Gaby sampai di restauran tepat waktu.
Kedatangannya sudah di tunggu oleh Luna dan juga Alex.
"Wah wah, calon modelku yang satu ini memang spektakuler ya. Kamu memang cantik sekali, Nona Gaby," puji Alex seketika. Melihat penampilan Gaby yang begitu anggun dan sexy, lelaki mana yang tidak tertarik?
Gaby sempat cipika-cipiki dengan Luna sampai akhirnya mereka makan sambil membahas masalah pekerjaan.
Alex mempercayakan Gaby pada Luna untuk mengajarkan segala macam hal pengetahuan tentang dunia modelling. Gaby dan Luna, tentu akan menjadi partner kerja yang cocok.
"Btw, lo bawa mobil sendiri ke sini Gab?" tanya Luna pada Gaby di akhir sesi makan malam.
"Gue naik taksi," jawab Gaby cepat.
"Nanti dijemput dong sama Gibran?" tanya Luna memancing, pasalnya sejak tadi Luna melihat keberadaan sang Kakak di lokasi yang sama dengan dirinya, sayangnya sang Kakak justru
"Kamu mau langsung pulang, Gab?" tanya Alex pada Gaby saat mereka sedang dalam perjalanan pulang.Gaby tidak langsung menjawab pertanyaan Alex karena dia asik melamun. Tatapannya lurus ke arah ruas jalan.Hujan di luar turun dengan sangat deras, membuat Gaby kepikiran soal Gibran.Kira-kira apa Gibran sudah pulang? Atau dia masih bersama Mirella?Gaby hanya bisa bertanya-tanya sendiri.Saking penasaran, Gaby pun memastikannya dengan menghubungi security kediaman Gibran yang kini menjadi tempat tinggal mereka. Gaby menanyakannya via sms.Saat itu security mengatakan kalau Gibran belum pulang.Hingga saat Alex mengulang pertanyaannya tadi, dan Gaby pun menjawab, "aku boleh mampir ke apartemenmu, Lex?"Alex tampak terkejut.*****Setengah jam kemudian Gaby sudah sampai di apartemen Alex yang ternyata
Seorang lelaki dengan kedua tangan dan kaki yang terikat tampak terkulai mengenaskan setelah beberapa menit yang lalu dia meregang nyawa akibat perbuatan keji seseorang.Seorang lelaki lain tampak bercermin di depan kemudi. Dia mengenakan sebuah topeng sintetis di mana topeng itu berwajah mirip dengan lelaki yang baru saja dia bunuh di jok belakang mobil mewah itu."Maaf ya kawan, aku pinjam wajahmu dulu, karena malam ini, aku juga ingin ikut bersenang-senang dengan Gaby," ucap lelaki itu seraya menoleh ke arah si lelaki yang sudah tak bernyawa tadi.Lelaki berpakaian casual itu keluar dari mobil berplat nomor 3 R 9 4 yang merupakan nama si pemilik mobil yang telah dia bunuh.*****Seorang lelaki terlihat duduk di sofa panjang yang tersedia di lobi sebuah apartemen mewah.Dia sudah duduk di sana sekitar sepuluh menit yang lalu untuk menunggu kedatangan rekannya yang lain.
Gaby membukakan pintu apartemennya untuk para tamu kehormatannya malam ini.Ke lima lelaki itu bersiul genit ketika melihat Gaby yang menyambut kedatangan mereka dengan penampilan yang sangat berbahaya dalam tanda kutip.Penampilan Gaby memang santai.Dia hanya mengenakan kemeja putih pendek sepangkal paha dengan shortpants berbahan jeans.Rambut Gaby yang panjang digelung asal oleh penjepit ke atas dan menyisakan beberapa helai yang menjuntai asal menghiasi tengkuknya yang putih mulus. Bulu-bulu halus yang cukup lebat tampak di bagian tengkuk Gaby yang membuat perempuan itu semakin terlihat menggairahkan.Gaby mempersilahkan tamu-tamu itu masuk.Beberapa botol minuman beralkohol dengan berbagai merk tersedia di meja ruang TV yang sontak menghadirkan senyuman lebar para lelaki itu yang memang gemar mabuk-mabukkan."Kita beneran pesta kayaknya mala
Permainan dimulai."Ladies first!" ke lima lelaki di dalam ruangan itu kompak bicara.Gaby mendapat kehormatan pertama untuk memutar botol beer kosong di atas meja kaca di tengah ruangan itu.Botol itu berputar.Semua orang terlihat tegang terkecuali Frans dan Erga yang tampak tenang-tenang saja.Kalau Gaby?Jangan di tanya.Saking gugup, Gaby merasakan tubuhnya bereaksi terlalu berlebihan.Sekujur tubuh wanita itu merinding. Panas dingin secara bersamaan.Kepala botol terhenti dan mengarah ke Revan yang langsung bersungut-sungut.Karena tadi Gaby yang memutar botol, jadilah kini Gaby yang memberikan pilihan pada Revan."Dare or take it off?" ucap Gaby saat itu.Revan bersungut-sungut dan tanpa berbasa-basi dia langsung membuka T-Shirt yang menutupi tubuh
