Joe terdiam dan tidak tahu harus mengatakan apa lagi pada gadis cantik ini. Dia sendiri juga belum bisa memutuskan apa-apa kemana dirinya setelah ini. Dan juga, rumah nyonya Kim sudah nampak di depan sana. Pevita tersenyum memandangi Joe sambil mengatakan, "paling tidak aku bisa membantumu sampai kamu menemukan putrimu." Sebelum akhirnya dia keluar dari mobil. Joe tersenyum ringa

  • THE GREAT MAN   KEMATIAN NAURA

    Dua hari yang lalu, begitu si nyonya besar ini sampai di rumah dia harus dikejutkan dengan berita tidak mengenakan. Rose, baby sitter baru yang menggantikan Rania mengatakan kalau Naura mengalami demam tinggi dan harus dilarikan ke rumah sakit. Karena panik, nyonya Kim pun langsung meminta supir untuk mengantarkannya ke rumah sakit. Saat itu hujan lagi turun deras-derasnya. Kondisi jalan pun menjadi licin. Supir sudah memperingati kalau kecepatan tidak bisa di atas 100km/jam. Namun nyonya Kim tidak peduli, dia harus segera sampai ke rumah sakit. Dan begitu berada di tikungan, mobil mengalami slip ban dan oleng. Supir berusaha untuk mengendalikan tapi tidak bisa. Alhasil, mobil membentur pembatas jalan. Beruntung, nyonya Kim dan supir hanya pingsan dengan luka ringan. Begitu sadar, nyonya Kim langsung teringat akan putri kecilnya. Dan dia meminta dokter yang merawat untuk menghubungi rumah sakit yang merawat Naura. Sayangnya, kata dokter di sana kalau gadis kecil itu sudah tida

  • THE GREAT MAN   NEGERI MENARA

    Joe menghela napas kasar sebelum dia menerangkan pada Pevita. "Coba kamu perhatikan, sewaktu kita memberikan kalung itu pada nyonya Kim, dia nampak biasa aja. Tidak kaget atau merasa sesuatu yang aneh karena menerima kalung itu dari kita. Apa selama ini dia tidak tau kalau Naura memiliki kalung itu? Dan Rose, asistennya yang menjaga Naura tiba-tiba saja mengundurkan diri setelah kejadian itu dan menjual kalung milik Naura di King's Mars Jewellery dengan memberikan alamat rumah nyonya Kim. Apa itu tidak aneh?" Di sini Pevita baru menyadari dan mengerti dengan apa yang dijelaskan Joe. "Benar juga." "Aku yakin kalau ada sesuatu yang terjadi pada Naura. Dan entah kenapa feelingku mengatakan kalau Naura masih hidup." "Jadi itu kenapa tadi kamu memastikan kalau Naura sudah meninggal sampai nyonya Kim menegaskan makamnya?" Joe mengangguk. "Karena aku merasa Naura masih hidup." "Tapi dokter tidak mungkin berbohong, Joe." "Itulah yang membuatku bingung." Joe pun berada di ujung. Pikirann

  • THE GREAT MAN   MAKAM NAURA

    Siapa lelaki itu? Tiga putri keluarga Miller dan tentu saja Rosita sangat bergejolak rasa penasaran dengan sosok pemuda tampan yang sangat disanjung-sanjung di negeri Menara. Sayangnya tuan Pier tidak bisa membongkar lantaran misi yang belum tuntas. "Aku pasti akan mengenalkan pada kalian kalau nanti tugas dia sudah selesai. Mungkin, salah satu di antara kalian akan menjadi jodohnya. Aku dengar, saat ini dia masih sendiri," pungkas John Piere dengan sedikit memberikan harapan angin segara pada wanita-wanita cantik ini. "Mungkin dia jodoh Salika," sela Rosita Miller, yang secara suka rela menjual anaknya pada pria asing yang wajahnya saja dia belum tahu seperti apa. Sementara Salika pun tidak membantahnya. Justru dia kesenangan didukung mamanya seperti itu. Jadi di negeri kami ada pemuda tampan dan kaya dari negeri Menara? Kenapa aku tidak tau? Siapa dia? Apa mungkin dia menutupi dirinya? Aku rasa tidak. Mana ada orang tersohor seperti itu mau terus-terusan menutup diri. Umm, mung