Pintu kamar apartemen itu tertutup setelah Revan mendorongnya dengan kaki.Revan melangkah cepat ke arah tempat tidur dan membaringkan tubuh Gaby yang menggigil di sana.Lelaki itu mulai melucuti satu persatu pakaiannya juga pakaian Gaby."Ja-ngan!" gumam Gaby ditengah ketidakberdayaannya saat tangan Revan merayap hendak melepas satu-satunya penutup yang membungkus payudara Gaby.Sayangnya rintihan dan permohonan lirih Gaby sama sekali tak dihiraukan oleh Revan. Lelaki itu menyeringai begitu dilihatnya ke dua bukit kembar indah milik Gaby menantang dihadapannya dengan nipple menggemaskan yang berwarna merah muda.Tubuh Revan menegang. Dia sudah tidak tahan.Lelaki itu langsung mencumbu Gaby. Mencium bibir Gaby dengan penuh nafsu. Membelitkan lidahnya memenuhi rongga mulut Gaby.Gaby yang dalam keadaan terangsang langsung membalas perlakuan Revan.
"Bukan aku yang seharusnya lebih kamu waspadai, Theo! Aku tahu Gaby dan Gibran akan bercerai. Dan itu cukup membuat aku lega. Justru saat ini, musuh terbesar kita adalah orang lain," bisik Reno pada Theo sebelum lelaki itu kembali melanjutkan kalimatnya. "Dia Mirella..."Theo tersenyum kecut. "Aku sudah mengetahuinya," balas Theo sedikit menjauh. Berada berdekatan dengan lelaki homoseksual macam Reno membuat Theo merasa jijik."Cerdas!" Puji Reno dengan seringai lebar."Siapa pun orangnya, aku tidak perduli! Aku pasti akan melenyapkan orang yang berani menyakiti Gaby dengan tanganku sendiri,"Reno tertawa. "Sayangnya, aku tahu kelemahanmu, Theo..." lelaki itu menggantung kalimatnya.Theo hanya diam, tangannya semakin terkepal kuat di sisi tubuhnya, merasa gatal ingin kembali menghantam wajah lelaki gila yang begitu ingin dia bunuh itu, Reno!"Kamu itu paling tidak bisa men
Setelah mengetahui bahwa Erga asli meninggal, Gibran, Frans, Anthony dan Xavier langsung bergegas kembali ke apartemen Gaby dan berharap lelaki yang menyamar sebagai Erga tadi masih di sana.Setelah di cek kembali, ternyata apartemen itu sudah kosong.Hanya ada Revan yang masih tergeletak tak sadarkan diri di lantai kamar.Sebelum mereka menolong Revan, Gibran meminta pada tiga lelaki yang notabene mantan kekasih Gaby itu untuk merahasiakan tentang kejadian malam ini. Hingga setelahnya sebuah cerita fiktif pun mereka susun dan mereka sepakat untuk memberikan kesaksian palsu jika nanti ada anggota kepolisian yang meminta keterangan terkait tewasnya Erga pada mereka.Frans dan yang lain setuju selain takut atas ancaman dari lelaki psikopat yang mereka terima, mereka jelas tidak ingin terlibat lebih dalam dengan kasus hukum dan pihak berwajib. Terlebih saat kini mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri keadaan Revan yang sangat memprihatinkan.
Malam tadi Mirella tidak pulang.Ada kemungkinan wanita itu bersama Gibran.Seorang lelaki terduduk gelisah sejak tadi di depan teras rumahnya bergegas masuk ke dalam rumah dan menuju paviliun belakang rumah.Membuka pintu paviliun dengan tergesa lalu masuk ke dalam sebuah ruangan rahasia di sana.Sebuah ruangan tempat dirinya mengkoleksi puluhan bahkan ratusan foto-foto lelaki yang telah menjadi korban kebrutalannya selama ini.Berkat kepintaran, kecerdikan dan reputasinya yang baik di umum, Reno sukses menutupi sisi hitam dalam dirinya sebagai seorang guy alias homoseksual akut. Parahnya, lelaki itu tak segan-segan melenyapkan nyawa orang lain yang hendak menghalangi rencananya.Bahkan kekejaman seorang Reno tidak terhenti sampai di situ. Sebab, siapapun lelaki yang menjadi incarannya akan dipastikan berakhir dalam keadaan tragis setelah Reno berhasil menyalurkan hasrat