  • THE GREAT MAN   MASIH PENASARAN

    Saat ini hujan sedang turun deras-derasnya. Sama persis saat kejadian nyonya Kim mengalami kecelakaan tepat diwaktu Naura menghembuskan napas terkahir. Joe meratapi sedih dengan jongkok setengah lutut di atas makam sambil memegang batu nisan dan membiarkan tubuhnya basah kuyup tanpa mau dipayungi. Sudah tidak bisa dibedakan lagi mana air mata dan air hujan, semuanya sudah menyatu membasahi wajah. Sementara Pevita masih setia menemani dengan mengenakan payung di samping Joe. Dia merasa iba melihat laki-laki terbaik ini merundung sedih. Belum pernah dia mendapatkan Joe seperti saat ini. Padahal, belum tentu juga gadis kecil yang ada di dalam tanah kubur ini adalah Kiara, putri kecilnya yang menghilang. Langit semakin gelap, seakan dia tahu kalau hari ini penuh dengan duka. Mungkinkah awan pun ikut merasakan perasaan luka dalam diri Joe? Nampak sekali kalau mereka sepertinya mengerti apa yang Joe rasakan. "Sebaiknya kita pulang, Joe. Naura sudah pasti lebih tenang di sana," ujar Pevit

  • THE GREAT MAN   DISURUH BUAT SURAT KETERANGAN MISKIN

    Selalu saja ada suara-suara sumbang yang merendahkan orang lain hanya melihat dari penampilannya. Sepertinya negeri ini sudah rusak moral. Tidak bisakah mereka menghargai orang lain tanpa harus menilai dari covernya? Sayangnya, Joe tidak mempedulikan suara-suara nyinyir yang menghujat dirinya. Tidak penting juga. Joe hanya memikirkan Kiara. Dan masih mempertanyakan apakah Naura itu Kiara? "Hei pemuda gembel! Tidak bisa kah kau mandi dulu sebelum datang ke sini?" hardik pria yang berada di sebelahnya, sambil dia menutup hidung lantaran bau badan Joe yang tidak sedap. Jelas Joe tidak meladeni ocehan murahan dari laki-laki asing yang mulutnya seperti wanita. Dan rupanya itu membuat laki-laki tua yang mengumpatnya di awal tadi ikutan mengejek. "Mungkin dia kira ini rumah sakit subsidi pemerintah. Hei pemuda, sepertinya kau salah tempat. Apa kau tidak tau kalau di sini tidak bisa menerima asuransi, hah!" Semua orang pun tergelak. Ada yang malu-malu, namun tidak sedikit juga yang mene

Latest chapter

  • THE GREAT MAN   PESAN MISTERIUS YANG KEDUA

    “Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i

  • THE GREAT MAN   TANGKAI MAWAR YANG BERDURI

    Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel

  • THE GREAT MAN   SEBUAH UNGKAPAN

    Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha

  • THE GREAT MAN   SEMUA TERTUNDUK MALU PADA JOE

    "Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida

  • THE GREAT MAN   SELAMAT DATANG KEMBALI MASTER JOE

    "Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi

  • THE GREAT MAN   SAATNYA UNJUK DIRI

    "Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel

  • THE GREAT MAN   PROF FERGUSO AKAN MENGENALKAN SIAPA PUTRANYA

    Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya

  • THE GREAT MAN   LAPORAN GILA

    Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal

  • THE GREAT MAN   MEMBUKA JATI DIRI

    "Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia

DMCA.com Protection Status